Heboh Ucapan Puan, Ade Armando Soroti Warga Sumbar Dulu dan Sekarang

Sumbar banyak melahirkan tokoh besar di masa lalu

Jakarta, IDN Times - Pakar Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Ade Armando memberikan penjelasan terkait perbedaan sikap warga Sumatra Barat (Sumbar) dahulu dan sekarang, terutama di ranah Minangkabau.

Menurut Armando, banyak intoleransi yang terjadi di Sumbar, yang sebenarnya nilai-nilainya jauh dari Pancasila yang telah diperjuangkan tokoh-tokoh asal Sumbar pada masa lampau.

1. Sumbar banyak melahirkan tokoh besar pada masa lalu

Heboh Ucapan Puan, Ade Armando Soroti Warga Sumbar Dulu dan SekarangFoto hasil repro dari buku Istri-Istri Sukarno (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Hal itu sekaligus menanggapi pernyataan Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bidang Politik Puan Maharani, yang meminta warga Sumbar mendukung Indonesia sebagai negara Pancasila.

Ade menyebutkan, Sumbar banyak melahirkan tokoh-tokoh besar pada masa lampau, seperti Mohammad Hatta, Agus Salim, Sutan Syahrir, Tan Malaka, Hamka, Mohammad Natsir, dan Muhammad Yamin.

Menurut Ade, Puan sangat menyadari peran tokoh-tokoh tersebut sebagai sosok yang pluralis. Namun tokoh-tokoh itu adalah kisah di masa lalu.

"Yang dipersoalkan adalah apa yang terjadi sekarang. Kalau Bung Hatta masih hidup, mungkin dia juga khawatir dengan apa yang terjadi di tempat kelahirannya itu," kata Ade melalui keterangan tertulis, Minggu (6/9/2020).

Baca Juga: Buntut Ucapan soal Sumbar, Puan Maharani Dilaporkan ke Polisi 

2. Namun Sumbar hari ini masuk ke dalam lima kota dengan indeks intoleran

Heboh Ucapan Puan, Ade Armando Soroti Warga Sumbar Dulu dan SekarangIlustrasi Jam Gadang, Kota Padang, Sumatra Barat (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Dalam indeks kota toleran, menurut Ade, Padang termasuk dalam kelompok lima wilayah paling intoleran di Indonesia. Selain itu, beberapa bulan yang lalu, Gubernur Sumbar melarang aplikasi Injil berbahasa Minang.

"Itu maksudnya apa? Kalau orang Sumbar memang Pancasilais, mereka pasti akan gembira menyaksikan umat Kristen di sana memiliki Injil berbahasa Minang," ujar dia.

3. Ade Armando pernah dipecat dari adat Minangkabau karena mengkritisi aplikasi injil berbahasa Minang

Heboh Ucapan Puan, Ade Armando Soroti Warga Sumbar Dulu dan SekarangPixabay.com/arjeepres

Dosen yang juga berdarah Minang itu mengatakan, pada sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, berarti semua masyarakat Indonesia adalah satu keluarga, terlepas dari perbedaan keyakinan dan agama.

Armando pun pernah mengkritisi Gubernur Sumbar karena kebijakannya melarang aplikasi Injil berbahasa Minang.

"Saya pun ketika itu mendapatkan hukuman sosial gara-gara mengkritik keputusan tersebut. Saya bahkan dinyatakan dipecat dari adat Minangkabau karena menyatakan keputusan Sumbar itu mencerminkan keterbelakangan,” tutur dia.

4. Ade Armando minta warga Minang introspeksi diri

Heboh Ucapan Puan, Ade Armando Soroti Warga Sumbar Dulu dan SekarangSyafii Maarif (IDN Times/Tunggul Kumoro)

Armando menyadari Sumbar juga memiliki intelektual kritis dan terbuka saat ini. Sebut saja Buya Syafii Maarif, Azyumardi Azra, Emil Salim, Taufik Abdullah, Philip Vermonte, Asvi Warman Adam, Andrinof Chaniago, Saldi Isra, Hamdi Muluk, dan Arbi Sanit. Namun, dia mengingatkan mereka semua adalah orang Minang yang sudah meninggalkan Sumbar.

Oleh sebab itu, Armando menilai, ucapan Puan saat memberikan rekomendasi kepada bakal calon Gubernur Sumbar Mulyadi untuk meminta warga Sumbar mendukung Indonesia sebagai negara Pancasila, adalah hal yang tepat.

“Puan itu sekadar menyampaikan keprihatinan yang selama ini banyak dirasakan banyak orang di luar Sumbar. Orang Minang yang tinggal di Jakarta juga banyak yang merasa sedih dengan kondisi daerah asalnya. Seharusnya orang Sumbar bukan marah, melainkan melakukan introspeksi atas sindiran Puan," ujar Armando.

5. Ketua PPMM Padang tak mau ambil pusing soal pernyataan Ade Armando

Heboh Ucapan Puan, Ade Armando Soroti Warga Sumbar Dulu dan SekarangAde Armando, 20 November 2019 (IDN Times/Axel Jo Harianja)

Sementara itu secara terpisah, Ketua Persatuan Pemuda Mahasiswa Minang (PPMM) David, enggan menanggapi pernyataan Ade Armando terkait Kota Padang yang disebut sebagai kota intoleran.

“Pertama saya belum baca pernyataan Ade Armando. Kedua kalau pernyataan Ade Armando itu mengarah ada statement Sumatra Barat belum hidup di nilai-nilai Pancasila, itu hak Ade Armando untuk bicara seperti itu, karena setiap orang diberikan hak kebebasan berpendapat dan berfikir,” kata David saat dihubungi IDN Times, Minggu.

David menambahkan, setelah laporannya ke Bareskrim ditolak karena kurang kuatnya alat bukti yang dibawa terkait pernyataan Puan Maharni, pihaknya akan kembali melaporkan kembali ketua DPR RI itu ke Majelis Kehormatan Dewan (MKD) DPR pada Selasa, 8 September 2020.

“Saya menjalankan fungsi sebagai orang Padang yang tabayun, tidak mudah terbakar (pernyataan Ade Armando), itu prinsip orang Padang,” tuturnya.

Baca Juga: Polisi Tolak Laporan Pemuda Minang terhadap Puan Maharani, Kenapa? 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya