Wujudkan Kemajuan Daerah, Ini Cara Banyuwangi Sejahterakan Warga

Kerja gotong-royong berkelanjutan tetap diperlukan

Banyuwangi, IDN Times - Perkembangan Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir membawa peningkatan kesejahteraan yang terukur bagi warganya, meski ke depan dihadapkan pada tantangan pandemik Covid-19 yang tidak mudah. Untuk itu,  kerja gotong royong berkelanjutan diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bupati Banyuwangi Azwar Anas mengatakan kerja gotong royong yang dijalankan semua elemen di masyarakat telah memberi dampak positif yang terukur pada peningkatan kesejahteraan sosial-ekonomi warga Banyuwangi. Berbagai indikator pun menunjukkan tren peningkatan ekonomi warga dari tahun ke tahun.

Pembangunan di Banyuwangi digerakkan dengan berbasis pada karakteristik lokal (economies of localization), baik dari sisi pemanfaatan potensi sumber daya manusia lokal, sumber daya institusional lokal, dan sumber daya kearifan lokal. Pola tersebut diharapkan bisa menumbuhkan prakarsa lokal (local initiatives) untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal. Hal itu terbukti efektif karena pembangunan yang melibatkan dan membangun partisipasi publik bisa menjamin terciptanya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Baca Juga: Bupati Anas: Inovasi Banyuwangi Terus Catatkan Prestasi dan Apresiasi

1. Banyuwangi menggiatkan program kolaborasi

Wujudkan Kemajuan Daerah, Ini Cara Banyuwangi Sejahterakan WargaIlustrasi kolaborasi/Unsplash.com

Bupati Azwar mengatakan kinerja dalam beberapa tahun terakhir ini membuktikan bahwa Banyuwangi terus menapak di level yang menggembirakan. Indikator pertumbuhan ekonomi Banyuwangi terus mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Banyuwangi senantiasa berada di atas level pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan nasional.

Kinerja ekonomi yang prima tersebut bermuara pada pengurangan kemiskinan dan pengangguran yang menjadi tujuan utama pembangunan. Hal itu sekaligus memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Banyuwangi adalah pertumbuhan yang berkualitas.

Tingkat kemiskinan di Banyuwangi menurun dengan sangat drastis ke level 7 persen, dari sebelumnya selalu berkutat di angka dua digit. Dalam hal ini, selain mengandalkan intervensi fiskal melalui APBD, Pemkab Banyuwangi juga menggiatkan program kolaborasi dengan menggandeng pihak swasta dan BUMN untuk bergandengan tangan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Satu lagi indikator yang menunjukkan dampak nyata dari pembangunan ekonomi di Banyuwangi adalah semakin membaiknya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). IPM ini disusun berdasarkan sejumlah indikator utama, yaitu angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pendapatan per kapita yang disesuaikan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banyuwangi terus meningkat. Dulu 66,74, sekarang 70,06. Banyuwangi masuk kategori IPM “Tinggi” dari sebelumnya kategori “Sedang”. Dibanding wilayah sekitar atau eks Karesidenan Besuki, hanya Banyuwangi yang IPM-nya masuk kategori “Tinggi”. Artinya, indikator pendidikan dan kesehatan warga Banyuwangi terus mengalami peningkatan.

2. Banyuwangi berhasil mengelola kredit bermasalah

Wujudkan Kemajuan Daerah, Ini Cara Banyuwangi Sejahterakan WargaIlustrasi kredit (IDN Times/Istimewa)

Perkembangan positif dunia usaha di Banyuwangi juga terkonfirmasi lewat kinerja perbankan. Data Bank Indonesia (BI) menyebutkan, dalam beberapa tahun terakhir, simpanan masyarakat (dana pihak ketiga/DPK) di perbankan Banyuwangi terus meningkat, dari Rp6,15 triliun pada 2014 lalu, melaju menjadi Rp8,89 triliun pada 2018.

Azwar menuturkan bahwa penyaluran kredit di Banyuwangi juga terus meningkat. Pada 2016, posisi kredit perbankan ke para pelaku usaha di Bumi Blambangan mencapai Rp10,08 triliun; lalu terus meroket menjadi Rp13,8 triliun pada 2019.

Angka kredit bermasalah atau non-performing loan juga berhasil dikelola di level yang sesuai batas aman dari Bank Indonesia. Indikator ini menunjukkan perekonomian Banyuwangi membaik sehingga debitur lancar dalam menunaikan pembayaran kewajiban kreditnya. Adapun jika melihat besaran DPK dan dibandingkan dengan penyaluran kredit, maka rasionya (loan to deposit ratio/LDR) mencapai 146 persen, sebuah indikator gairah ekonomi daerah yang cukup bagus.

Baca Juga: Wakil Menteri Agama Apresiasi Mal Pelayanan Publik Banyuwangi 

3. Banyuwangi juga meningkatkan investasi dari berbagai sektor

Wujudkan Kemajuan Daerah, Ini Cara Banyuwangi Sejahterakan WargaIlustrasi investasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Perbaikan kinerja ekonomi Banyuwangi juga ditunjukkan dengan peningkatan investasi dari berbagai sektor. Kehadiran sejumlah perusahaan besar menjadi penanda betapa prospektifnya ekonomi di Banyuwangi, termasuk hadirnya berbagai hotel berbintang yang tumbuh pesat di Bumi Blambangan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang mencerminkan besaran perekonomian daerah, terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2010, PDRB Banyuwangi baru sebesar Rp 32,46 triliun, lalu melaju pesat menjadi Rp 83,61 triliun pada 2019. Alias ada kenaikan 157 persen.

Dengan besaran perekonomian yang terus membesar, dampak ke pendapatan per kapita masyarakat otomatis terdongkrak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi terus melonjak dari Rp 20,8 juta per orang per tahun pada 2010 menjadi Rp 51,8 juta per orang per tahun pada 2019 atau ada kenaikan sekitar 148 persen. Angka ke miskinan pun menurun cukup pesat menjadi kisaran 7 persen pada 2018, jauh lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya yang masih tembus dua digit.

Dari aspek kapasitas fiskal, kemampuan APBD Banyuwangi pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Belanja pemerintah turut berperan menggerakkan perekonomian. Pada 2010, APBD baru berkekuatan Rp1,29 triliun. Dari tahun ke tahun terus meningkat hingga menembus Rp3 triliun pada 2015. Secara kumulatif dari 2010 ke 2015 terjadi peningkatan APBD 133 persen. CSC

Topik:

  • Ezri T Suro

Berita Terkini Lainnya