Kementerian LHK Soroti Makanan yang Tersisa Saat Kondangan, Ada Apa?

Jangan buang-buang makanan, ya!

Bandung, IDN Times - Kondangan atau pesta pernikahan tidak hanya menyisakan cerita bahagia bagi pengantin dan tamu. Namun, hal miris tentang banyak makanan tersisa dan terbuang percuma menjadi sampah sudah biasa kita lihat.

Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Djati Witjaksono Hadi menyoroti hal tersebut saat acara ECoFest di Bandung, Minggu (29/9). Mengapa lantas soal makanan tersisa saat kondangan muncul dalam acara itu?

"Kalau kita lihat di pesta pernikahan, orang ingin mencoba dan kemudian mengambil semua makanan. Baru coba sesendok, dua sendok, kemudian makanan ditumpuk (ditinggalkan). Ini mubazir. Mau dikemanakan sampah ini?" tutur Djati.

Djati mengatakan, kebetulan aula di kantor KLHK sering dipakai untuk pesta pernikahan. Ia dan ASN KLHK yang lain pun kerap mendapati hal mubazir tersebut.

1. Sebanyak 72 persen masyarakat Indonesia tidak peduli sampah

Kementerian LHK Soroti Makanan yang Tersisa Saat Kondangan, Ada Apa?IDN Times/Ezri TS

Fenomena banyak makanan tersisa setelah kondangan erat kaitannya dengan ketidakpedulian orang akan lingkungan lho. Riset Badan Pusat Statistik pun pernah mengeluarkan indeks ketidakpedulian orang terhadap lingkungan hidup.

Kepala Subdirektorat Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK Ujang Solihin Sidik mengatakan, salah satu parameter indeks tersebut ialah pengelolaan sampah. Indeks tersebut menunjukkan memang 72 persen masyarakat Indonesia tidak peduli sampah.

2. KLHK mendorong program pengelolaan sampah di masyarakat

Kementerian LHK Soroti Makanan yang Tersisa Saat Kondangan, Ada Apa?IDN Times/Ezri TS

Salah satu kontributor penyebab gas rumah kaca terhadap perubahan iklim ialah dari sampah. Terutama khususnya sampah organik seperti makanan yang tersisa setelah pesta pernikahan.

"Makanya program-program pengelolaan sampah kami dorong karena membuat masyarakat tahu tanggung jawabnya, khususnya terkait sampah. Urusan sampah melekat kepada kita semua, kebersihan, kesehatan kita. Jadi ini sangat penting," tutur Ujang.

3. Gas metan berasal dari sampah organik seperti sisa makanan

Kementerian LHK Soroti Makanan yang Tersisa Saat Kondangan, Ada Apa?IDN Times/KLHK

Ujang mengatakan, jika sampah organik seperti sisa makanan hanya ditumpuk di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA), sampah tersebut akan menghasilkan gas metan.

"Gas metan itu, gas yang 21 kali lebih kuat daya rusaknya terhadap lapisan ozon dibanding co2. Namun, kalau organik kita kompos, kita jadikan eco enzim, artinya kita tidak mengeluarkan zat metan," tutur Ujang.

Ujang mengatakan, seperti di Bandung itu ada gerakan biogas yang berasal dari pengelolaan sampah bersama. Kemudian dari biogas itu bisa dimanfaatkan sebagai sumber api untuk memasak misalnya. KLHK sangat mendorong hal-hal positif di masyarakat seperti itu.

4. Sebanyak 40 persen makanan dibuang sia-sia

Kementerian LHK Soroti Makanan yang Tersisa Saat Kondangan, Ada Apa?IDN Times/Ezri TS

Ramalis Sobandi, pegiat lingkungan, mengatakan bahwa Indonesia salah satu negara yang senang sekali membuang makanan. Menurut riset yang pernah ia baca, 40 persen makanan kita dibuang sia-sia.

"Dibuangnya jadi apa? Jadi sampah. Nanti ke TPA. Akibatnya produksi pangan kita sia-sia. Kedua, menimbulkan gas rumah kaca. Hari ini yang makanannya tidak dihabiskan, berarti menyumbang 40 persen hal tersebut," tutur Ramalis.

Ramalis pun berpesan agar kita sekarang dapat memulai dengan mengambil makanan secukupnya saat pesta perkawinan, menghabiskannya, dan tidak menyisakan sampah.

"Ini yang harus kita ubah bersama. Jangan sudah jadi masalah terus kita riweh dan repot. Tapi sejak awal kita harus hati-hati dan berkontribusi pada perubahan," tutur Ramalis.

Topik:

  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya