Larangan Salam Lintas Agama, Risma: Gak Bisalah Wargaku Macam-macam

Risma ingin hormati tiap agama warganya

Surabaya, IDN Times - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini tak ambil pusing atas imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk tidak lagi menggunakan salam lintas agama ketika sambutan atau pidato. Menurut Risma, salam tersebut merupakan bentuk keberagaman untuk masyarakatnya yang berasal dari berbagai agama.

 

1. Risma rasa tak bisa salam dengan satu versi saja

Larangan Salam Lintas Agama, Risma: Gak Bisalah Wargaku Macam-macamWali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat ditemui wartawan di kediamannya, Senin, (11/11) IDN Times/Fitria Madia

Risma memang kerap menggunakan salam dalam 6 versi mulai berbagai agama hingga salam secara umum setiap kali berbicara di depan publik. Penyampaian salam berbagai agama ini ia lakukan untuk menghormati berbagai agama para pendengarnya.

"Kan gak bisa (kalau cuma satu). Kan paling susah kalau jadi kepala daerah. Assalamualaikum sama yang lainnya," ujarnya saat konferensi pers di kediamannya Jalan Sedap Malam, Senin (11/10).

2. Masyarakat Surabaya agamanya bermacam-macam

Larangan Salam Lintas Agama, Risma: Gak Bisalah Wargaku Macam-macamWali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat ditemui wartawan di kediamannya, Senin, (11/11). IDN Times/Fitria Madia

 

Risma menjelaskan bahwa masyarakatnya berasal dari berbagai macam latar belakang dan agama. Untuk menghormati mereka, Risma merasa tidak bisa hanya memyampaikan salam dalam agama Islam saja.

"Aku kepala daerah, wargaku kan reno-reno (bermacam-macam). Kalau aku ya ngomong selamat pagi, selamat siang, selesai kan? Tapi kalau misalkan itu kan gak bisa. Kalau aku ngomong di gereja terus piye?" tuturnya.

3. Kepala daerah seharusnya menyesuaikan diri dengan rakyat

Larangan Salam Lintas Agama, Risma: Gak Bisalah Wargaku Macam-macamWali Kota Surabaya, Tri Rismaharini saat ditemui wartawan di kediamannya, Senin, (11/11). IDN Times/Fitria Madia

 

Ia menerangkan, sebagai kepala daerah, ia harus dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat yang tengah dihadapi. Sebagai contoh, jika ia harus membedakan penyampaian baik dari pembahasan dan bahasa kepada anak-anak dan orang dewasa. Salam lintas agama juga bentuk penyesuaian Risma dengan masyarakatnya.

"Aku pernah suatu saat diundang disuruh kampanye di Kalimantan. Aku dijemput sama calon wakil wali kota. Acaranya di gereja. Bayanganku kan gereja. Aku bingung, masuk itu semua kerudungan, berjilbab. Aku tanya "ini acara apa?" Aku keliru ngomong kan ciloko. Ini kampanye, pengajian. Pengajian di gereja. Aku bingung," tuturnya disertai gelak tawa.

Baca Juga: MUI Jatim Imbau Pejabat Tak Ucapkan Salam Lintas Agama

4. MUI Jatim minta pejabat tak lagi salam lintas agama

Larangan Salam Lintas Agama, Risma: Gak Bisalah Wargaku Macam-macam(Surat imbauan yang diterbitkan MUI Jatim) IDN Times/Istimewa

 

Sebelumnya, MUI Jatim mengeluarkan imbauan untuk tidak lagi menggunakan salam lintas agama. Salam dianggap bagian dari ibadah yang bersifat eksklusif dan tak seharusnya dicampuradukkan dengan agama lain.

"Kami menandatangani atau membuat seruan itu karena doa itu adalah ibadah, misalnya saya terangkan salam, Assalamualaikum itu doa, salam itu termasuk doa dan doa itu ibadah," ujar Ketua Umum DP MUI Jatim, Abdusshomad Buchori , Minggu (10/11).

Baca Juga: Mantan Ketua PC NU Ini Tak Sepakat Imbauan Salam MUI

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya