3 Penyebab Banjir Jakarta dan Cara Mengatasinya Versi Sutiyoso

Kata Bang Yos banjir kiriman paling susah ditangani!

Jakarta, IDN Times - Dua periode menjabatr sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 1997 hingga 2007, Sutiyoso bisa dibilang sudah 'akrab' dengan banjir di ibu kota. Pria yang akrab disapa Bang Yos ini telah berpengalaman menghadapi banjir Jakarta pada era kepemimpinannya.

IDN Times sempat melakukan wawancara khusus dengan Bang Yos setelah banjir besar menerjang Jakarta pada Januari 2020 lalu. Dalam kesempatan itu, dia memaparkan ada tiga jenis banjir yang selalu merendam Jakarta yakni banjir lokal, banjir rob yang disebabkan hempasan gelombang air laut ke daratan, dan banjir kiriman melalui aliran 13 sungai dari arah selatan Jakarta.

Lalu, apa saran Bang Yos untuk menangani banjir di Jakarta?

1. Penyedotan dengan pompa air

3 Penyebab Banjir Jakarta dan Cara Mengatasinya Versi Sutiyoso(IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Sutiyoso menjelaskan bahwa banyak wilayah di ibu kota yang berada di bawah permukaan air laut. Menurutnya, salah satu cara efektif menanggulangi banjir lokal itu adalah dengan cara menyedot dengan pompa air.

"Kita sedot dia pakai pompa air kita buang ke kali terdekat terus ke laut," ujarnya kepada IDN Times saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.

Baca Juga: Anies: Banjir Kemang dan Sudirman karena Air Kiriman dari Depok 

2. Pembuatan tembok laut raksasa di Utara Jakarta

3 Penyebab Banjir Jakarta dan Cara Mengatasinya Versi Sutiyoso(IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini menjelaskan bahwa wilayah Jakarta tak seperti Istanbul, Turki yang kotanya lebih tinggi daripada laut. Hal itu menyebabkan banjir rob selalu terjadi di Jakarta Utara ketika air laut sedang pasang.

"Setelah aku survei ke Belanda segala macam, (cara menanggulangi banjir rob) yaitu giant sea wall, tembok raksasa kita bangun dan berfungsi sebagai jalan tol dan sebagainya," ujarnya.

Namun, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah meminta proyek giant sea wall yang termasuk dalam megaproyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) itu dikaji ulang. Sebab, ada sejumlah studi yang mempertanyakan dampak dari pembangunan itu dan tak ingin menjadi masalah ke depannya.

"Kalau kita membangun sebuah dinding di luar dan air masuk ke teluk dan tidak ada jalan keluar itu potensi masalah tersendiri," kata Anies di Balai Kota pada 16 Januari 2019.

3. Banjir kiriman paling sulit ditangani

3 Penyebab Banjir Jakarta dan Cara Mengatasinya Versi SutiyosoPetugas mengevakuasi warga menggunakan perahu karet saat banjir di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (20/2/2021). Banjir yang terjadi akibat curah hujan tinggi serta drainase yang buruk membuat kawasan Kemang banjir setinggi 1,5 meter (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Yang paling sulit ditangani menurut Sutiyoso adalah banjir kiriman yang bersumber dari 13 sungai dari Selatan Jakarta. Penanganan jenis banjir ini lebih sulit karena menyangkut provinsi lain. Sehingga, menurut Sutiyoso, Pemprov DKI tak bisa bekerja sendirian, perlu kerja sama dengan pemerintah daerah lain dan juga pusat.

Selain itu, Sutiyoso mengatakan Pemprov DKI Jakarta perlu memastikan agar semua gorong-gorong drainase linear harus bagus sedangkan kali-kali harus dibersihkan, dinormalisasi, dikembalikan fungsinya, dan dilebarkan.

"Itu secara bertahap harus dilanjutkan oleh gubernur-gubernur berikutnya. Saya sudah mulai semua itu," kata dia.

Namun, menurutnya hal itu tak akan cukup apabila di hulu sungai tak ditangani. Untuk itu Sutiyoso mendorong Anies agar meminta pemerintah pusat membantu penanganan di bagian hulu.

"Pada saat curah hujan tinggi, di selatan juga lingkungan hidupnya sudah rusak kan, serapan air gak maksimal di puncak," jelasnya.

Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App. Unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb

Baca Juga: Eks Gubernur Sutiyoso Bingung dengan Konsep Revitalisasi Monas Anies

Topik:

  • Anata Siregar
  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya