Sapardi: Pada Suatu Hari Nanti, Jasadku Tak akan Ada Lagi 

Tiga puisi Sapardi Djoko Damono paling berkesan di hati

Jakarta, IDN Times - Kabar mengejutkan datang pada Minggu pagi ini: penyair senior Sapardi Djoko Damono meninggal dunia.

Sapardi diberitakan meninggal sekitar pukul 09.17 WIB di Rumah Sakit Eka BSD. Belum diketahui apa penyebab kematian penyair yang sangat produktif ini.

Hanya saja sejumlah koleganya, seperti Goenawan Mohamad, menyebutkan Sapardi telah menderita sakit dalam beberapa bulan terakhir.

Kepergian maestro puisi ini cukup meninggalkan luka mendalam tak hanya bagi dunia sastra, tapi juga bagi dunia.

Sebab goresan puisi Sapardi telah begitu banyak meninggalkan kesan mendalam di hati. Bahkan beberapa di antaranya tentang 'kepergian'.

Sapardi misalnya pernah menulis 'Pada Suatu Hari Nanti, Jasadku Tak akan Ada Lagi' dalam puisi berjudul Pada Suatu Hari Nanti.

Sementara pada puisi lain yang berjudul Yang Fana Adalah Waktu, Sapardi menulis, "Yang fana adalah waktu. Kita abadi.".

Karena itu kepergian Sapardi hari ini tak lantas membuatnya terlupakan. Sebab, seperti katanya: Yang fana adalah waktu. Kita abadi. Selamat jalan, Eyang Sapardi.

Berikut tiga puisi Sapardi Djoko Damono yang maknanya sangat mendalam.

1. Aku Ingin

Sapardi: Pada Suatu Hari Nanti,
Jasadku Tak akan Ada Lagi pinterest.com

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

2. Pada Suatu Hari Nanti

Sapardi: Pada Suatu Hari Nanti,
Jasadku Tak akan Ada Lagi Ilustrasi Tanggal Waktu (Kalender) (IDN Times/Arief Rahmat)

Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari

3. Yang Fana Adalah Waktu

Sapardi: Pada Suatu Hari Nanti,
Jasadku Tak akan Ada Lagi unsplash/Samuel McGarrigle

Yang Fana Adalah Waktu Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa.
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?"
tanyamu.
Kita abadi.

Baca Juga: [BREAKING] Penyair Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia

Topik:

  • Dwi Agustiar
  • Jumawan Syahrudin
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya