Kisah Sulitnya Amankan Pemilu di Pedalaman Sulawesi

Melewati banyak sungai, naik getek, hingga kedinginan

Jakarta, IDN Times - Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Karena itu, distribusi logistik kerap menjadi kendala dalam setiap gelaran pemilu, tak terkecuali Pemilu 2019. Banyak rintangan yang dialami petugas saat distribusi logistik. 

Seperti pengalaman yang dialami Bripka Sem Tulak Allo saat mengawal kotak suara hingga melewati 14 sungai, ketika mendistribusikan logistik di wilayah timur Indonesia.

1. Melewati tujuh sungai dengan arus yang deras untuk antarkan logistik pemilu

Kisah Sulitnya Amankan Pemilu di Pedalaman SulawesiIDN Times/Prayugo Utomo

Bripka Sem Tulak Allo, polisi yang bertugas mengamankan Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menceritakan pengalamannya dalam acara Mata Najwa yang disiarkan Trans 7, Rabu (8/5) malam. Dia berkisah bagaimana sulitnya penyelenggaraan pemilu di pedalaman.

Sem mengatakan ia bersama seorang rekannya harus menempuh perjalanan selama 20 jam, menggunakan sepeda motor untuk melewati sungai dan hutan, agar bisa sampai ke Dusun Manggalapi.

"Medan ke sana itu betul-betul curam dan menanjak. Berangkat tanggal 16 tiba di Dusun Manggalapi sekitar jam 10 pagi, total 20 jam, semuanya naik motor," ujar dia.

Ia mengungkapkan ada 14 sungai yang seharusnya dilewati, namun ia dan rekannya hanya melewati tujuh sungai karena medan yang begitu sulit, sehingga tak bisa dilalui.

"Kita putuskan untuk berteduh di sebuah pondok seng, karena kedinginan dan harus ada tujuh sungai dengan air yang lebih parah," kata dia.

Baca Juga: [UPDATE] Kawal Pemilu: Prabowo-Sandi Memimpin di Sumatera

2. Rela kedinginan demi logistik pemilu yang aman

Kisah Sulitnya Amankan Pemilu di Pedalaman SulawesiIDN Times/Toni Kamajaya

Sem bersama rekannya sempat tertahan sekitar enam jam saat berteduh di pondok seng. Logistik yang dibawanya diletakkan di dalam pondok tersebut, sedangkan ia dan rekannya menunggu di luar pondok dengan baju yang basah hingga pagi hari.

"Kita tetap amankan logistik, pada saat kita berteduh di pondok seng, kita cuma duduk di luar, kotaknya harus kering," tutur dia.

Ketika tiba di lokasi pemungutan suara, Sem mendapati sejumlah surat suara yang rusak. Namun, setelah dipilah-pilah masih cukup untuk masyarakat setempat dengan jumlah 175 orang Daftar Pemilih Tetap (DPT).

3. Rasa lelah terbayar karena senyum dan semangat masyarakat setempat

Kisah Sulitnya Amankan Pemilu di Pedalaman SulawesiANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

Sem mengaku lelah saat menjalankan tugasnya itu. Namun, semua itu terbayarkan ketika melihat masyarakat menyambut dengan penuh senyum dan semangat, saat mereka tiba di lokasi. 

"Perjalanan kembali dari dusun lebih berat, karena ada surat suara yang sudah dicoblos, tapi kita semangat karena sudah selesai kegiatan di Dusun Manggalati. Rasa capek nya sangat terbayar karena saat kita sampai, kita melihat senyum dan semangat masyarakat," kata dia.

4. Harus naik getek untuk menyeberangi sungai agar sampai ke Dusun Pammanua

Kisah Sulitnya Amankan Pemilu di Pedalaman SulawesiIDN Times/I Made Argawa

Serupa dengan Bripka Sem, Hermansyah, Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Benggaulu, Sulawesi Barat, juga menceritakan pengalaman yang berat menyelenggarakan pemilu 2019.

Hermansyah bersama delapan rekannya harus menempuh perjalanan panjang nan berat untuk sampai ke Dusun Pammanua, Sesa Benggaulu, Kecamatan Dapurang, Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat.

Dari ibu kota kecamatan, mereka harus naik mobil selama satu jam terlebih dulu untuk sampai ke pinggir sungai. Dari sana mereka harus naik getek untuk sampai ke tepi sebelahnya selama 15 menit. Namun, mereka hanya bisa naik transportasi laut tradisional itu sampai di tengah karena ada gundukan pasir, sehingga geteknya tak mampu melampaui ke tempat tujuan.

"Akhirnya kami jalan kaki dan digotong, karena kami takut kalau naik motor akan merusak kotak suara," ujar dia, dalam acara yang sama.

5. Hermansyah takut naik getek karena tak bisa berenang

Kisah Sulitnya Amankan Pemilu di Pedalaman SulawesiANTARA FOTO/Novrian Arbi

Saat itu, Hermansyah sebetulnya diselimuti ketakutan lantaran tak bisa berenang. Namun, ia sebagai Panitia Pemungutan Suara (PPS) ingin memastikan pemilu bisa berjalan dengan aman.

"Ada rasa puas karena bisa mengamankan pemilu dengan damai," ujar dia.

Baca Juga: Ada Hitung Ulang di Sleman, Rekapitulasi Pemilu 2019 di DIY Diskors

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya