Jelang Ramadan, Pemprov DKI Bakal Tertibkan Gelandangan dan Pengemis

pengemis dan gelandangan biasa muncul di jalan saat ramadan

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyadai banyaknya gelandangan dan pengemis yang berkeliaran di Ibu Kota jelang bulan Ramadan. Untuk mengantisipasi itu, Pemprov DKI bakal melakukan penertiban.

"Nanti akan Dinas Sosial dan Satpol PP dan dinas terkait nanti akan coba mengatur dan mentertibkannya," ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Senin (28/3/2022).

Baca Juga: Mensos Risma Minta Pegawainya Inisiatif: Jangan Diam Lihat Gelandangan

1. Riza Patria sebut pengemis dan gelandangan biasa muncul di jalan saat Ramadan

Jelang Ramadan, Pemprov DKI Bakal Tertibkan Gelandangan dan PengemisWakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria di Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (24/3/2022). (IDN Times/Uji Sukma Medianti)

Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta ini mengatakan gelandang dan pengemis di Ibu Kota umumnya meningkat jelang Ramadan. Menurut Riza, mereka biasa muncul di jalan-jalan untuk meminta bantuan.

"Ya memang itu betul sekali, jadi biasanya jelang musim atau bulan suci Ramadan diikuti dengan peningkatan ya mohon maaf yang minta minta bantuan khsusunya di jalan-jalan," ujarnya.

Baca Juga: Kemensos Bangun 16 Rusun untuk Pengemis dan Gelandangan

2. Awal Ramadan dan Idul Fitri Muhammadiyah dan pemerintah masih berpotensi berbeda

Jelang Ramadan, Pemprov DKI Bakal Tertibkan Gelandangan dan PengemisUmat Muslim melakukan salat Idulfitri di Karachi, Pakistan, Minggu (24/5). (ANTARA FOTO/REUTERS/Akhtar Soomro/foc.)

Sebagai informasi, Tim Unifikasi Kalender Hijriah Indonesia Kementerian Agama (Kemenag), Thomas Djamaluddin, mengatakan awal Ramadan dan Idul Fitri 1443 Hijriah/2022 Masehi berpotensi berbeda antara Muhammadiyah dengan pemerintah.

Hal itu karena adanya aturan baru dari kesepakatan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang ditetapkan pada 2021.

Kesepatan tersebut berupa kriteria penentuan awal hijriah. Dalam Kesepatan terbaru, awal bulan hijriah berganti apabila tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

"Bagaimana Ramadan, Syawal dan Zulhijah? Kalau kita melihat garis tanggal, ini paling mudah menentukan. Kalau masih menggunakan kriteria lama ini di bagian barat wilayah Indonesia, ini 1 April masih 2 derajat, kalau kriteria lama ada potensi dengan wujudul hilal, tapi kalau lihat garis ini ada potensi perbedaan," ujar Thomas dalam webinar penentuan 1 Ramadan 1443 H, Kamis (24/3/2022).

Dia mengatakan, apabila menggunakan aturan baru dari MABIMS berupa tinggi hilal minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat, wilayah Indonesia, Asia Tenggara dan Arab Saudi belum memenuhi. Sehingga, tidak mungkin terjadi rukyat.

"Sehingga awal Ramadan ini akan terjadi perbedaan, Muhammadiyah sudah mengedarkan maklumat bahwa berdasakran hisab wujudul hilal, itu 1 Ramadan, 2 April, tapi dengan menggunakan kriteria MABIMS ini, nanti dibuktikan dengan rukyat itu kemungkinan besar 1 Ramadan akan jatuh pada 3 April (2022)," sambungnya.

Baca Juga: Sabar Ya Ibu-Ibu, Harga Gula Sudah Merangkak Naik Jelang Ramadan! 

3. MUI minta perbedaan tak jadi perdebatan

Jelang Ramadan, Pemprov DKI Bakal Tertibkan Gelandangan dan PengemisSekretaris Jenderal (Sekjen) MUI Amirsyah Tambunan

Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan mengatakan bahwa perbedaan itu hal biasa. Ia meminta perbedaan tersebut tak menjadikan perselisihan.

"Perbedaan itu sesuatu yang sunnatullah, suatu yang niscaya, wong kita juga beda-beda, wong kita juga Bhineka Tunggal Ika, jangan timbul sikap melecehkan, mengejek apalagi nauzubillah, fitnah dan lain sebagainya," ujar Amirsyah dalam diskusi Forum Merdeka Barat, Senin (28/3/2022).

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya