KNKT: Lion Air Sudah Alami Kerusakan Sejak Penerbangan Sebelumnya

Kerusakan berulang kali terus terjadi

Jakarta, IDN Times - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan sejumlah fakta baru seputar kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan laut Karawang, Senin (29/10) lalu berdasarkan hasil investigasi dari penemuan Flight Data Recorder (FDR).

Fakta-fakta itu dirangkum dalam laporan pendahuluan atau preliminary report (laporan pendahuluan) yang sesuai ketentuan harus disampaikan 40 hari setelah kejadian.

1. Sudah ada kerusakan sejak penerbangan sebelumnya

KNKT: Lion Air Sudah Alami Kerusakan Sejak Penerbangan Sebelumnya(Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Polana Banguningsih Pramesti (kanan) bersama Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono) ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Wakil Ketua KNKT Haryo Satmiko membeberkan bahwa FDR mencatat terdapat stick shaker yang aktif sesaat sebelum lepas landas dan terbang dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai pada Minggu (28/10) sekitar pukul 22.00 WITA.

“Selanjutnya, ketika berada di ketinggian sekitar 400 kaki di atas permukaan laut, Pilot in Command (PIC) menyadari terdapat peringatan 'IAS DISAGREE' pada Primary Flight Display (PFD). Kemudian, PIC mengalihkan kendali pesawat udara ke Second in Command (SIC) serta membandingkan penunjuk pada PFD dengan instrumen standby dan menentukan bahwa PFD kiri mengalami masalah,” ujar Haryo di kantor KNKT, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (28/11).

2. PIC penerbangan sebelumnya sempat melaporkan kerusakan pesawat

KNKT: Lion Air Sudah Alami Kerusakan Sejak Penerbangan SebelumnyaInstagram/@lionairgroup

PIC mengetahui bahwa pesawat mengalami trimming aircraft nose down (AND) secara otomatis. PIC kemudian mengubah tombol STAB TRIM ke CUT OUT. SIC melanjutkan penerbangan dengan trik manual dan tanpa sistem auto-pilot sampai akhirnya mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten sekitar pukul 22.56 WIB.

Menurut dia, PIC sempat melakukan deklarasi ‘PAN PAN’ karena mengalami kegagalan instrumen kepada petugas pemandu lalu lintas penerbangan Denpasar dan meminta untuk melanjutkan arah terbang searah dengan landasan pacu. PIC juga sempat melaksanakan tiga non-normal checklist, namun tidak satupun prosedur dimaksud memuat instruksi untuk melakukan pendaratan di bandara terdekat.

“Setelah Lion Air PK-LQP parkir, PIC melaporkan permasalahan pesawat udara kepada teknisi dan menulis IAS dan ALT Disagree dan menyalanya lampu feel differential pressure (FEEL DIFF PRESS) di Aircraft Flight and Maintenance Logbook (AFML),” tuturnya.

Baca Juga: Belum Ada Sanksi untuk Lion Air, Kemenhub Tunggu KNKT

3. Meskipun kerusakan sudah diperbaiki, namun masih ada kerusakan lanjutan

KNKT: Lion Air Sudah Alami Kerusakan Sejak Penerbangan SebelumnyaANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Teknisi pun melakukan pembersihan Air Data Module (ADM) pilot dan static port kiri untuk memperbaiki IAS dan ALT disagree disertai dengan tes operasional di darat dengan hasil tidak ada masalah. Kemudian Teknisi melakukan pembersihan sambungan kelistrikan pada Elevator Feel Computer disertai dengan tes operasional dengan hasil baik.

Selanjutnya, pesawat Lion Air PK-LQP lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta dengan tujuan Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang pada Senin (29/10) 2018, pukul 06.20 WIB

“FDR merekam adanya perbedaan antara AOA kiri dan kanan sekitar 20 derajat yang terjadi terus-menerus sampai dengan akhir rekaman. Sesaat pesawat udara sebelum lepas landas (rotation), stick shaker pada control column sebelah kiri aktif dan terjadi pada hampir seluruh penerbangan,” jelasnya.

4. Sebelum terbang, Co-pilot JT 610 sempat meminta arahan dari pemandu lalu lintas udara

KNKT: Lion Air Sudah Alami Kerusakan Sejak Penerbangan SebelumnyaInstagram/@lionairgroup

Saat terbang, SIC sempat bertanya kepada petugas pemandu lalu lintas penerbangan untuk memastikan ketinggian serta kecepatan pesawat udara yang ditampilkan pada layar radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan.

Kemudian SIC juga melaporkan mengalami masalah kontrol penerbangan atau flight control problem kepada radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan.

“Setelah flaps dinaikkan, FDR merekam trim AND otomatis aktif diikuti dengan input dari pilot untuk melakukan trim aircraft nose up (ANU). Trim AND otomatis berhenti ketika flaps diturunkan,” ujarnya.

“Ketika flaps dinaikkan kembali, trim AND otomatis dan input dari pilot untuk melakukan trim aircraft nose up (ANU) terjadi kembali dan berlanjut selama penerbangan hingga akhirnya beberapa menit kemudian FDR berhenti merekam data,” sambungnya.

5. KNKT masih terus melakukan investigasinya dengan bantuan pihak luar

KNKT: Lion Air Sudah Alami Kerusakan Sejak Penerbangan Sebelumnya(Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono ) IDN Times/Irfan Fathurohman

Sampai dengan laporan awal ini diterbitkan, Cockpit Voice Recorder (CVR) masih belum berhasil ditemukan dan kegiatan pencarian masih dilakukan. Haryo pun mengatakan pihaknya masih akan melanjutkan proses investigasi, salah satunya untuk memeriksa sensor AOA dan melakukan simulasi penerbangan dengan menggunakan engineering simulator miliki Boeing. Tim investigasi, lanjutnya, juga akan melakukan analisa terhadap data Quick Access Recorder (QAR) yang telah didapatkan.

Investigasi sendiri akan dilakukan dengan melibatkan pihak National Transportation Safety Board Amerika sebaga negara tempat Boeing 737 Max 8 dirancang dan dibuat, serta Transport Safety Investigation Bureau (TSIB) Singapura dan Australian Transport Safety Bureau (ATSB) sebagai negara yang memberikan bantuan selama proses investigasi.

Baca Juga: BPJS TK Serahkan Santunan Rp1,5 Miliar pada Keluarga Korban Lion Air

Topik:

  • Dwi Agustiar
  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya