Pantauan di 80 Titik Belum Tunjukkan Hilal, 1 Syawal Ditetapkan 24 Mei

Sidang isbat menetapkan berdasarkan proses hisab dan rukyat

Jakarta, IDN Times - Tim Falakiyah Kementerian Agama menegaskan bahwa tidak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal awal Syawal 1441 Hijriah yang bisa teramati di seluruh wilayah Indonesia pada hari ini, Jumat (22/05).

Dengan demikian, sidang isbat secara bulat menyatakan 1 Syawal 1441 Hijriah jatuh pada  Minggu, 24 Mei 2020. Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan penetapan ini dibuat berdasarkan dua hal, yaitu penghitungan hisab dan metode rukyat.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, Sidang Isbat Awal Syawal 1441 Hijriah hanya dihadiri secara fisik oleh Menteri Agama Fachrul Razi, Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi, Ketua Komisi VIII Yandri Susanto, Ketua MUI KH Abdullah Jaidi, dan Direktur Jenderal Bimas Islam Kamaruddin Amin.

Sementara para pimpinan ormas, pakar astronomi, Badan Peradilan Agama, serta para pejabat Eselon I dan II Kementerian Agama lainnya mengikuti jalannya sidang isbat melalui media konferensi video.

1. Kemenag melakukan pengamatan hilal di 80 titik di seluruh Indonesia

Pantauan di 80 Titik Belum Tunjukkan Hilal, 1 Syawal Ditetapkan 24 MeiRukyatul Hilal oleh Kemenag Sumsel, Kamis (23/4). (IDN Times/Rangga Erfizal)

Pakar astronomi dari Tim Falakiyah Kementerian Agama Cecep Nurwendaya timnya melakukan pengamatan hilal di 80 titik di seluruh Indonesia.

“Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif antara minus 5,29 sampai dengan minus 3,96 derajat. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari,” kata Cecep saat memaparkan data posisi hilal pada Sidang Isbat Awal Syawal 1441 Hijriah, Jumat (22/5).

Baca Juga: Digelar di 17 Lokasi, Rukyatul Hilal Terapkan Protokol Kesehatan

2. Penetapan berdasarkan proses hisab dan rukyat

Pantauan di 80 Titik Belum Tunjukkan Hilal, 1 Syawal Ditetapkan 24 MeiMenteri Agama Fachrul Razi (IDN Times/Aldzah Aditya)

Menurut Cecep, penetapan awal bulan hijriah didasarkan pada hisab dan rukyat. Proses hisab sudah ada dan dilakukan oleh hampir semua ormas Islam.

Ia menjelaskan, rukyat adalah observasi astronomis. Oleh sebab itu harus ada referensi yang diterima dari banyak wilayah untuk sama-sama melihat hilal tersebut.

3. Titik hilal di Pelabuhan Ratu juga belum terlihat

Pantauan di 80 Titik Belum Tunjukkan Hilal, 1 Syawal Ditetapkan 24 MeiIlustrasi kegiatan rukyatulhilal (Dok. RRI)

Berdasarkan data di Pelabuhan Ratu, posisi hilal awal Syawal 1441 Hijriah atau pada 29 Ramadan 1441H yang bertepatan dengan 22 Mei 2020, di Pelabuhan Ratu secara astronomis tinggi hilal: minus 4,00 derajat; jarak busur bulan dari matahari: 5,36 derajat; umur hilal minus 6 jam 55 menit 23 detik.

Sementara itu, lanjut Cecep, dasar kriteria imkanurrukyat yang disepakati Majelis Agama Islam Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) adalah minimal tinggi hilal dua derajat, elongasi minimal 3 derajat, dan umur bulan minimal delapan jam setelah terjadi ijtima.

4. Tidak ada referensi hilal yang jatuh pada hari ini

Pantauan di 80 Titik Belum Tunjukkan Hilal, 1 Syawal Ditetapkan 24 MeiIlustrasi pengamatan hilal. IDN Times/Rangga Erfizal

Sehubungan itu, kata Cecep, karena ketinggian hilal di bawah dua derajat bahkan minus, maka tidak ada referensi pelaporan hilal jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.

“Dari referensi yang ada, maka tidak ada referensi apa pun bahwa hilal Syawal 1441 Hijriah pada Jumat ini teramati di seluruh Indonesia,” tuturnya.

Selain itu, lanjut Cecep, juga tidak ada referensi empirik visibilitas jika hilal awal Syawal teramati di wilayah Indonesia.

Baca Juga: [BREAKING] Pemerintah Tetapkan 1 Syawal 1441 H Jatuh pada Minggu 24 Mei 2020

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya