Melati Permata, Caleg Millennial yang Gadaikan Pendidikan demi Warga  

Modal cekak bukan jadi penghalang untuk maju menjadi caleg

Jakarta, IDN Times - Muda, enerjik, percaya diri, dan punya jiwa sosial yang tinggi. Rasanya tidak berlebihan jika karakter tersebut disematkan kepada Melati Permata Jelita, remaja yang rela menggadaikan pendidikannya demi melayani masyarakat Jakarta Utara.

Ya, Melati biasa ia disapa adalah seorang calon legislatif (caleg) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta III, yang meliputi daerah pemilihan (dapil) Penjaringan, Pademangan, dan Tanjung Priuk dengan nomor urut 03 dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Sosoknya tentu sangat asing. Jangankan kenal, mendengar namanya atau melihat foto dirinya bercokol di baliho-baliho raksasa jalan utama ibu kota seperti caleg lain pun tidak pernah kita lihat sebelumnya.

Melati memang bukan terlahir dari keluarga pengusaha, atau bahkan politikus yang terus melahirkan generasi-generasi politik barunya demi membangun dinasti kekuasaan yang abadi.

Sebelumnya tidak pernah terlintas di benak perempuan 23 tahun ini untuk menjadi caleg. Justru, sebelum dia mendaftar sebagai bakal calon anggota legislatif (bacaleg), dia ingin melanjutkan kuliah ke jenjang paska sarjana untuk bekal masa depan.

“Awal di jalan pas mau daftar S2 kepikiran maju nyaleg, awalnya gak kepikiran masih kecil gini nyaleg. Sehari kemudian saya mikir, saya tahajut, saya mikir waktu bulan
Maret 2018 pas bacaleg, saya mikir melihat kondisi negara hari ini dan agama, kayaknya saya harus maju untuk perjuangan,” kata Melati saat ditemui di rumahnya kawasan Sunter Jaya, Jakarta Utara, Jumat (12/4).

Baca Juga: Calegnya Ditangkap karena Narkoba, Gerindra Minta Maaf

1. Bermula dari Pilkada DKI Jakarta 2017

Melati Permata, Caleg Millennial yang Gadaikan Pendidikan demi Warga  Fitang

Tidak muluk-muluk, bukan ingin mengubah jagat perpolitikan nasional yang telah karut marut karena politik uang, berita hoaks atau mengembalikan triliunan rupiah aset negara yang katanya banyak berada di luar negeri.

Motivasi Melati menjadi seorang wakil rakyat adalah semata-mata ingin membuat perubahan dan membangun kampungnya agar jauh lebih baik lagi, mulai dari kesehatan hingga pendidikan yang terjangkau bagi masyarakat miskin.

“Motivasi maju caleg, yang pasti di tahun politik ini negara butuh sosok anak muda yang mewakili perubahan. Selama ini kan politik dikenal dengan sistem yang sudah amburadul. Saya optimis apa pun itu bisa diubah oleh anak muda, makanya saya ambil langkah kecil yaitu pencalegan ini yang mana awalnya memang saya sudah fokus pada bidang sosial,” kata Melati. 

Dia mengaku belum lama berkecimpung di dunia politik. Perjuangannya di kancah tersebut baru lahir saat menjadi relawan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

Usai berhasil memenangkan pasangan itu, ia kemudian diberikan amanat menjadi Ketua DPD Perempuan Muslimah Amanah (PMA) Jakarta Utara, sebuah organisasi yang bermitra dengan PAN khusus menangani persoalan perempuan.

“Awalnya memang dari perjuangan itu. Tapi memang sebelumnya saya sudah punya anak-anak didik di kolong jembatan, sampai sekarang sudah hampir tiga tahun ini. Di situ memberikan pengajaran, kelas-kelas baca tulis, bahasa Inggris, sampai pengajian. Jadi mereka boleh belajar di sisa-sisa waktu mereka cari uang, tapi jangan lupa agama itu penting. Jadi ditanamkan untuk mereka agama juga,” ujar Melati.

Diberikan amanah sebagai Ketua DPD PMA tentu dimanfaatkan dengan baik olehnya, Melati terus mengepakkan sayap sosialnya dengan menyentuh masyarakat lapisan bawah di Jakarta Utara. Ia bahkan pernah menolong salah satu pasien rumah sakit yang terbentur biaya administrasi lantaran BPJS-nya sudah tidak aktif lagi.

“Ternyata selama seminggu dirawat harus diberikan tunggakan sebesar Rp57 juta yang mana pasien tidak menyangka itu. Dikirain dicover BPJS walaupun mati. Karena disuruh "masuk aja bu" namanya orang sakit alhamdulilah boleh masuk gitu. Ternyata bayar Rp 57 juta,” ungkapnya.

“Setelah mereka informasikan, saya kondisikan dengan tim gubernur maupun DPD Ibu Fahira Idris, lalu kami dan tim melakukan negosiasi ke rumah sakit sampai (tunggakan) Rp57 juta itu dibebaskan,” sambungnya.

Selain itu, dalam dunia pendidikan ia juga pernah menolong seorang anak yang ijazahnya harus ditahan lantaran tidak mampu membayar tunggakan biaya sekolah. Dengan kejadian-kejadian sosial tersebut, membuat anak kedua dari lima bersaudara ini semakin membulatkan tekadnya untuk terjun langsung ke dunia politik praktis.

“Saya mau membuat gebrakan sebagai politisi muda bahwa politisi itu gak cuma sekadar memikirkan ke atas, tapi wajib ke bawah. Ini gebrakan yang mau saya lakukan bahwa politik itu adalah politik yang bermanfaat, bukan politik yang sembarang politik gitu,” tegasnya.

2. Pernah dikucilkan saat mendaftar sebagai caleg

Melati Permata, Caleg Millennial yang Gadaikan Pendidikan demi Warga  Fitang

Mendaftarkan diri sebagai bakal caleg DPRD Jakarta, tentu bukan persoalan mudah bagi Melati. Pandangan pesimis dan negatif ditujukan kepada dirinya dari masyarakat hingga kader-kader partai tempatnya bernaung saat ini. Namun, semua dapat ditepis lewat berbagai macam kegiatan sosial yang selama ini pernah ia lakukan.

“Saya dipojokin terus, makin dipojokin. Tapi mereka melihat semakin saya dipojokin semakin terlihat potensinya dan semangat untuk berjuang, sampai akhirnya mereka kasih kesempatan,” bebernya.

3. Sempat tak direstui orangtua

Melati Permata, Caleg Millennial yang Gadaikan Pendidikan demi Warga  Fitang

Bukan hanya dari masyarakat dan kader partai, pertentangan menjadi seorang caleg juga datang dari orangtuanya. Pasalnya, menurut mereka, urusan politik adalah mengenai kekuasaan yang dapat dijual beli asal punya materi.

“Awalnya saya tidak jujur dengan orangtua kalau nyaleg. Akhirnya setelah itu banyak orang-orang dari PAN kumpul di rumah terus orangtua saya curiga, akhirnya saya jujur saya nyaleg,” tuturnya.

Melalui perdebatan panjang, orangtuanya akhirnya memberikan restu kepada Melati untuk menjadi caleg. Banyak berkecimpung di dunia sosial membuat orangtua Melati sadar bahwa anaknya harus berguna bagi masyarakat luas.

“Saya mohon sama ibu saya karena udah daftar. Karena melihat sosial saya tinggi jadi patokannya gitu. Dia pegang kepala saya dia nangis, 'mami tahu perjuangan kamu selama ini, kamu orang yang ikhlas menolong’,” ujar Melati menirukan perkataan ibunya saat itu.

4. Modal cekak mengharuskan Melati kampanye door to door

Melati Permata, Caleg Millennial yang Gadaikan Pendidikan demi Warga  Fitang

Dengan keterbatasan materi yang dimiliki, tidak lantas membuat Melati putus asa untuk menggapai cita-citanya. Bermodalkan uang Rp300 juta, ia memberanikan diri membentuk tim kampanye untuk jangka waktu 7 bulan.

Remaja yang menyandang gelar sarjana hubungan internasional ini bersama timnya mengetuk satu pintu ke pintu lainnya saat berkampanye. Bahkan ia mengaku satu per satu timnya tumbang lantaran keterbatasan dana yang dimilikinya.

Bukan juga datang dengan mobil mewah, pakaian bling-bling khas sosialita, Melati bersama tim kampanye dia datang ke rumah-rumah warga dengan menggunakan sepeda motor sembari membawa pengeras suara, yang ditentengnya sendiri.

“Jadi kalau saya jarang banget bikin titik berkumpul warga, karena menurut saya itu kurang efektif. Saya punya nilai plus dibanding harus berjanji-janji. Biasanya saya isi pengajian juga ceramah, kalau ada warga nikahan saya jadi qori tanpa dibayar. Itu cara saya berkampanye,” ungkapnya.

Melati jalan menyusuri setiap gang-gang kecil yang tak jarang kumuh, menyalami langsung tangan-tangan yang membutuhkan bantuan dari para wakil rakyat yang semakin hari tidak memperdulikan keberadaan mereka.

Senyum dan salam dibalas oleh warga yang menyambut baik kedatangannya di rumah mereka. Dengan mengambil jargon “Anak Kampung Sini (Akamsi)”, Melati mencoba meyakinkan warga untuk mau memilih putri asli daerah Jakarta Utara tersebut.

“Saya gak terlalu kenal, tapi saya pengen mba Melati sebagai perwakilan kami untuk di sini. Kalau ada warga sini jadi, kan kalau ngadu bisa enak,” ujar Herdi (36) usai disambangi Melati saat berkampanye.

5. Tidak akan berhenti di Pemilu 2019

Melati Permata, Caleg Millennial yang Gadaikan Pendidikan demi Warga  Fitang

Melihat persaingan di dapilnya yang begitu ketat, Melati menyerahkan segala urusan kepada Sang Pencipta. Segala upaya dan usaha telah ia lakukan selama 7 bulan terakhir ini. Seandainya nanti pada 17 April dia tidak terpilih, Melati mengaku akan terus melanjutkan perjuangannya di bidang sosial melalui organisasi PMA yang telah dibesarkannya.

Menurut dia, orang yang memiliki jiwa sosial tidak akan pernah berhenti pada satu batu sandungan. Banyak hal positif lain yang bisa dilakukan bila memang warga tidak memberikan amanat kepadanya.

“Warga membutuhkan saya, saya tidak akan berhenti hanya di 17 April tentunya, ada jangka panjang kalau tahun ini tidak berhasil, 5 tahun ke depan saya akan maju lagi,” ungkapnya.

“Tim-tim yang telah terbentuk ini tetap akan ada perkumpulannya sendiri, entah jadi majelis taklim atau apa, artinya memupuk tim yang sudah ada, sehingga mereka bisa jadi telinga dan mata buat saya ketika ada permasalahan di warga,” sambungnya.

Bahkan, bila masih memiliki dana yang cukup, Melati ingin melanjutkan kembali impiannya kuliah di jenjang paska sarjana, seperti yang telah lama ia cita-citakan.

Baca Juga: Kampanye ala Caleg Millennial Rian Ernest: Sebar Janji dan Nomor HP

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya