Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan Indonesia

Presiden Indonesia dengan jabatan terlama

Jakarta, IDN Times - Bapak Pembangunan Indonesia, begitu sosok Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto disebut. Dia merupakan presiden kedua Republik Indonesia.

Soeharto lahir Kemusuk, Yogyakarta pada 8 Juni 1921. Ibunya bernama Sukirah dan ayah beliau yang merupakan seorang pembantu lurah dalam bidang pengairan sawah dan juga sekaligus seorang petani yang bernama Kertosudiro.

Soeharto memimpin Indonesia selama 32 tahun (periode 1967-1998). Hal ini membuatnya menjadi presiden Indonesia dengan jabatan terlama.

Berikut IDN Times rangkum biografi dari sosok Bapak Pembangunan Indonesia.

Jakarta, IDN Times - Bapak Pembangunan Indonesia, begitu sosok Jenderal Besar TNI (Purn) HM Soeharto disebut. Dia merupakan presiden kedua Republik Indonesia.

Soeharto lahir Kemusuk, Yogyakarta pada 8 Juni 1921. Ibunya bernama Sukirah dan ayah beliau yang merupakan seorang pembantu lurah dalam bidang pengairan sawah dan juga sekaligus seorang petani yang bernama Kertosudiro.

Soeharto memimpin Indonesia selama 32 tahun (periode 1967-1998). Hal ini membuatnya menjadi presiden Indonesia dengan jabatan terlama.

Berikut IDN Times rangkum biografi dari sosok Bapak Pembangunan Indonesia.

1. Lewat Tap MPR No V 1983, Soeharto ditetapkan sebagai Bapak Pembangunan Indonesia

1. Lewat Tap MPR No V 1983, Soeharto ditetapkan sebagai Bapak Pembangunan Indonesia

Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan IndonesiaJenderal TNI (Purn) Soeharto dilantik menjadi Presiden RI periode 1988-1993 dalam Rapat Paripurna ke-11 Majelis Permusyawaratan rakyat (MPR) di gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Jumat (11/3/1988). ANTARA FOTO/N04/pras
Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan IndonesiaJenderal TNI (Purn) Soeharto dilantik menjadi Presiden RI periode 1988-1993 dalam Rapat Paripurna ke-11 Majelis Permusyawaratan rakyat (MPR) di gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Jumat (11/3/1988). ANTARA FOTO/N04/pras

Pada 1969 Soeharto dianggap berhasil menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Hal itu terlihat dimulainya pembangunan-pembangunan di Indonesia. Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangunan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan.

Bahkan, di tengah kesulitan dan resesi yang menerjang seluruh dunia kala itu, Indonesia malah dianggap sebagai negara kuat oleh Bank Dunia. Mampu mencapai laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) rata-rata 7,6 persen per tahun.

Meski mendapat pujian, ada juga kelompok yang tidak mendukung upaya yang telah dilakukan Soeharto. Disisi lain, Soeharto juga enggan diberikan gelar tersebut lantaran disebut tak suka sanjungan dan penghargaan.

Seiring berjalannya waktu dan munculnya banyak desakan, melalui Tap MPR No V tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia.

"Penghargaan rakyat itu bagi saya adalah penghargaan terhadap keputusan rakyat sendiri yang telah berhasil memilih seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tekad rakyat untuk membangun," ucap Soeharto kala itu.

Pada 1969 Soeharto dianggap berhasil menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Hal itu terlihat dimulainya pembangunan-pembangunan di Indonesia. Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan Trilogi Pembangunan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan.

Bahkan, di tengah kesulitan dan resesi yang menerjang seluruh dunia kala itu, Indonesia malah dianggap sebagai negara kuat oleh Bank Dunia. Mampu mencapai laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) rata-rata 7,6 persen per tahun.

Meski mendapat pujian, ada juga kelompok yang tidak mendukung upaya yang telah dilakukan Soeharto. Disisi lain, Soeharto juga enggan diberikan gelar tersebut lantaran disebut tak suka sanjungan dan penghargaan.

Seiring berjalannya waktu dan munculnya banyak desakan, melalui Tap MPR No V tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia.

"Penghargaan rakyat itu bagi saya adalah penghargaan terhadap keputusan rakyat sendiri yang telah berhasil memilih seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tekad rakyat untuk membangun," ucap Soeharto kala itu.

2. Karier Soeharto di militer

2. Karier Soeharto di militer

Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan IndonesiaSoeharto (Wikimedia.org/Presidential Library)
Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan IndonesiaSoeharto (Wikimedia.org/Presidential Library)

Dilansir dari biografiku.com, Soeharto memulai karier militernya dengan pangkat sersan tentara KNIL. Dari KNIL itu ia kemudian menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan Jepang, setelah itu ia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.

Ketika peristiwa G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Kekosongan pimpinan membuat Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Pangkostrad kemudian bergerak cepat mengambil alih kendali pimpinan Angkatan Darat.

Dia kemudian mengeluarkan perintah cepat untuk mengatur dan mengendalikan negara pada peristiwa yang dianggap sebagai kudeta oleh PKI. Setelah peristiwa G-30-S/PKI, Soeharto kemudian menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat menggantikan Jenderal Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI.

Dilansir dari biografiku.com, Soeharto memulai karier militernya dengan pangkat sersan tentara KNIL. Dari KNIL itu ia kemudian menjadi Komandan PETA pada zaman penjajahan Jepang, setelah itu ia menjabat sebagai komandan resimen berpangkat mayor kemudian menjabat komandan batalyon dengan pangkat Letnan Kolonel.

Ketika peristiwa G-30-S/PKI meletus pada tanggal 1 Oktober 1965, Kekosongan pimpinan membuat Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Pangkostrad kemudian bergerak cepat mengambil alih kendali pimpinan Angkatan Darat.

Dia kemudian mengeluarkan perintah cepat untuk mengatur dan mengendalikan negara pada peristiwa yang dianggap sebagai kudeta oleh PKI. Setelah peristiwa G-30-S/PKI, Soeharto kemudian menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat menggantikan Jenderal Ahmad Yani yang gugur di tangan PKI.

3. Era orde baru Soeharto, upaya penyelamatan ekonomi nasional

3. Era orde baru Soeharto, upaya penyelamatan ekonomi nasional

Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan IndonesiaRatu Juliana dan Presiden Soeharto (Wikimedia Commons
Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan IndonesiaRatu Juliana dan Presiden Soeharto (Wikimedia Commons

Masa pemerintahan presiden Soeharto dikenal dengan masa Orde Baru. Pada era tersebut, kebijakan politik baik dalam dan luar negeri diubah olehnya. Salah satu dari kebijakan Soeharto adalah kembalinya Indonesia sebagai anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) pada tanggal 28 September 1966 setelah sebelumnya pada masa Soekarno, Indonesia keluar sebagai anggota PBB.

Pada tahap awal, ia menarik garis yang sangat tegas. Pengucilan politik dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.

Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru bahkan sebagian yang terkait atau masih pendukung dari Partai PKI dihabisi dengan cara dieksekusi massal di hutan oleh militer pada waktu itu. Program pemerintah Soeharto diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.

Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi.

Masa pemerintahan presiden Soeharto dikenal dengan masa Orde Baru. Pada era tersebut, kebijakan politik baik dalam dan luar negeri diubah olehnya. Salah satu dari kebijakan Soeharto adalah kembalinya Indonesia sebagai anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) pada tanggal 28 September 1966 setelah sebelumnya pada masa Soekarno, Indonesia keluar sebagai anggota PBB.

Pada tahap awal, ia menarik garis yang sangat tegas. Pengucilan politik dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.

Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru bahkan sebagian yang terkait atau masih pendukung dari Partai PKI dihabisi dengan cara dieksekusi massal di hutan oleh militer pada waktu itu. Program pemerintah Soeharto diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.

Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi.

4. Titik kejatuhan Soeharto

4. Titik kejatuhan Soeharto

Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan IndonesiaSoeharto mengunjungi makam ibunya dalam buku Ibu Indonesia dalam Kenangan
Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan IndonesiaSoeharto mengunjungi makam ibunya dalam buku Ibu Indonesia dalam Kenangan

Titik kejatuhan Soeharto dimulai pada 1998. Pada tahun tersebut menjadi masa kelam Seoharto sekaligus masa reformasi bagi Indonesia.

Pada saat itu mahasiswa dan rakyat melakukan demonstrasi besar-besaran karena ketidakpuasan atas kepemimpinan Soeharto. Mereka juga tidak puas dengan kondisi ekonomi Indonesia pada saat itu yang jatuh pada krisis ekonomi. Disisi lain, stabilitas politik juga kian tak terkendali.

Pada 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB, Soeharto akhirnya memutuskan untuk membacakan pidato “pernyataan berhenti sebagai presiden RI”. Soeharto telah menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun. Sebelum dia mundur, Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi dalam 6 sampai 12 bulan sebelumnya.

BJ Habibie melanjutkan setidaknya setahun dari sisa masa kepresidenannya sebelum kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid pada 1999.

Titik kejatuhan Soeharto dimulai pada 1998. Pada tahun tersebut menjadi masa kelam Seoharto sekaligus masa reformasi bagi Indonesia.

Pada saat itu mahasiswa dan rakyat melakukan demonstrasi besar-besaran karena ketidakpuasan atas kepemimpinan Soeharto. Mereka juga tidak puas dengan kondisi ekonomi Indonesia pada saat itu yang jatuh pada krisis ekonomi. Disisi lain, stabilitas politik juga kian tak terkendali.

Pada 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB, Soeharto akhirnya memutuskan untuk membacakan pidato “pernyataan berhenti sebagai presiden RI”. Soeharto telah menjadi presiden Indonesia selama 32 tahun. Sebelum dia mundur, Indonesia mengalami krisis politik dan ekonomi dalam 6 sampai 12 bulan sebelumnya.

BJ Habibie melanjutkan setidaknya setahun dari sisa masa kepresidenannya sebelum kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid pada 1999.

5. Kehidupan pribadi Soeharto

5. Kehidupan pribadi Soeharto

Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan IndonesiaSoeharto dan Ibu Tien (Buku "Beribu Alasan Rakyat Mencintai Pak Harto"/Dewi Ambar Sari, 2006)
Biografi Soeharto, Dikenal sebagai Bapak Pembangunan IndonesiaSoeharto dan Ibu Tien (Buku "Beribu Alasan Rakyat Mencintai Pak Harto"/Dewi Ambar Sari, 2006)

Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran. Pernikahan Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun.

Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Dia meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari, sejak 4 sampai 27 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.

Berita wafatnya Soeharto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta. Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multiorgan.

Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegaran. Pernikahan Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun.

Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Dia meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari, sejak 4 sampai 27 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.

Berita wafatnya Soeharto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta. Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multiorgan.

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalaman unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di saat mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Baca Juga: Kisah Cinta Soeharto dan Bu Tien, Setia Hingga Akhir Hayat

Baca Juga: Kisah Cinta Soeharto dan Bu Tien, Setia Hingga Akhir Hayat

Topik:

  • Anata Siregar
  • Jumawan Syahrudin
  • Bella Manoban

Berita Terkini Lainnya