Kepulauan Sangihe, Tertinggal karena Susah Sinyal

Bahkan warga perlu naik gunung atau panjat pohon

Kepulauan Sangihe, IDN Times - Sangihe, mungkin tedengar asing bagi warga perkotaan besar. Aku pun tidak mengenal kepulauan indah ini sebelum Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informatika (BAKTI) mengajak untuk menjelajah wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) di Indonesia dalam rangka perwujudan Merdeka Sinyal 2020 pada Selasa (6/11).

Kepulauan Sangihe terletak di Provinsi Sulawesi Utara. Ia merupakan kabupaten terluar terdiri dari 109 pulau yang akhirnya menjadikannya sebuah Kabupaten Kepulauan. Dari 109 pulau tersebut terbentuk 15 kecamatan dan 167 desa. Namun sayang, ratusan pulau ini tidak dapat terhubung dengan baik lantaran sulitnya jaringan telepon seluler.

1. Sinyal dan koneksi internet sulit di dapat sejak di bandara

Kepulauan Sangihe, Tertinggal karena Susah SinyalIDN Times/Fitria Madia

Aku tiba di Kepulauan Sangihe pada Selasa pagi menggunakan pesawat dari Ibu Kota Sulawesi Utara, Manado. Dengan jarak 142 mil laut dari Manado, dibutuhkan waktu 50 menit untuk mencapai Sangihe menggunakan pesawat. Pesawat untuk menjangkau Sangihe pun hanya ada 1 kali dalam sehari. Jadi, sekali penumpang terlewat jadwal penerbangan,  ia harus menunggu hingga keesokan harinya. Jika menggunakan kapal laut, kita butuh 9 jam perjalanan. 

Saat pertama kali menginjakkan kaki di bandar udara Naha, Tahuna, satu hal yang kucari, koneksi internet. Tentu saja aku ingin mengabadikan momen tiba di bandara kecil ini dan mengunggahnya di media sosial. Namun, sayang niat itu harus kuurungkan lantaran koneksi internet yang tidak memadai. Sempat aku mondar-mandir di halaman bandara, berharap garis penunjuk sinyal akan bertambah. Hasilnya, nihil. Akhirnya aku memilih untuk menelepon keluarga yang tentu sambungannya pun tidak lancar.

"Di sini memang susah sinyal, Adik. Makanya kita kesini," ujar Diah Widyawati, salah satu anggota rombongan BAKTI saat melihatku bersungut-sungut menatap layar ponsel.

2. Pemkab mengakui sinyal susah

Kepulauan Sangihe, Tertinggal karena Susah SinyalIDN Times/Fitria Madia

Lokasi acara berjarak tak jauh dari Bandara Naha. Tepat di pinggir pantai Pananekeng yang memiliki panorama indah dengan pohon kelapa yang rimbun dan air laut yang biru gelap. Aku sempat merekam beberapa video yang ingin kuunggah ke media sosial, namun tetap gagal.

Rupanya, di lokasi acara terdapat sambungan Wi-Fi yang merupakan program uji coba dari jaringan serat optik Palapa Ring Tengah. Setelah diberikan akses, aku pun dapat bernafas lega mendapat akses internet dengan kecepatan mencapai 1 Mbps.

Acara kunjungan ini dihadiri oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Sangihe, Irklis Sombounaung. Irklis menuturkan memang jaringan telepon seluler di Sangihe cukup parah. Apalagi sejak salah satu provider andalan mengalami kerusakan Base Transceiver Station (BTS).

"Memang sampai hari ini kita terkendala dengan sinyal yang naik turun. Kemarin teman-teman pers datang ke kami untuk meminta jalan keluar," turur Irklis.

3. Aktivitas media terkendala lantaran susah sinyal

Kepulauan Sangihe, Tertinggal karena Susah SinyalIDN Times/Fitria Madia

Setelah acara usai, aku pun beranjak untuk menuju ke salah satu titik terdampak gempa yang sempat terjadi sesaat sebelum acara dimulai. Aku pun melakukan tugas peliputan bersama rekan-rekan media yang lain. Namun kita harus menelan ludah karena rupanya mengirimkan konten berita di sini tidak semudah di kota besar.

Paulus Theodorus Sosrony Serang, salah seorang warga asli Kepulauan Sangihe hanya tertawa melihat kami kikuk dengan sinyal yang terbatas. Bahkan Ronny, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa kondisi saat ini jauh lebih baik dari dulu kala.

"Kalau dulu gak ada sinyal sama sekali. Sekarang ada tapi kualitasnya masih buruk karena masih bergantung pada satelit. Kalau gak salah sampai tahun 2000-an di sini gak ada sinyal," terangnya.

4. Perlu naik gunung atau memanjat pohon untuk dapat sinyal

Kepulauan Sangihe, Tertinggal karena Susah SinyalIDN Times/Fitria Madia

Ronny melanjutkan, di beberapa desa lain seperti di Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara dan Kecamatan Manganitu Selatan, kondisi koneksi telepon seluler bahkan masih lebih sulit dari pada di Kecamatan Tahuna Barat. Di daerah tersebut, sinyal ponsel hanya ada di beberapa titik tertentu sehingga warga perlu bersusah payah untuk menggunakan ponselnya bahkan hanya untuk menelepon. Hal ini disebabkan pancaran satelit dari provider yang tidak merata.

"Mereka kalau mau komunikasi ya nyari tempat yang ada sinyalnya. Naik gunung, bahkan ada yang manjat pohon. Ini fakta,  Nona!" seru Ronny berapi-api.

5. Sangihe menjadi tertinggal lantaran susah sinyal

Kepulauan Sangihe, Tertinggal karena Susah SinyalIlustrasi/fitnessgurls.com

Pemkab Sangihe mengakui ketertinggalan Kabupaten mereka akibat terbatasnya telekomunikasi dan informasi. Irklis mengatakan hal ini telah mereka sadari sejak melakukan studi komparasi di Surabaya pada tahun 2015 silam.

"Dari apa yang kita lihat, untuk mengejar ketertinggalan, untuk memperbaiki infrastruktur dan di bidang lain, ternyata urat nadinya di TIK," ujar Irklis.

Terang saja, Sangihe dapat dikatakan sebagai daerah tertinggal karena menurut data Badan Pusat Statistik dalam buku Kabupaten Kepulauan Sangihe dalam Angka 2018, penduduk miskin di Kabupaten Sangihe mencapai 11,8 persen atau sekitar 15 ribu jiwa. Jumlah ini berada di atas presentase rata-rata penduduk miskin di Indonesia yaitu sebesar 9,82 persen.

Baca Juga: Mengejar Sinyal di Daerah Tertinggal

6. Pemerintah menyatukan Sangihe dengan kota besar lain melalui jaringan serat optik

Kepulauan Sangihe, Tertinggal karena Susah SinyalIDN Times/Fitria Madia

Untuk mengebut ketertinggalan Kabupaten Sangihe dan kabupaten-kabupaten 3T lain, pemerintah melalui BAKTI pun melakukan program Palapa Ring Paket Tengah. Program ini merupakan pembangunan jaringan serat optik di area-area yang tidak dijangkau oleh provider telepon seluler.

Direktur Utama BAKTI, Anang Latif menjelaskan bahwa pembangunan proyek Palapa Ring Paket Tengah telah mencapai 99 persen. Dibutuhkan 1.289 kabel darat dan 1.706 kabel laut dengan microwave 7 hops untuk menghubungkan 17 Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara.

"Per hari ini sudah sampai 99 persen. Kami sedang melakukan uji kestabilan sistem. Setelah uji kestabilan selesai, kami dapat melakukan operasional komersial kepada operator-operator (telepon seluler)," terang Anang.

Jika proyek ini telah rampung, maka warga Sangihe bahkan yang berada di pulau-pulau kecil pun dapat merasakan akses sinyal yang stabil dan koneksi internet hingga 10 Mbps. Proyek ini pun ditarget rampung pada akhir tahun 2018.

Mendengar hal ini, salah satu siswa SMK Negeri 3 Tahuna, Felix Diauntung dan kawan-kawannya pun mengaku amat senang. Ia berharap, akses internet cepat dapat segera ia rasakan sehingga informasi dari mana pun dapat ia akses dengan mudah.

"Semoga Sangihe tercinta dapat segera terbebas dan tidak lagi terisolir," harapnya yang diamini kawan-kawannya.

Baca Juga: Hore! Warga Sangihe Akan Merdeka Sinyal

Topik:

  • Faiz Nashrillah
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya