Cerita Pasien di Palembang Ikut Tes Swab, Sempat Menangis Kesakitan 

Ternyata hanya butuh waktu 10-15 menit

Bunyi mesin jam bergerak menunjukkan waktu 11.30 WIB. Sudah satu setengah jam perempuan itu duduk di sofa cokelat Polyclinic Jakabaring Palembang. Ia menunggu giliran tes swab karena salah satu rekan seprofesi dinyatakan positif COVID-19 sehari sebelumnya.

Mengenakan kerudung abu-abu dan kemeja biru bercorak di hari Kamis, dirinya masih sabar menanti tenaga medis mengambil sampe air liur, demi memastikan apakah virus corona (COVID-19) bersarang di rongga pernafasannya.

1. Registrasi tes swab dengan tanda pengenal

Cerita Pasien di Palembang Ikut Tes Swab, Sempat Menangis Kesakitan Ilustrasi pasien tes swab (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Melamunkan waktu, perempuan berusia sekitar 25 tahun itu tampak cemas. Perasaan khawatir tak bisa ia sembunyikan, sebab ia tahu betul bahaya COVID-19 jika menjangkiti dirinya.

"Silakan tanda pengenalnya sekalian," kata petugas yang mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap dengan hazmat. Petugas itu bernama Anita. Setidaknya demikian yang tertulis di penutup kepala berwarna kuning.

Baca Juga: Hasil Tes Pasar Kebon Semai Sekip, 3 Orang Reaktif Rapid COVID-19

2. Lokasi tes swab bersebrangan dengan rumah sehat wisma atlet Palembang

Cerita Pasien di Palembang Ikut Tes Swab, Sempat Menangis Kesakitan Ilustrasi pasien tes swab (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Perempuan itu bergegas menuju meja registrasi, kemudian mengisi data informasi. Masih ada belasan orang lain menunggu antrean. Mereka merupakan anak buah kapal (ABK) dan Polwan yang juga ikut diperiksa.

Dari halaman luar lokasi, terdapat sejumlah kendaraan roda dua dan empat terparkir di bawah pohon rindang. Mobil ambulans lalu lalang, bergantian keluar dan masuk halamana. Beberapa petugas hilir mudik membawa peralatan medis dan tumpukan kertas berisi data-data pasien.

Kerlap kerlip sirine ambulans membuat bayangan tenaga kesehatan yang mondar mandir, dari ruang periksa polyclinic menuju ke seberang gedung di Rumah Sehat Wisma Atlet Jakabaring, tempat pasien positif COVID-19 karantina yang hanya berjarak sekitar 500 meter.

3. Saat tes swab, kepala pasien harus mendongak

Cerita Pasien di Palembang Ikut Tes Swab, Sempat Menangis Kesakitan Pedagang Pasar Kebon Semai Sekip Palembang mengikuti swab test pasca meninggalnya satu rekan mereka suspect COVID-19. (IDN Times/ Deryardli Tiarhendi)

Pemeriksaan semacam ini menjadi kali pertama bagi perempuan itu. Sesekali ia melihat beberapa orang diwawancarai tim medis. Mereka ditanyai tentang keluhan yang muncul. Sejurus, perempuan itu duduk di sofa.

Petugas medis meminta kepalanya bersandar ke bagian atas sofa, dan menengadah tanda segera alat tes swab berupa pentul busa (cotton bud) akan masuk ke tenggorokan. "Pelan-pelan mbak," pintanya kepada Anita.

Perempuan itu menurunkan kelopak matanya, seakan tak ingin melihat alat swab itu mendekat ke mulut dan masuk ke dalam. Perlu diketahui, panjang pentul busa itu sekitar 10 sentimeter (Cm).

Tak hanya mulut, lubang hidung juga harus dimasukkan. Lendir harus diambil sebagai sampel pemeriksaan dan dipindahkan ke dalam tabung kaca berukuran kecil. "Gak terlalu sakit ya," celetuk perempuan itu kepada Anita.

5. Tes swab hanya butuh waktu 10-15 menit saja

Cerita Pasien di Palembang Ikut Tes Swab, Sempat Menangis Kesakitan Polyclinic jakabaring palembang tempat pasien tes swab (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Keberaniannya kembali muncul setelah pemeriksaan selesai. Padahal saat pentul busa itu masuk ke lubang hidung, ia sedikit terperanjat. Matanya berkaca dan air mata mengalir tanpa ia sadari.

"Seperti kemasukan air ke hidung waktu berenang. Kalau enjoy aman kok, yang penting tenang," sebutnya untuk menenangkan diri.

Pengambilan sampel dengan swab tak memakan waktu lama, hanya 10-15 menit. Apalagi petugas analis kesehatan sudah terbiasa melakukannya belakangan ini. Setelah selesai usap lendir, perempuan itu diminta keluar ruangan.

Ia hanya diminta langsung pulang dan isolasi mandiri, sembari menunggu hasil uji laboratorium. Jika pengambilan sampel hanya butuh waktu sebentar, tapi tidak dengan pemeriksaan.

Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Palembang memiliki kemampuan terbatas, yakni sekitar 400 sampel per hari. Sedangkan sampel yang masuk dari 17 kabupaten dan kota bisa mencapai 800-an sampel. Belum lagi kiriman empat provinsi tetangga. Saat ini saja, masih ada ribuan sampel yang menunggu antre untuk diperiksa.

Baca Juga: [WANSUS] Warga Pegang Kendali Kesuksesan PSBB Palembang & Prabumulih 

6. Tenaga medis ASN dibantu relawan

Cerita Pasien di Palembang Ikut Tes Swab, Sempat Menangis Kesakitan Polyclinic jakabaring palembang tempat pasien tes swab (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Menurut Anita, tim laboratorium Polyclinic Jakabaring Palembang sudah melakukan pemeriksaan kepada ratusan pasien. Baik rapid atau swab. Setelah swab, sampel langsung dikirim ke BBLK Palembang.

"Sistem kerja kami dibagi per tim tiap shift . Ada yang memang ASN dan relawan seperti saya. Setelah swab ini biasanya paling cepat tiga hari," jelas dia.

7. Seluruh tim medis tahu risiko ikut terpapar COVID-19

Cerita Pasien di Palembang Ikut Tes Swab, Sempat Menangis Kesakitan Ilustrasi pasien tes swab (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Anita paham betul dengan risiko pekerjaannya. Ia pun tahu tanggung jawab besar itu membahayakan dirinya. Meski khawatir dengan COVID-19, ia hanya fokus pada pekerjaan untuk membantu pasien agar lekas pulih.

"Sudah jadi konsekuensi, namanya tenaga kesehatan bukan cuma dokter atau perawat. Tim laboratorium dan analisis kesehatan juga petugas medis," tandasnya.

Baca Juga: 109 Pegawai RSUD Dipecat, Herman Deru Pastikan Tak Kekurangan Nakes 

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya