Lewat Program PWMP Kementan, Omzet Wirausaha Pemuda Ini Terus Naik

PWMP menjadi program andalan Kementan

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan regenerasi pertanian. Salah satunya melalui program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian atau yang lebih dikenal dengan PWMP yang menjadi program andalan Kementan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, melalui kegiatan PWMP diharapkan generasi milenial berani menjadi seorang petani atau mendirikan startup di bidang pertanian. Hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil karena kaum milenial saat ini mulai sadar bahwa pertanian adalah tambang emas tanpa batas jangka panjang. 

"Ke depan, generasi muda pertanian bukanlah pekerja bidang pertanian, tetapi menjadi pelaku usaha pertanian. Regenerasi petani menjadi hal yang penting dan utama sekarang ini," ujarnya.

1. Bangga menyandang gelar sarjana bidang pertanian

Lewat Program PWMP Kementan, Omzet Wirausaha Pemuda Ini Terus NaikIDN Times/Kementan

Ungkapan Mentan tentang regenerasi pertanian pun berbuah manis. Stigma lulus menempuh pendidikan tinggi, meraih predikat sarjana, dan memilih dunia perkantoran sebagai tanda kesuksesan mungkin tidak berlaku bagi Mohamad Sui Saputra (23). Pemuda asal kelahiran Nusa Tenggara Barat (NTB) ini mengaku bangga menyandang gelar sarjana bidang pertanian dan memilih berkarya di kampung halaman, tepatnya di Desa Teruwai, Kecamatan Pucut, Kabupaten Lombok Tengah, dengan berwirausaha ayam kampung. 

Pengalaman wirausaha selama masa kuliah di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang semakin memperkuat keinginan Sui untuk fokus menekuni sektor pertanian. Dengan berjualan ayam geprek di hari libur kuliah, Sui mampu meraih omzet Rp800 ribu sampai Rp1 juta per hari. Hal inilah yang mendorong Sui mengajukan diri berkompetisi mendapatkan  PWMP.

2. Ingin lolos program PWMP cukup memantik nyali untuk memulai usaha budi daya ternak ayam kampung

Lewat Program PWMP Kementan, Omzet Wirausaha Pemuda Ini Terus Naikpexels.com/Oleksandr P

Stimulus modal sebesar Rp35 juta bagi yang lolos program PWMP cukup memantik nyali sarjana pertanian dari NTB ini memulai usaha budi daya ternak ayam kampung dengan mendatangkan DOC (Day Old Chicken)  sebanyak 250 ekor ayam KUB dan 250 ekor ayam arab. 

“Dalam 100 ekor, dibutuhkan modal atau biaya sebesar Rp1,070 juta termasuk bibit, pakan, dan vaksin. Dipelihara selama 55 hari untuk ayam KUB dan 40 hari untuk ayam arab,” ujar Sui penuh semangat.

Membentuk kelompok usaha yang dinamakan “Sapoq Angen” bersama rekannya Iksan Wahyudi, ia mulai merintis pola kemitraan Yarnen (bayar setelah panen) yang merupakan kolaborasi dengan produsen DOC lokal UD. FT, Lombok dengan 4 orang peternak, sebanyak 2.000 ekor ayam KUB dan ayam arab. Sementara itu, Sui berperan membuatkan SOP (standart operational procedure) budi daya dan pendampingan sampai panen, sekaligus juga sebagai avails pasarnya.

“Pola kemitraan ini sebagai jawaban untuk merespons permintaan pasar ayam kampung yang semakin melambung. Panen hasil kemitraan ini diperkirakan setelah Lebaran Idul Fitri nanti,” tutur Sui dengan nada optimistis.

3. Sudah saatnya pertanian dikelola generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasi

Lewat Program PWMP Kementan, Omzet Wirausaha Pemuda Ini Terus NaikIDN Times/Kementan

Menurut Sui, pelanggan atau pembelinya rata-rata mencari ayam dengan bobot 4,7-5,5 ons per ekor. Permintaan bisa mencapai 40 ekor per hari dengan pengiriman mulai dari Kota Lombok sampai ke Bali. Ia membanderolnya dengan harga mulai Rp30 ribu-Rp50 ribu per ekor dengan spesifikasi ayam kampung utuh yang sudah dipanggang. Acap kali tawaran dari pengusaha restoran berdatangan dengan jumlah order dan harga yang cukup menggiurkan. Namun, ia mengaku ingin tetap realistis menyesuaikan kondisi stok ayam kampung yang dimilikinya.

“Saya memanfaatkan media online untuk memasarkan ayam panggang, omzet penjualan tertinggi sampai dengan Rp10 juta per hari,” ujar Sui yang merupakan entrepreneur milenial dari Lombok Tengah ini. 

Hidup dan berwirausaha di kampung halaman bagi Sui tentu memberi sensasi tersendiri karena di samping bisa membuka lapangan kerja bagi warga desa sekitarnya, ia juga mengaku bisa memerankan diri dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, di antaranya turut mengajari anak-anak mengaji  setiap malam di masjid dekat rumahnya. Keberhasilan Sui merupakan sederet keberhasilan generasi milenial yang sukses di dunia pertanian.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas untuk memajukan pertanian Indonesia. 

“Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian ke depan menjadi pertanian modern yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya, tetapi juga berorientasi ekspor. Saat ini kita telah memiliki banyak petani milenial sekaligus entrepreneur di bidang pertanian," pungkas Dedi.

Topik:

  • Marwan Fitranansya

Berita Terkini Lainnya