Awal Mula Kiswah Ka'bah, Berawal dari Sebuah Mimpi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kiswah atau kain berwarna hitam yang menutupi Ka'bah, ternyata berawal dari sebuah mimpi. Mengutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama, ada banyak pendapat mengenai siapa yang pertama kali menutup Ka'bah dengan kiswah.
Meski begitu, catatan sejarah yang valid menyebutkan kalau orang pertama menyelimuti Ka'bah dengan kiswah ialah Abu Karb As'ad, Raja Dinasti Himyariyah Yaman.
1. Berawal dari sebuah mimpi
Dikatakan, suatu saat As'ad bermimpi menutupi Ka'bah dengan kain. Kemudian, dia menunaikan mimpinya itu ketika melewati Makkah setelah dirinya pulang dari sebuah peperangan di Yatsrib, 220 sebelum Hijriyah.
As'ad awalnya menutupi Ka'bah dengan kain kulit dan kasar (khasf). Dalam riwayat lain, dikatakan kalau As'ad menutupi Ka'bah dengan daun kurma, dilapisi pula menggunakan bunga Ma'afir yang sangat harum.
Tapi, karena takut kiswah tersebut membebani bangunan Ka'bah, maka dia menggantinya dengan kain yang dijahit dari Yaman (al-mala wal washa'il).
Baca Juga: Sekeliling Ka'bah Dijaga Ketat, Jemaah Dilarang Cium Hajar Aswad
2. Banyak orang yang memberikan kiswah
Selanjutnya, banyak orang yang memberikan kiswah untuk Ka'bah yang terbuat dari kain. Dari kain-kain itulah kiswah Ka'bah diambil. Jika nantinya satu kain rusak, maka akan diganti dengan yang lainnya. Hal tersebut dianggap sebagai tugas agama dan sebuah kehormatan besar.
Tapi, kebijakan itu pun berubah, setelah kakek buyut Nabi Muhammad SAW, Qushay bin Kilab, memimpin. Qushay meminta setiap suku memberikan sejumlah uang untuk membeli kiswah Ka'bah setiap tahunnya. Kebijakan ini pun dilanjutkan oleh anak dan cucunya.
Orang yang pertama kali menutup Ka'bah dengan kain berbahan sutra adalah Khalid bin Ja'far bin Kilab. Sementara Natilah binti Janab, ibu daro Abbas bin Abdul Muthalib, merupakan perempuan pertama yang membuat dan menyelimuti Ka'bah dengan sutra. Saat itu, Abbas tersesat dan Natilah bernazar jika anaknya diketemukan maka akan menutup Ka’bah dengan sutra.
3. Warna kiswah Ka'bah sempat berganti-ganti
Nabi Muhammad menjadi orang pertama yang menutupi Ka'bah dengan qabhati (kain putih yang dibuat di Mesir). Saat Fathu Makkah (pembebasan kota Makkah), Nabi Muhammad tetap mempertahankan kiswah lama yang digunakan pada zaman Jahiliyah, hingga seorang perempuan membakarnya ketika mencoba mengharuminya dengan dupa.
Editor’s picks
Setelah kejadian itu, Ka’bah ditutup dengan kain dari Yaman bergaris putih dan merah (burud). Khalifah Umar bin Khattab dan Khalifah Ustaman bin Affan menyelimuti Ka’bah dengan kain putih, dan Abdullah bin Zubair menutupnya dengan brokat merah.
Lain lagi saat al-Makmun dari Dinasti Abbasiyah memimpin. Dia mengganti kiswah Ka'bah tiga kali dalam setahun dengan warna dan jenis kain yang berbeda. Kain sutra merah pada hari tarwiyah, qabathi di awal Rajab, dan sutra putih pada 27 Ramadhan.
Khalifah al-Nassir dari Dinasti Abbasiyah pernah mengubah warna kain kiswah menjadi hijau. Tapi pada masa-masa akhir, khalifah Dinasti Abbasiyah memilih sutra berwarna hitam sebagai kiswah karena lebih tahan lama.
4. Pembuatan kiswah yang lebih baik
Mesin mendapatkan kehormatan untuk membuat kiswah sejak Khalifah Umar bin Khattab. Selama menjadi Khalifah, Umar bin Khattab setiap tahun mengirim surat kepada Gubernur Mesir untuk membuat kiswah Ka'bah qabathi. Seiring dengan berpindah-pindahnya ibu kota Mesir, maka tempat pembuatan kiswah pun semakin bertambah, Fayum, Tanis, dan Kairo (distrik Kharnafasy).
Seorang Khalifah Dinasti Fatimiyyah Mesir, al-Muiz li Dinilillah, pada 362 H (972 M) memerintahkan untuk mendirikan tempat khusus pembuatan kiswah di distrik Kharnafasy, Kairo. Dia ingin kiswah yang dibuat lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya. Maka kiswah itu kemudian dibuat dari sutra merah selebar 144 jengkal, 12 pita emas setiap sisinya. Masing-masing pita dihiasi hiasan buah utrujah dari emas dan 50 permata sebesar telur burung dara.
Selain itu kiswah ditambahkan juga permata-permata mahal, minyak wangi kasturi, dan tulisan kaligrafi ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan haji. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat kiswah cukup besar. Pada awal abad 20 saja, anggaran pembuatan kiswah mencapai 4.550 pound.
5. Produksi kiswah di Makkah
Pada 1924, suplai kiswah Ka’bah dari Mesir dihentikan. Raja Abdul Aziz dari Dinasti Saud mengambil alih pembuatan kiswah. Raja Abdul Aziz memerintahkan untuk membangun pabrik pembuatan kiswah di Ajyad—sebuah daerah dekat Masjidil Haram. Di sinilah kiswa pertama di era Kerajaan Saudi diproduksi di Makkah, yaitu pada 1926.
Produksi kiswah kemudian dipindah ke Umm al-Joud. Pada 1935, pemerintah Mesir dan Arab Saudi membuat perjanjian terkait dengan produksi kiswah. Sejak saat itu hingga 1963, produksi Ka’bah dilakukan di Mesir.
Selanjutnya, Arab Saudi membangun kembali pabrik kiswahnya. Pada 1972, Fahd bin Abdul Aziz—yang saat itu menduduki posisi Wakil Ketua Majelis Kabinet dan Menteri Dalam Negeri Saudi di pemerintahan Raja Faisal- meletakkan batu pertama pabrik kiswah di pinggiran Kota Makkah. Pabrik yang dibangun di atas lahan seluas 10 hektare itu diresmikan pada 1977 atau masa pemerintahan Raja Khalid. Lebih dari 240 orang dipekerjakan di pabrik kiswah ini.
Berbeda dengan pabrik kiswah era Raja Abdul Aziz, pabrik yang dibangun Fahd ini dilengkapi dengan peralatan canggih dan modern. Selain kiswah, di pabrik ini juga tirai bagian dalam Ka’bah dan kamar Nabi Muhammad diproduksi hingga hari ini.
Sebagai informasi, saat ini kain kiswah Ka'bah adalah sutra hitam yang diproduksi oleh sebuah pabrik khusus yang didirikan oleh otoritas Arab Saudi, dan diganti dengan kain baru setahun sekali setiap tanggal 9 Dzulhijjah.
Baca Juga: Pemilik Hotel di Makkah Puji Sistem Layanan Haji Indonesia