Gunung Lewotolok Erupsi, Waspada Hujan Abu di Lembata NTT

Warga evakuasi mandiri ke Lewoleba untuk hindari hujan abu

Jakarta, IDN Times - Erupsi Gunung Ile Lewotolok, di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakibatkan hujan abu dan kerikil di sebagian wilayah Kabupaten Lembata.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, hujan abu tersebut mengguyur wilayah di sektor barat hingga selatan gunung api itu. Warga pun terpaksa melakukan evakuasi mandiri ke Lewoleba untuk menghindari hujan abu.

"Ya, erupsi saat ini ketinggiannya 4.000 meter di atas puncak, lebih tinggi dari sebelumnya. Aktivitas magmatik masih tinggi di Lewotolok. Hujan abu terjadi, utamanya di sektor barat hingga selatan gunung api," kata Kasubbid Mitigasi Gunung api Wilayah Timur ESDM, Devy Kamil Syahbana, seperti dikutip dari ANTARA, Minggu (29/11/2020).

1. Ancaman bahaya berupa jatuhan material vulkanik

Gunung Lewotolok Erupsi, Waspada Hujan Abu di Lembata NTT(Sejumlah pengendara melintas saat terjadi hujan abu di Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (3/3/2020). Hujan abu terjadi di beberapa wilayah Boyolali akibat erupsi Gunung Merapi pada pukul 05.22 WIB dengan tinggi kolom 6.000 meter) ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Dia mengatakan untuk saat ini ancaman bahaya utamanya berupa jatuhan material vulkanik, mulai dari ukuran kerikil hingga abu.

Dia mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker dan sementara waktu keluar dari radius bahaya.

Saat ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sedang menyiapkan evaluasi terbaru yang kemungkinan akan dirilis beberapa waktu ke depan.

Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, BPPTKG: Erupsi Makin Dekat 

2. Gunung Lewotok berstatus waspada sejak 7 Oktober 2017 dan baru alami erupsi tahun ini

Gunung Lewotolok Erupsi, Waspada Hujan Abu di Lembata NTTANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Gunung Ili Lewotolok atau Ile Ape adalah jenis gunung berapi stratovolcano yang terletak di bagian utara Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Gunung dengan tinggi 1.423 mdpl ini sejak 7 Oktober 2017 lalu dinaikkan statusnya menjadi waspada karena ada peningkatan kegempaan yang berasosiasi dengan pergerakan magma, yaitu gempa Tektonik Lokal (TL), Vulkanik Dalam (VA) dan Vulkanik Dangkal (VB).

Namun, setelah meningkat signifikan, erupsi tidak terjadi karena tekanannya belum cukup.

"Nah, seiring waktu tekanannya terus terakumulasi dan sekarang sudah cukup untuk erupsi," katanya menjelaskan.

3. Sejarah letusan Gunung Lewotok

Gunung Lewotolok Erupsi, Waspada Hujan Abu di Lembata NTTSejumlah pengendara melintas di Jalan Karo-Langkat dengan latar belakang Gunung Sinabung yang menyemburkan material vulkanik di Desa Kutarayat, Naman Teran, Karo, Sumatera Utara, Kamis (13/8/2020). (ANTARA FOTO/Sastrawan Ginting)

Sejarah letusan Gunung Lewotolok tercatat sejak tahun 1660 kemudian tahun 1819, dan 1849. Selanjutnya pada tahun 1939 dan 1951 terjadi kenaikan aktivitas vulkanik Gunung Lewotolok.

Letusan Gunung Lewotolok yaitu berupa lontaran lava pijar, abu, awan panas dan embusan gas beracun. Gunung api ini sempat mengalami masa krisis gempa pada Januari 2012.

Saat itu PVMBG meningkatkan status gunung dari normal ke waspada hingga siaga, hanya dalam waktu kurang dari satu bulan.

Namun, pada 25 Januari 2012 pukul 16.00 WITA, PVMBG menurunkan statusnya dari siaga ke waspada dan turun lagi menjadi berstatus normal pada 17 Oktober 2013 pukul 10.00 WITA.

Baca Juga: Gunung Merapi Siaga, BNPB Siagakan Helikopter untuk Penanganan Erupsi

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya