Industri Kehutanan Dukung Kelestarian Flora dan Fauna

Selaraskan kepentingan ekonomi, sosial, dan konservasi

Madrid, IDN Times - Upaya melindungi serta meningkatkan kelestarian flora dan fauna bisa didukung melalui industri kehutanan dengan menyelaraskan kepentingan ekonomi, sosial, dan konservasi.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno, menyatakan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan untuk konservasi termasuk pelaku usaha sangat strategis, penting, dan mendesak, terutama di Sumatra dan Kalimantan. 

Dia menjelaskan, Indonesia telah mengalokasikan kawasan konservasi yang sangat luas, yakni mencapai 27,14 juta hektare. Kawasan konservasi tersebut terdapat sekitar 6.203 desa yang berbatasan langsung dan sedikitnya 9,5 juta jiwa yang hidup di dalam dan sekitar kawasan itu.

"Di sisi lain, masih banyak potensi flora dan fauna yang dilindungi berada di luar kawasan konservasi tersebut. Misalnya, sekitar 70% mamalia besar yang dilindungi, di Sumatra dan Kalimantan berada di luar kawasan konservasi," ujar Wiratno saat sesi panel di Paviliun Indonesia pada Konferensi Pengendalian Perubahan Iklim COP 25 UNFCCC di Madrid, Spanyol, Senin (9/12).

1. Perlu menjalankan program konservasi in-situ dan ex-situ

Industri Kehutanan Dukung Kelestarian Flora dan FaunaIDN Times/KLHK

Wiratno menyatakan, kegiatan konservasi tidak bisa dibatasi hanya di kawasan konservasi saja. Perlu menjalankan program konservasi in-situ atau di dalam habitat maupun ex-situ atau di luar habitatnya. Konservasi keanekaragaman hayati memerlukan kombinasi in-situ dan ex-situ.

Sebagai contoh konservasi badak sumatera dengan program Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di TN Way Kambas berhasil melakukan breeding dan akan dibangun sanctuary badak baru, misalnya di TN Gunung Leuser.

2. KLHK terus melakukan upaya penegakan hukum terhadap pelaku perburuan satwa liar

Industri Kehutanan Dukung Kelestarian Flora dan FaunaIDN Times/KLHK

Direktorat Jenderal KSDAE melalui Balai TN dan Balai KSDA terus melakukan pengamanan kawasan dengan model Smart Patrol. Kegiatan patroli tersebut dilakukan selama 10-15 hari/bulan di dalam kawasan konservasi bersama mitra-mitra kunci, untuk melakukan monitoring, pemasangan kamera dan/atau video trap, membersihkan jerat, mencegah konflik satwa liar-manusia, rescue satwa-satwa yang terkena jerat atau terluka karena diburu.

"Kami juga terus melakukan upaya penegakan hukum terhadap pelaku perburuhan satwa liar, dan saat ini kami terus mendapatkan dukungan yang kuat dari Direktorat Gakkum KLHK beserta jajaran di Kepolisian, Pengadilan, dan Kejaksaan di semua level dalam memproses hukum terhadap pemburu dan pedagang satwa liar," ujar Wiratno.

3. Keberhasilan konservasi in-situ dan ex-situ

Industri Kehutanan Dukung Kelestarian Flora dan FaunaIDN Times/KLHK

Keberhasilan konservasi in-situ dan ex-situ dapat dilihat di Pusat Rehabilitasi elang jawa di CA Kamojang bekerja sama dengan Pertamina Geothermal, dan monitoring secara kontinu pada habitatnya sehingga diprediksi populasinya meningkat.

Sementara itu, keberhasilan konservasi badak jawa di TN Ujung Kulon ditandai dengan lahirnya 4 individu badak (2 jantan dan 2 betina) dan 4 individu badak (2 betina, 1 jantan, 1 individu belum diketahui) pada 2018.

Keberhasilan konservasi ex-situ juga dibuktikan pada keberhasilan penangkaran jalak bali yang saat ini terdapat ratusan ekor berhasil dikembalikan ke kawasan TN Bali Barat.

"Kami tidak bisa sendiri. Kami akan terus berupaya membangun kolaborasi yang lebih intensif dengan semua pihak, swasta, universitas, perguruan tinggi, pakar, LSM, aktivis, generasi muda milenial, pemerintah daerah, dan media massa, dalam upaya mitigasi dan adaptasi dalam rangka melestarikan satwa liar kebanggaan Indonesia dan dunia," tegas Wiratno.

4. APP Sinar Mas memanfaatkan teknologi satelit FAS untuk memantau keadaan tutupan hutan

Industri Kehutanan Dukung Kelestarian Flora dan FaunaIDN Times/KLHK

Pada kesempatan yang sama, Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas, Elim Sritaba, menyatakan, meski bekerja di kawasan produksi, pihaknya mengalokasikan 600 ribu hektare untuk tujuan konservasi. Luas tersebut hampir seperempat total luasan konsesi para pemasok APP Sinar Mas.

“Hutan dan ekosistemnya memiliki nilai konservasi yang tinggi dan karbon stok tinggi, sehingga untuk menjaga kelestariannya, kami selalu berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk pemerintah setempat dan rekan-rekan LSM serta akademisi, untuk menjaga dan mengelola kawasan lindung tersebut agar mendapatkan solusi terbaik,” ujarnya. 

Elim menuturkan, untuk melindungi area konservasi yang luas, APP Sinar Mas memanfaatkan teknologi satelit Forest Alert Services (FAS)  untuk memantau keadaan tutupan hutan.

Dengan data tersebut, APP Sinar Mas dapat dengan cepat mengetahui dan melakukan intervensi jika diperlukan atau apabila ada gangguan yang mungkin mengancam sumber daya alam dan keanekaragaman hayati. 

Selain itu, sebagai bagian dari komitmen APP Sinar Mas dalam Sustainability Roadmap Vision 2020, juga melakukan restorasi di area yang terdegradasi.

“Kami memiliki target untuk meningkatkan kualitas tutupan hutan menjadi 95% dalam kondisi baik di kawasan lindung kami dalam lima tahun ke depan. Termasuk pengayaan untuk melestarikan jenis pohon lokal dengan spesies langka,” ujar Elim. 

Namun, tambahnya, kehidupan satwa liar tidak mengenal batas-batas wilayah antara wilayah konsesi maupun taman nasional. 

“Inilah mengapa perusahaan menyesuaikan SOP operasionalnya dengan memperhatikan pergerakan satwa liar, konsisten melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi pekerja dan masyarakat, serta memastikan kantong makanan bagi satwa kunci tersebut sehingga mereka dapat bergerak bebas dan aman,” tutur Elim.

5. COP 25 diharap buka peluang kerja sama yang semakin luas dalam upaya konservasi

Industri Kehutanan Dukung Kelestarian Flora dan FaunaIDN Times/KLHK

Presiden International Co-ordinating Council of the Man and Biosphere UNESCO, Profesor Enny Sudarmonowati, menegaskan bahwa upaya berkesinambungan harus terus dilakukan. 

“Pengelolaan suatu kawasan berupa cagar biosfer dapat menjadi salah satu solusi yang mengintegrasikan tiga pilar, yaitu konservasi, pembangunan berkelanjutan dan logistic support berupa riset, dan monitoring serta edukasi,” ujarnya.

Enny pun berharap COP 25 membuka peluang kerja sama yang semakin luas dalam upaya konservasi dengan melibatkan peneliti-peneliti andal untuk melakukan inovasi yang terus meningkat dan membawa nilai tambah untuk masyarakat serta negara, sekaligus tetap mempertahankan nilai konservasinya.

Topik:

  • Marwan Fitranansya

Berita Terkini Lainnya