Ini Saran Kompolnas ke Polri untuk Cari Bukti Pemerkosaan Anak di Luwu

Banyak kasus pemerkosaan terungkap meski sudah tahunan

Jakarta, IDN Times - Komisioner Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti menyarankan Polri untuk menggunakan bantuan "scientific crime investigation" (SCI) dalam mencari bukti baru kasus pemerkosaan tiga anak di bawah umur yang terjadi di Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

"Dalam melihat kasus Luwu Timur ini, memang penting bagi penyidik untuk mengedepankan asas praduga tak bersalah dan mencari alat bukti dengan bantuan 'scientific crime investigation' (SCI)," kata Poengky di Jakarta, dikutip dari ANTARA pada Senin (11/10/2021).

1. Banyak kasus pemerkosaan berhasil diungkap meski kejadian sudah dalam hitungan tahunan

Ini Saran Kompolnas ke Polri untuk Cari Bukti Pemerkosaan Anak di Luwu(Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti) IDN Times/ Muhamad Iqbal

Menurut Poengky, ada beberapa kasus kriminal serupa yang berhasil diungkap dan dijatuhi hukuman pidana meski kejadian sudah dalam hitungan tahunan.

Poengky memberikan artikel berita tahun 2019, di mana Pengadilan Negeri Semarang, Jawa Tengah, menjatuhkan hukuman pidana penjara selama 20 tahun kepada bapak tiri yang telah melakukan pemerkosaan terhadap anak tirinya sejak usia 12 tahun.

"Kasus di atas itu bisa jadi contoh bahwa penyidik dengan bantuan 'scientific crime investigation' bisa mengungkap kasus perkosaan yang kejadiannya sudah lama sekali, dengan menggunakan tes DNA," ujar Poengky.

Baca Juga: Polri Klaim Penyelidikan Pemerkosaan Anak di Luwu Timur Sesuai SOP

2. Tanggapan Polri soal masukan pendekatan SCI untuk mengungkap kasus pemerkosaan anak

Ini Saran Kompolnas ke Polri untuk Cari Bukti Pemerkosaan Anak di LuwuKader PPP Maros melaporkan kasus dugaan perkosaan ke Polda Sulsel. IDN Times/Sahrul Ramadan

Selain itu, menurut Poengky, dalam menuntaskan kasus yang tengah viral ini, penting bagi Polri untuk menjelaskan kepada publik secara transparan tentang proses yang dilakukan saat penyelidikan dan penyidikan dengan tetap menghormati privasi korban.

"SCI atau penyidikan berbasis ilmiah adalah satu metode pendekatan penyidikan dengan mengedepankan berbagai disiplin ilmu," katanya.

Terkait pencarian alat bukti dengan bantuan SCI, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Pol Rusdi Hartono yang dikonfirmasi secara terpisah mengatakan dalam kasus pemerkosaan untuk pengungkapannya melalui cara-cara yang ilmiah.

"Tentunya di sini melibatkan dokter yang memahami tentang masalah-masalah seperti ini. Hal ini bagaimana penyelidikan itu dilakukan secara ilmiah," kata Rusdi.

 

3. Polri mengklaim penghentian penyelidikan kasus tersebut sudah sesuai prosedur

Ini Saran Kompolnas ke Polri untuk Cari Bukti Pemerkosaan Anak di LuwuKepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol. Rusdi Hartono (Dok. Humas Polri)

Sebelumnya, kasus pemerkosaan terhadap tiga anak di bawah umur yang diduga dilakukan oleh ayah kandungnya di Luwu Timur viral di media sosial hingga memunculkan gerakan publik untuk membuka kembali kasus yang sudah dua tahun dihentikan.

Polri mengklaim penghentian penyelidikan kasus tersebut sudah sesuai prosedur berdasarkan hasil gelar perkara bahwa tidak ditemukan bukti adanya tindak pidana rudapaksa.

Menindaklanjuti dorongan masyarakat untuk membuka kembali kasus ini, Polri menyatakan kasus dapat dibuka kembali apabila dalam perjalanan ditemukan bukti baru.

Saat ini Polri melalui Bareskrim Polri telah menurunkan Tim Asistensi ke Polda Sulawesi Selatan untuk memberikan pendampingan Polres Luwu Timur guna menuntaskan perkara tersebut. Selain itu, melakukan audit langkah kepolisian yang telah dilakukan penyidik di dalam menangani kasus tersebut dan memberikan asistensi kepada penyidik apabila penyelidikan kasus tersebut didapat alat bukti baru.

"Tentunya Polri dan penyidik akan melakukan penyelidikan kembali terhadap kasus ini, tentunya secara profesional, transparan dan akuntabel," kata Rusdi.

Baca Juga: 4 Rekomendasi KPAI untuk Kasus Pemerkosaan 3 Anak di Luwu Timur

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya