IWF 2020: Membuka Akses Karya Sastra bagi Kaum Difabel di Era Gigital 

Saat ini millennial lebih senang membaca melalui smartphone 

Jakarta, IDN Times - Karya sastra kerap kali dianggap sebagai karya yang eksklusif untuk masyarakat dunia. Sehingga, dulu karya sastra masih tidak dapat diakses oleh kalangan difabel, termasuk juga di Indonesia. 

Namun, di era digital saat ini karya-karya sastra tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan kalangan difabel di dunia. Seperti tunanetra disediakan huruf braille dan audio book untuk dapat membaca karya sastra.

Perubahan digitalisasi itu menjadi alternatif bagi kalangan difabel dalam mengakses karya sastra Indonesia. 

"Meskipun semuanya ada halangan, namun hal ini tidak menghambat teman-teman difabel dalam mengakses karya sastra," ujar Indah Darmastuti dalam acara Indonesia Writers Festival 2020 hari ketiga sesi 2 yang diselenggarakan IDN Times, Kamis (23/9/2020).

Baca Juga: IWF 2020: 5 Hal Penting Sebelum Ambil Konten Medsos Jadi Artikel

1. Karya sastra tetap dapat dinikmati oleh kalangan difabel di Indonesia

IWF 2020: Membuka Akses Karya Sastra bagi Kaum Difabel di Era Gigital Yudhi, seorang tuna netra saat dipandu di ruang kelas. Fariz Fardianto/IDN Times

Indah Darmastuti mengatakan, ia tidak percaya kalau minat baca di Indonesia tergolong rendah. Baginya, millennial saat ini lebih senang membaca melalui smartphone dibandingkan buku, yang dinilai sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. 

Selain itu, setiap manusia juga memiliki kesukaan yang berbeda-beda, seperti membaca, menulis, mendengarkan musik, dan berolahraga. Dengan begitu, setiap manusia memiliki caranya masing-masing untuk mendapatkan informasi dan pembelajaran.

"Begitu juga dengan teman-teman netra, ada yang senang membaca dan juga mendengarkan musik. Semuanya tetap difasilitasi untuk melakukan hobinya masing-masing," ujar Indah. 

Indah juga menambahkan, minat baca tunanetra sudah cukup baik karena telah difasilitasi oleh peralatan yang mendukung. 

"Sudah ada audio book dan huruf braille yang bisa membantu teman-teman netra untuk membaca sastra," ujar Indah.

2. Komunitas tunanetra berupaya memfasilitasi anggotanya yang senang membaca

IWF 2020: Membuka Akses Karya Sastra bagi Kaum Difabel di Era Gigital Sebuah aplikasi baca layar digunakan open tuna netra ketika kuliah di Udinus. Fariz Fardianto/IDN Times

Dalam webinar ini, Indah juga mengisahkan tentang komunitas Merem Library yang beranggotakan difabel netra yang senang membaca. 

Komunitas Merem Library tersebut mempunyai kegiatan mengumpulkan uang dari setiap anggotanya untuk mendigitalkan novel-novel yang masih sulit untuk diakses secara digital.

"Mereka itu patungan bersama untuk mendigitalkan novel-novel yang ingin mereka baca," ujarnya.

Namun, Komunitas ini juga mempunyai peraturan yang ketat terkait digitalisasi novel. Salah satunya ialah melarang menyebarluaskan novel yang telah digitalisasi oleh komunitas.

"Iya, aturan ini supaya menghindari penyalahgunaan buku tersebut dan pelarangan plagiarisme karya tulis yang ada di Indonesia," ujarnya. 

Kegiatan Komunitas Merem Library merupakan cerminan dari kegiatan komunitas-komunitas difabel netra lainnya yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan guna memfasilitasi anggota komunitas tunanetra yang hobi membaca. 

3. Pendekatan Indah Darmastuti dalam menyebarluaskan karya sastra di kalangan difabel

IWF 2020: Membuka Akses Karya Sastra bagi Kaum Difabel di Era Gigital Indah Darmastuti

Pengelola Difalitera ini juga menjelaskan, ia melakukan pendekatan kepada difabel netra dengan mengajak bermain bersama. Lambat laun, rasa cinta terhadap karya sastra itu akan muncul dengan sendirinya di hati mereka. 

Melalui komunitas Teras Baca yang juga sedang dikelolanya, Indah mengajak anggota komunitas tersebut untuk membaca karya sastra dengan cara bermain bersama. 

"Saya tidak memaksa mereka untuk suka karya sastra seperti saya, tapi saya mengajak mereka untuk membaca karya sastra dengan bermain," ujar Indah. 

Pelan-pelan namun pasti, Indah berhasil menciptakan rasa cinta di hati difabel netra untuk tetap menikmati karya sastra dengan berbagai cara. 

Baca Juga: IWF 2020: 5 Hal di Industri Digital yang Menggunakan Teknik SEO

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya