Adi, Ironi di Tengah Penghargaan Kota Layak Anak bagi Surabaya

Setelah kisahnya viral, ia menerima berbagai bantuan

Surabaya, IDN Times - Di dalam kamar kos berukuran 3 x 3, Adi Slamet Nugroho (10) nampak sibuk membolak-balik bukunya. Tulang-tulangnya tampak jelas menonjol di tubuhnya yang saat itu sedang tidak memakai baju. Sebuah gelang hitam melingkar longgar di tangan keriputnya.

Adi adalah seorang anak penderita gizi buruk. Ia dan keluarganya tinggal di sebuah rumah kost kecil di dalam gang sempit Jalan Kedung Baruk Surabaya. Keberadaan Adi seolah menjadi ironi dari Surabaya. Musababnya, pekan lalu Kota Surabaya baru saja mendapat predikat kategori utama Kota Layak Anak 2018 dengan nilai tertinggi.

1. Berawal dari demam biasa

Adi, Ironi di Tengah Penghargaan Kota Layak Anak bagi SurabayaIDN Times/Rully Bunga

Ayah Adi, Eko Basuki (33) menceritakan bahwa awalnya Adi terlahir sehat seperti bayi biasanya. Namun, keanehan terjadi ketika Adi terlambat belajar berjalan. Ia baru lancar berjalan ketika menginjak usia 3,5 tahun. Padahal, bayi pada umumnya sudah dapat berlari pada usia 2 tahun. "Jalannya agak nggak normal seperti anak lain pada umumnya namun tidak ada indikasi apapun," kata dia, Senin, (30/7).

Petaka tiba saat Adi mengalami demam tinggi pada usia 7 tahun. Ketika itu, Adi sedang bermain bersama teman-temannya. Tiba-tiba ia terjatuh dan tidak bisa berjalan. "Dari situ mulai ada kondisi fisik dari Adi yang semakin lemah kakinya, lemas dan kemudian dibawa ke rumah sakit opname tetapi dokter menyebutkan tidak ada gejala apapun," ujarnya sembari terlihat sibuk mengurusi pekerjaan. Belakangan diketahui bahwa sang anak menderita gizi buruk.

2. Sudah menempuh pengobatan alternatif

Adi, Ironi di Tengah Penghargaan Kota Layak Anak bagi SurabayaIDN Times/Fitria Madia

Eko yang merupakan buruh pabrik tetap mengupayakan anaknya berobat hingga melakukan terapi semacam pijat saraf di luar kota. Namun, upayanya tak juga menunjukkan hasil positif. "Saya ke Nganjuk berangkat bersama saudara diantar, kemudian sama orangnya disarankan untuk beli nutrisi sama madu sampai Rp 2 juta," ujarnya.

Meskipun dengan dana terbatas, Eko tetap mengupayakan pengobatan untuk anaknya. Hingga kini ia pun berusaha memberikan susu nutrisi. Harganya memang tak mahal yaitu Rp150 ribu untuk kemasan 400 gr. Namun, bagi Eko jumlah itu tetap menguras isi kantongnya.

Baca Juga: Menkes: 71 Orang Tewas Akibat Campak dan Gizi Buruk di Papua

3. Sudah ditangani Dinkes

Adi, Ironi di Tengah Penghargaan Kota Layak Anak bagi SurabayaIDN Times/Fitria Madia

Karena iba, kisah Adi pun diviralkan oleh beberapa warganet. Sejak saat itu, Dinas Kesehatan Pemkot Surabaya turun untuk memberikan bantuan. Saat ini, Adi sudah mendapatkan pengobatan dari ke RSUD Dr Soetomo tiap Selasa dan Jumat. "Ini sudah mulai membaik yang dari awal tangannya gak bisa digerakkan karena kaku sekarang sudah bisa, saya berharap anak saya segera diberi kesembuhan dan sehat seperti anak-anak pada umumnya," ujarnya.

Ketika ditanya sejak kapan Adi mendapatkan penanganan, Eko mengaku tidak tahu pasti kapan. Namun bantuan itu deras mengalir setelah foto Adi diunggah di beberapa akun instagram. "Pak Lurah juga membantu untuk pengobatan Adi ke RSUD dr Soewandhi, ia memfasilitasinya beberaa bari pulang obat jalan kemudian dapat rujukan di RSU dr Soetomo," ujarnya.

4. Anggota dewan menyayangkan hal ini

Adi, Ironi di Tengah Penghargaan Kota Layak Anak bagi Surabayaabiummi.com

Anggota komisi D DPRD Kota Surabaya, Reni Astuti menyayangkan temuan anak gizi buruk ini. Ia mendapatkan laporan adanya kasus gizi buruk dari sebuah pesan Whatsapp. "Tadi saya lihat langsung dan memang kondisinya sangat memprihatinkan," ujarnya ketika dihungungi IDN Times, Senin (30/7).

Reni menjelaskan bahwa dalam 3 tahun terakhir, tingkat kasus gizi buruk kota Surabaya sudah menurun sebanyak 0,75 persen. Namun, penemuan gizi buruk ini akan menjadi bahan evaluasi DPRD kota Surabaya. "Kita akan kembali menelaah kasus ini. Kenapa kok ada dan sudah berapa lama mendapatkan penanganan dari pemkot," jelasnya.

Reni menambahkan, hasil evaluasi ini bertujuan agar tidak terjadi lagi kasus gizi buruk yang terlambat penanganan seperti kasus Adi. Selain masalah kesehatan, Reni berharap pemkot Surabaya juga memperhatikan sisi sosial dan pendidikan. "Nanti hasil evaluasi akan disampaikan secara formal dalam rapat dewan dan pemkot Surabaya," pungkasnya.

Baca Juga: Soal Desa dengan Anak Gizi Buruk di Trenggalek, Ini Kata Puti

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya