KPK Pelajari Pola Suap Meikarta dari Kasus Hak Siar Liga Inggris 

Billy Sindoro diduga jadi tangan kanan Lippo dalam suap

Bandung, IDN Times – Kasus penyuapan Meikarta terhadap Pemerintah Kabupaten Bekasi berbeda dengan kasus suap lainnya. Di mata Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pengungkapan kasus tersebut melibatkan banyak orang dan tersistematis denga baik.
 
Setidaknya, itu yang diungkapkan Jaksa KPK, Yadyn, kepada IDN Times, usai persidangan suap Meikarta di Pengadilan Negeri Tipikor Bandung, Senin (11/2) .

Menurut dia, Lippo menunjuk Billy Sindoro (Direktur Opersional Lippo Group) untuk memimpin kelancaran perizinan Meiakrta bukan tanpa maksud. Billy dikenal memiliki pengalaman dalam hal suap-menyuap.

1. Pernah terlibat kasus hak siar Liga Inggris

KPK Pelajari Pola Suap Meikarta dari Kasus Hak Siar Liga Inggris Banjarmasin Post

Jika berhasil dipenjarakan, artinya Billy terhitung sudah dua kali mendekam di bui. Kasus pertama yang melibatkannya ialah kala ia menjadi tersangka dalam menyuap M. Iqbal Komisioner KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) pada 2008.
 
Dalam perkara tersebut, Billy diketahui merupakan Komisaris PT Bank Lippo dan Eksekutif pada Kelompok Perusahaan Perusahaaan Lippo (KPPL alias Lippo Group) di PT First Media dan PT Direct Vision.
 
Saat itu, Billy dinilai mengetahui KPPU tengah melakukan pemeriksaan atas laporan dugaan pelanggaran berikaitan dengan hak Siar Barclays Premier League (Liga Inggris). Jika dugaan tersebut benar, maka hak siar Liga Inggris akan berpindah tangan ke Aora TV.
 
Atas perkara itu, Billy ditahan tiga tahun penjara dan dikenai denda Rp200 juta subsider 3 bulan kurungan pada 18 Februari 2009.

2. Berpengalaman dan dilibatkan

KPK Pelajari Pola Suap Meikarta dari Kasus Hak Siar Liga Inggris Twitter/@ridwankamil

Dengan pengalaman tersebut, tak heran jika Lippo mempertimbangkan Billy untuk mengurus izin pembangunan Meikarta mulai dari IPPT (Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah) hingga IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Izin-izin tersebut memang tidak tuntas, terutama setelah Pemerintah Provinsi Jawa Barat tidak memberikan rekomendasi pada 2017.
 
Padahal, sebelumnya pekerjaan Billy di Lippo Group tak ada kaitannya dengan Meikarta yang secara administrasi berada di bawah PT MSU (Mahkota Sentosa Utama). Billy merupakan pejabat Rumah Sakit Siloam yang juga bagian dari Lippo Group.
 
Belakangan diketahui bahwa Billy dipekerjakan untuk membantu Meikarta dengan status  Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Sidang mengungkap, ia pun menerima gaji Rp180 juta lebih per bulan.

Baca Juga: Bos Lippo Group James Riady Penuhi Panggilan Penyidik KPK 

3. KPK mempelajari suap Meikarta dari kasus Liga Inggris

KPK Pelajari Pola Suap Meikarta dari Kasus Hak Siar Liga Inggris IDN Times/Galih Persiana

Dengan begitu, boleh dipastikan jika Billy merupakan orang terampil untuk melengkapi perizinan Meikarta. Sebelum menelisik kasus Meikarta, kata Yadyn, KPK lebih dulu mengaji ulang kasus suap Hak Siar Liga Inggris 2008 untuk mempelajari mekanisme penyuapan ala Billy.

“Billy punya keahlian dalam penyuapan,” tutur Yadyn, kepada IDN Times.

4. Billy semakin terampil

KPK Pelajari Pola Suap Meikarta dari Kasus Hak Siar Liga Inggris (Direktur Operasional PT Lippo Group Billy Sindoro) ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Sebenarnya, kasus Hak Siar Liga Inggris tak sejelimet kasus suap Meikarta. Dalam kasus pertamanya, Billy sendiri yang berupaya mendekati salah seorang anggota majelis KPPU yang mengurusi dugaan pelanggaran bernama M. Iqbal.

Sementara dalam kasus Meikarta, Billy tampak lebih berhati-hati. Misalnya, ia memiliki orang kepercayaan sendiri yang menghubungkannya dengan pihak-pihak terkait perizinan Meikarta. Orang kepercayaan itu ialah Corporate Affairs Siloam Hospital Group, Joseph Christopher Mailool, yang juga keponakan kandung Billy.

Baca Juga: Ini Kesaksian James Riyadi di Persidangan Kasus Suap Meikarta

5. Peran Billy muncul di saksi terakhir KPK

KPK Pelajari Pola Suap Meikarta dari Kasus Hak Siar Liga Inggris IDN Times/Galih Persiana

Mekanisme yang dibangun Billy cs. selama menyuap Pemerintah Kabupaten Bekasi memang rapi. Buktinya, di awal persidangan, namanya jarang terdengar dari pengakuan para saksi yang dihadirkan.

Namun, dalam persidangan hari ini, Senin (11/2), keterlibatan Billy mendapat porsi lebih banyak daripada tiga terdakwa lainnya yakni Henry Jasmen, Taryudi, dan Fitra Djaja. KPK terus mengincar dan melontarkan berbagai bukti bahwa Billy terlibat aktif dalam setiap rapat terkait perizinan Meikarta.

Yang menarik, dalam fakta persidangan, Edi Dwi Susanto mengaku pernah menggelar rapat bersama Billy, Bartholomeus Toto (CEO Lippo Cikarang), dan petinggi-petinggi Lippo Group lainnya di Imperial Klub Golf (IKG) di Karawang.

“Waktu itu pertemuan kami membahas perizinan Meikarta,” kata Toto, dalam kesaksiannya di persidangan.

Edi merupakan saksi terakhir yang didatangkan KPK untuk mengungkap kasus suap Meikarta. Di persidangan selanjutnya, Rabu (13/2), giliran kuasa hukum terdakwa yang mendatangkan saksi.

6. Edi dan Billy adu argumen

KPK Pelajari Pola Suap Meikarta dari Kasus Hak Siar Liga Inggris (Proyek pembangunan Meikarta di Cikarang) IDN Times/Santi Dewi

Saat diberi kesempatan oleh hakim untuk berbicara, Billy langsung menyita mik yang ada di hadapannya. Ia langsung membantah pernah melakukan rapat bersama Edi dan pejabat Lippo lainnya untuk membahas izin Meikarta.
 
“Coba pak Edi ingat-ingat lagi, karena saya tidak pernah merasa pernah rapat soal perizinan Meikarta di IKG,” kata Billy.
 
Billy pun kembali melancarkan keterangan lainnya untuk mengkritisi ingatan Edi. “IKG itu memang tempat nongkrong saya. Silakan pak Edi datang ke IKG, dan pastikan bahwa saya adalah orang yang paling sering nongkrong di sana. Jadi mungkin pak Edi salah mengingat,” ujarnya.

Baca Juga: Mengukur Kehebatan James Riyadi dalam Kasus Meikarta

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya