Cegah Nikah Dini, Untuk Anak Bebas Stunting

Cirebon punya angka stunting tinggi

Cirebon, IDN Times – Kota Cirebon hingga kini masih memiliki angka stunting yang tinggi. Hal ini harus diwaspadai karena menyebabkan terganggunya pertumbuhan fisik dan otak anak, sehingga sangat mempengaruhi prestasi di sekolah dan produktivitas di masa depan. Untuk mencegah anak terlahir stunting, atau gagal tumbuh, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menghindari pernikahan dini.  Hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2021 mengungkapkan angka prevalensi stunting di Kota Cirebon berada pada posisi 30,6% sedangkan Kabupaten Cirebon 26.5%. Angka ini masih jauh dari target presiden yaitu prevalensi stunting Indonesia pada tahun 2024 turun menjadi 14%. 

“Angka-angka ini sebetulnya pantulan dari perubahan pola perilaku, terutama dalam mencegah stunting. Salah satunya cegah atau tunda pernikahan dini. Itu penting sekali,” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Wiryanta. 

Hal tersebut ia sampaikan dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Kepoin Genbest: Tunda Pernikahan Dini, Generasi Emas Menanti yang diselenggarakan di Cirebon, Jumat (24/6).  

1. Harus siap mengasuh anak

Cegah Nikah Dini, Untuk Anak Bebas StuntingDok. Kemenkominfo

Selain siap menikah, menurutnya, untuk mencegah stunting calon pengantin juga harus siap mengasuh dengan baik agar dapat mempersiapkan generasi penerus yang cemerlang.  

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat, Wahidin mengatakan salah satu permasalahan di Jawa Barat adalah usia kawin pertama perempuan. Data BKKBN menunjukan rata-rata usia kawin perempuan di Jawa Barat adalah 19,8 tahun. Hal ini berarti masih cukup banyak yang menikah di bawah usia 19 tahun. “Jawa Barat termasuk tiga yang kurang baik di Indonesia, setelah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah,” jelasnya.

2. Pernikahan di usia dini berbahaya

Cegah Nikah Dini, Untuk Anak Bebas StuntingDok. Kemenkominfo

Sementara itu, dokter Lula Kamal mengingatkan pernikahan di usia dini berbahaya untuk dilakukan karena organ reproduksi, yakni rahim, belum terbentuk sempurna di umur 19 tahun sehingga dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit. “Jadi kita berharap usia pernikahan dilebihkan sedikit dari usia 19. Usia 21 sudah ideal untuk hamil dan secara ekonomi juga sudah mapan,” kata Lula.   

Lula juga menjelaskan tentang keterkaitan tumbuh kembang  dan stunting. Menurutnya, tumbuh adalah ukuran seperti berat badan dan tinggi badan. Sedangkan kembang adalah kemampuan otak untuk berpikir.

“Keduanya penting. Sementara kalau stunting, dua-duanya kena. Padahal generasi ini adalah pegangan kita di masa depan,” katanya.

3. Dorong generasi muda untuk terapkan gaya hidup sehat

Cegah Nikah Dini, Untuk Anak Bebas StuntingDok. Kemenkominfo

Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. 

GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik. (WEB)

Topik:

  • Jordi Farhansyah

Berita Terkini Lainnya