Terisolasi di Wuhan, Pramesti Khawatir Tidak Bisa Pulang ke Indonesia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Surabaya, IDN Times - Pekan ini merupakan masa libur bagi mahasiswa di Tiongkok menjelang Tahun Baru Imlek. Seharusnya, masa-masa seperti ini menjadi momen yang indah bagi Pramesti Ardita Cahyani untuk menghabiskan waktu berlibur bersama teman-temannya. Namun sayang, Pramesti harus terjebak di kamarnya dengan persediaan makan seadanya akibat penyebaran virus Corona alias virus Wuhan.
1. Pramesti terisolasi di dalam kamarnya
Pramesti merupakan salah satu mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang tengah menempuh program pertukaran pelajar di Central China Normal University (CCNU). Saat ini, ia turut terisolasi atas kebijakan otoritas setempat untuk mencegah penularan virus Corona.
Ia menceritakan, sejak Kamis (23/1) waktu setempat, ia diminta untuk berdiam diri di kamar. Tak ada satu pun yang diperbolehkan untuk ke luar asrama meski menggunakan masker.
"Memang tidak diperbolehkan ke mana-mana. Tetap stay di kamar aja," ujar Pramesti ketika dihubungi IDN Times, Jumat (24/1).
2. Stok bahan makanan cukup sampai 3 hari
Sejak Kamis kemarin, seluruh transportasi di Kota Wuhan dinonaktifkan. Jalanan pun sepi. "Seperti kota mati," celetuk Pramesti.
Tidak ada seorang pun yang berani berjalan di Kota Wuhan lantaran ganasnya virus mematikan tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan logistik, Pramesti dan teman-temannya sudah berbelanja. Mereka memiliki stok beras, telur, mi instan, wortel, dan kentang yang dirasa cukup sebagai persediaan hingga 3 hari ke depan.
"Mudah-mudahan cukup sampai beberapa hari ke depan. Soalnya ini juga dimakan bareng-bareng," lanjutnya.
Baca Juga: Hindari Virus Corona, Mahasiswa Indonesia di Wuhan Bertahan di Asrama
3. Khawatir tidak bisa pulang ke Indonesia
Hal yang membuat Pramesti khawatir sebenarnya bukan virus Corona, tapi tiket pesawatnya untuk kembali ke Indonesia pada tanggal 2 Februari ke depan. Ia khawatir tidak bisa ke Bandara Internasional Tianhae lantaran seluruh transportasi masih mati.
"Karena kemarin (Kamis) ada beberapa kejadian yang uang pesawatnya dikembalikan," tuturnya.
Padahal, masa tinggal Pramesti sudah hampir habis. Program pertukaran pelajar selama satu semester yang ia jalani berakhir pada 14 Januari, bertepatan dengan hari terakhir Ujian Akhir Semester.
4. Merasa aman di asrama
Meski terkungkung di dalam kamar, Pramesti mengaku masih tenang. Pasalnya, ia mendapatkan pelayanan yang memadai agar terhindar dari virus Corona. Contohnya, petugas setempat membagikan masker dan liquid handwash.
"Kemarin juga di-fogging sampai malam," imbuhnya.
Selain itu, mereka harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin. Setiap orang juga dibekali dengan satu termometer agar bisa mengukur suhu tubuh secara mandiri kapan pun diperlukan.
"Alhamdulillah semuanya baik-baik saja di sini. Semoga kami bisa segera pulang dengan selamat," tutup Pramesti.
Baca Juga: Imbas Virus Corona, 12 Mahasiswa Unesa Terisolasi di Wuhan