Dorong Kemajuan, Banyuwangi Gulirkan Hal Ini untuk Mutu Pendidikan

Demi meningkatkan kualitas SDM

Banyuwangi, IDN Times - Dalam 10 tahun terakhir, Kabupaten Banyuwangi menggulirkan banyak kebijakan untuk pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan. Ini dilakukan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang diyakini dapat menjadi pendorong kemajuan di kabupaten berjuluk The Sunrise of Java itu.

Bagi Banyuwangi, pendidikan adalah modal dasar sebuah masyarakat dan daerah untuk berkembang pada masa mendatang. Sehimpun ikhtiar pun digeber Pemkab Banyuwangi untuk menyiapkan generasi masa depan yang lebih gemilang, kompeten, dan berdaya saing tinggi sehingga mampu membawa daerah menggapai kemilangan.

Baca Juga: Pemkab Banyuwangi Gencarkan Inovasi Layanan Kesehatan Berkualitas

1. Penerapan strategi besar pendidikan di Banyuwangi

Dorong Kemajuan, Banyuwangi Gulirkan Hal Ini untuk Mutu PendidikanIlustrasi Pendidikan (IDN Times/Arief Rahmat)

Banyuwangi menerapkan dua strategi besar dalam pendidikan, yakni membangun infrastruktur dan membangun SDM yang mumpuni. Kedua hal tersebut berkolerasi erat, terutama dalam upaya meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan. Pendidikan, bagi Banyuwangi, harus menembus demarkasi strata ekonomi dan sosial, serta menipiskan kesenjangan kualitas SDM antara wilayah desa dan kota.

Terkait hal tersebut, Banyuwangi menggeber berbagai inovasi pendidikan, terutama yang berkaitan dengan langkah afirmasi membantu proses pendidikan anak-anak muda dari keluarga kurang mampu.

2. Banyuwangi memperbanyak sekolah inklusi

Dorong Kemajuan, Banyuwangi Gulirkan Hal Ini untuk Mutu PendidikanIlustrasi siswa sekolah dasar belajar online (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Salah satu prinsip dasar pendidikan adalah terjaminnya hak semua warga untuk bisa mengakses pendidikan yang layak dan berkualitas, tak terkecuali bagi para penyandang disabilitas. Program pendidikan inklusif menjadi gerakan bersama yang terus diikhtiarkan Pemkab Banyuwangi.

Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini terus berupaya menginisiasi penguatan pendidikan inklusif. Banyuwangi ingin mengakhiri institusionalisasi anak penyandang disabilitas. Idealnya, penyandang disabilitas memang harus berkembang dengan pengasuhan berbasis keluarga dan rehablitasi berbasis masyarakat, bukan seakan-akan dikotakkan dan dikucilkan dalam lembaga khusus seperti sekolah luar biasa (SLB).

Membawa spirit sebagai kota welas asih, Kabupaten Banyuwangi pun terus berupaya agar intervensi untuk penyandang disabilitas bisa melampaui hal-hal yang bersifat charity atau amal. Intervensinya wajib berkonsep pemberdayaan, seperti beasiswa, penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, pelatihan, dan penguatan ekonomi.

Salah satu wujud nyata untuk mendorong peningkatan kualitas SDM tanpa terkecuali untuk penyandang disabilitas adalah dengan memperbanyak sekolah-sekolah inklusi yang ditunjang dengan fasilitas dan guru berkompeten. Kini, ada 217 sekolah inklusi yang tersebar di seluruh kecamatan di Banyuwangi dari berbagai tingkatan, mulai TK hingga SMA.

Di Banyuwangi program tersebut diberi nama  ‘Agage Pinter’ yang dalam bahasa lokal Banyuwangi (bahasa Osing) berarti ‘cepat pintar’. Lewat program ini, ABK di Banyuwangi bisa belajar di sekolah reguler sebagaimana pelajar yang lain, tanpa memandang keterbatasan fisik.

Program Agage Pinter dimulai sejak 2014 di mana semua sekolah wajib menerima semua anak tanpa terkecuali, termasuk ABK dan anak penyandang disabilitas, khususnya yang rumahnya dekat dengan lokasi sekolah tersebut.

Keseriusan Pemkab Banyuwangi mengurus sekolah inklusif ini juga ditunjukkan dengan peningkatan kapasitas guru dan sarana-prasarana di sekolah yang terus ditingkatkan. Total saat ini ada lebih dari 200 guru  yang mempunyai kompetensi sebagai pendamping anak berkebutuhan khusus. Mereka yang mengajar di berbagai sekolah inklusi mulai dari TK hingga tingkatan SMA telah melalui pendidikan yang disyaratkan.

Dengan program ini, Kabupaten Banyuwangi ingin melawan hal-hal yang merintangi inklusi masyarakat dalam berbagai bentuk, mulai dari bias gender, SARA, hingga keterbatasan fisik. Dibukanya kesempatan bagi ABK untuk belajar di sekolah reguler, memungkinkan Banyuwangi mewujudkan pendidikan yang ramah anak, tidak diskiminatif, dan penuh toleransi.

Tak berhenti di situ, Banyuwangi juga meluncurkan program beasiswa bagi para penyandang disabilitas yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi hingga selesai.

Baca Juga: Tiga Inovasi Pemkab Banyuwangi di Bidang Layanan Kesehatan Publik 

3. Banyuwangi memberi akses melalui Beasiswa Banyuwangi Cerdas

Dorong Kemajuan, Banyuwangi Gulirkan Hal Ini untuk Mutu Pendidikanunsplash.com/Green Chameleon

Selain penyandang disabilitas, Kabupaten Banyuwangi juga memberikan beasiswa kepada anak-anak muda berprestasi dari keluarga kurang mampu. Lewat Program Beasiswa Banyuwangi Cerdas, Banyuwangi memberikan akses bagi anak-anak yang kurang beruntung untuk melangkah ke bangku perguruan tinggi.

Hingga 2020, total lebih dari 1.500 anak menikmati beasiswa ini dengan total dana yang dikucurkan mencapai Rp 27,264 miliar. Beasiswa Banyuwangi Cerdas terdiri atas dua mekanisme. Pertama, jalur masuk ke kampus yang meneken kerja sama dengan Pemkab Banyuwangi. Penerima dinyatakan lulus serangkaian seleksi sejak awal menjadi calon mahasiswa di kampus tersebut. Mereka mendapatkan beasiswa uang kuliah selama delapan semester (4 tahun) dan biaya hidup selama menempuh studi.

Adapun mekanisme kedua adalah beasiswa bagi mahasiswa yang sudah kuliah tetapi mengalami kesulitan biaya di tengah menjalani proses studinya. Mereka bisa mengajukan beasiswa ini untuk membantu pembiayaan proses kuliah yang telah berjalan.

Kriteria utama untuk program Beasiswa Banyuwangi Cerdas adalah anak muda dari keluarga kurang mampu, tetapi mempunyai potensi dan prestasi. Ini adalah bagian dari upaya peningkatan daya saing SDM Banyuwangi. CSC

Topik:

  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya