PKB, Partai Era Reformasi yang Lahir dari Tangan Kiai NU

PKB saat ini dipimpin Muhaimin Iskandar

Jakarta, IDN Times - Dalam sejumlah jajak pendapat yang digelar beberapa lembaga survei, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi salah satu partai politik (parpol) yang diprediksi akan lolos masuk parlemen dari hasil Pemilu 2019.

Berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia yang digelar pada 22-29 Maret 2019, PKB meraih dukungan suara 8,7 persen. Melebihi ambang batas parlemen (parliamentary threshold) yakni 4 persen.

PKB merupakan partai yang lahir pada era reformasi setelah lengsernya Presiden Soeharto, yang telah berlangsung selama 32 tahun tersebut.
 
Pada 23 Juli 1998 atau 29 Rabiul Awal 1419 H, PKB lahir menjadi sebuah partai politik yang berideologi nasionalis religius di Indonesia, yang didirikan oleh para kiai dari Nahdatul Ulama (NU) atas usulan dari warga NU di seluruh pelosok Indonesia, agar PBNU membentuk Partai Politik.

1. Gus Dur Salah Satu Pendiri PKB

PKB, Partai Era Reformasi yang Lahir dari Tangan Kiai NUANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Dalam menyikapi usulan yang masuk dari masyarakat Nahdliyin, PBNU menanggapinya secara hati-hati. Hal ini didasarkan pada adanya kenyataan bahwa hasil Muktamar NU ke-27 di Situbondo yang menetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik manapun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis.

Namun demikian, sikap yang ditunjukkan PBNU belum memuaskan keinginan warga NU. Banyak pihak dan kalangan NU dengan tidak sabar bahkan langsung menyatakan berdirinya parpol untuk mewadahi aspirasi politik warga NU setempat. Di antara yang sudah mendeklarasikan sebuah parpol adalah Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Umat (Perkanu) di Cirebon.

Akhirnya, PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 3 Juni 1998. Forum ini menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU.

Tim Lima diketuai oleh KH Ma'ruf Amin , dengan anggota, KH M Dawam Anwar, Dr KH Said Aqil Siroj, M.A. , HM Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.

Selain itu, dibentuk pula Tim Asistensi yang diketuai Arifin Djunaedi dengan anggota H Muhyiddin Arubusman, HM Fachri Thaha Ma'ruf, H Abdul Aziz, H Andi Muarli Sunrawa, HM Nasihin Hasan, H Lukman Saifuddin, Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar. 

Tim tersebut bertugas membantu Tim Lima, terutama untuk mengiventarisasi dan merangkum usulan warga NU yang ingin membentuk parpol baru. Inisiator pembentukan parpol bagi warga NU, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, prihatin bahwa kelompok-kelompok NU ingin mendirikan partai politik NU. Menurut dia, hal itu terkesan mengaitkan agama dan politik partai. 

Pada akhir Juni 1998, sikap Gus Dur mengendur dan bersedia menginisiasi kelahiran parpol berbasis ahlussunnah wal jamaah. Keinginan Gus Dur diperkuat dukungan deklarator lainnya, yaitu KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A Mustofa Bisri, dan KH A Muchith Muzadi. 

Proses selanjutnya, penentuan nama partai disahkan melalui hasil musyawarah Tim Asistensi Lajnah, Tim Lajnah, Tim NU, Tim Asistensi NU, Perwakilan Wilayah, para tokoh pesantren, dan tokoh masyarakat. 

Seusai pembentukan partai, deklarasi pun dilaksanakan di Jakarta pada 23 Juli 1998. Salah satu poin deklarasi menyebutkan, PKB bersifat kejuangan, kebangsaan, terbuka, dan demokratis. Meski berbasis NU, PKB juga beranggotakan orang-orang yang berasal dari luar NU, bahkan beberapa kader memiliki latar belakang agama yang bukan Islam. 



2. PKB di Bawah Kepemimpinan Muhaimin Iskandar (Cak Imin)

PKB, Partai Era Reformasi yang Lahir dari Tangan Kiai NUANTARA FOTO/Budi Candra Setya

Di bawah komando Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) H. Abdul Muhaimin Iskandar, perolehan suara PKB dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 meroket. Dengan pencapaian 11.292.151 suara (9,04%) atau setara 47 kursi di DPR RI. Padahal, lima tahun sebelumnya atau Pemilu priode 2004-2009, PKB hanya memperoleh 5.146.302 suara (4,95 persen) dan mendapat 28 kursi DPR RI.

Semua pencapaian tersebut dapat diraih berkat strategi jitu yang ditelurkan Cak Imin sapaan akrab H Abdul Muhaimin Iskandar dalam menghadapi Pemilu 2014. Cak Imin tidak hanya dikenal piawai memainkan strategi politik, ia juga lihai dalam memotivasi semangat calon anggota legislatif asal PKB untuk berjibaku meraih kemenangan.

Baca juga: 12 Ketua Umum Parpol Ini Pernah Bahas Politik dengan Jokowi di Istana

Tekad bulat Cak Imin mengibarkan bendera kejayaan PKB terus dilakukan. Bahkan, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) itu sampai hari ini terus mengajak keluarga besar PKB untuk bekerja lebih keras dengan memasifkan politik silaturahim, membangun kantung – kantung kekuatan nahdliyin dan nahdliyah serta lebih memperkuat kembali sinergisitas antara Nahdlatul Ulama (NU) dan PKB.

Sebagai partai dengan basis nasionalis religius, PKB pun berhasil mengantarkan 85 pasangan calon kepala daerah di seluruh Indonesia dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 9 Desember 2015 lalu.

Semua keberhasilan PKB di tangan Cak Imin saat ini, tidak lepas juga dari jasa besar pendiri PKB, yakni KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur dan kiai-kiai lainnya.

Sejarah bangsa Indonesia mencatat, ketokohan dan kepemimpinan Gus Dur terbukti ampuh mendongkrak suara PKB di Pemilu 1999. Pesta demokrasi perdana yang diikuti Green Party ini sukses besar dengan meraup 13.336.982 suara (12,61 persen) setara 51 kursi di DPR RI.

Tak hanya sampai di sana, gaya politik Gus Dur pun berhasil memikat koalisi poros tengah untuk menunjuk Gus Dur sebagai calon presiden. Melalui proses pemungutan suara pada Sidang Umum MPR, Gus Dur pun terpilih menjadi Presiden RI dan Megawati Soekarnoputri sebagai wakilnya.

Pada Pemilu tahun 2004-2009, PKB kembali masuk dalam lingkaran lima besar. Dimana peringkat PKB pada waktu itu berada di peringkat ketiga dengan raihan 12.002.885 suara (10,61 persen) dan mendapat 52 kursi DPR RI.

Sayangnya, pada Pemilu 2009-2014 perolehan suara PKB melorot tajam. Partai anak kandung NU ini hanya meraih 5.146.302 suara (4,95 persen) dan mendapat 28 kursi DPR.

Barulah, pada era kepemimpinan Cak Imin PKB berada di jalur yang tepat untuk meraih kesuksesan dan menjadi partai pembela rakyat sejati. 

3. PKB Nomor Urut 1 di Pemilu 2019

PKB, Partai Era Reformasi yang Lahir dari Tangan Kiai NUANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/kye/18

PKB mendapatkan Nomor urut 1 pada Pemilu 2019 mendatang. Hal tersebut tentunya dirasakan senang dan syukur karena nomor 1 dianggap sebagai angka cantik dan juga pemenang.


"Alhamdulillah PKB dapat nomor urut 1, sesuai doa kiai dan semua kader. Ini juga menjadi tanda-tanda bahwa PKB akan menjadi kunci penentu pileg dan pilpres," ujar Wasekjen PKB Daniel Johan.


Lebih lanjut Daniel mengatakan akan melakukan konsolidasi internal dan turun langsung bertemu rakyat guna mensukseskan Pilkada 2018 yang tentunya akan berimbas pada Pileg dan Pilpres 2019 mendatang.

"Mohon doa dan dukungan segenap rakyat. Cak Imin sebelum pengambilan nomor urut sudah memerintahkan kepada seluruh kader untuk benar-benar menjalankan ideologi partai dan memenangkan kekuasaan sepenuhnya untuk diabdikan bagi kemanusiaan dan keadilan. Tujuan utama didirikan PKB adalah mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab," kata Daniel.


Setelah pilkada serentak, PKB akan mulai mempersiapkan capres dan cawapres. Termasuk mematangkan rencana mencalonkan Ketum Muhaimin Iskandar sebagai cawapres.


"Kami sedang menggali suara rakyat dan basis dukungan, sampai Juni tahun ini diputuskan. Sejauh ini suara yang ada cukup kuat desakan untuk duet dengan Jokowi," tutupnya.

Baca juga: KPU: 12 Parpol Lolos Verifikasi Administrasi

 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya