Kisah Konstantinus Saleo, Sang 'Aquaman' dari Raja Ampat

Penjaga kekayaan laut dan ekosistem Yensawai Barat

Raja Ampat, IDN Times - Kecintaan Konstantinus Saleo (28) terhadap tanah kelahirannya di Yensawai Barat, Raja Ampat, Papua Barat, membuat dirinya merasa terpanggil untuk pulang ke kampung halaman usai menempuh pendidikan sarjana di Surabaya. Hal itu dilakukannya karena ingin melindungi kekayaan laut dan isinya yang ada di wilayahnya. 

"Saya kuliah di UPN Veteran Surabaya dan saat pulang (ke Yensawai Barat) tidak ada pengganti (pengawas) disini, akhirnya masyarakat tidak terkontrol melakukan (kegiatan ilegal) ini dan itu, akhirnya saya punya inisiatif (untuk jadi pengawas)," kata Konstantinus di Yensawai Barat, Raja Ampat, Jumat (25/3/2022). 

Kini, inisiatif tersebut mampu diwujudkan oleh Konstantinus. Saat ini, ia merupakan Ketua Kelompok Pengawas (Pokmaswas) dan Terumbu Karang Yensawai Barat. Sosok Konstantinus bak superhero DC pelindung laut dan isinya, "Aquaman".

Seperti apa sepak terjang Konstantinus sebagai Ketua Pokmaswas dan Terumbu Karang Yensawai Barat? Berikut dia membagikan kisahnya.

Baca Juga: Lewat COREMAP-CTI, 1.600 Meter Ekosistem Pesisir Prioritas Raja Ampat Terehabilitasi

1. Pengorbanan sang ayah sebagai penjaga laut dan wilayah Yensawai Barat

Kisah Konstantinus Saleo, Sang 'Aquaman' dari Raja Ampatilustrasi Pesisir Pantai (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Konstantinus memiliki sosok ayah yang luar biasa. Saat ia kecil, sang ayah merupakan lulusan dari Conservation Internasional (CI) dan merupakan pelindung wilayah konservasi Yensawai Barat. 

Pada periode 2002-2010, Konstantinus mengungkapkan bahwa aksi illegal fishing, illegal logging, dan penebangan kayu secara tidak teratur cukup marak terjadi di wilayah Bantata Utara. 

"Jadi bapak waktu itu memang berusaha harus mengubah (pola pikir masyarakat) karena masyarakat masih ngerusak juga. Mereka bisa ngebom di depan kampung, bisa jaring. Pikiran tentang lingkungan belum ada," katanya. 

Selain memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar, sang ayah juga rutin melakukan patroli di wilayah Bantata Utara untuk pengamanan laut dan hutan. Sayang, upaya pengamanan laut dan hutan yang dilakukan ayah Konstantinus malah dianggap mengganggu oleh para pelaku illegal logging. 

Pada 2010, ayah Konstantinus dibunuh saat melakukan patroli. Saat itu, ia melakukan pengecekan ke sebuah hutan yang dilaporkan masyarakat menjadi tempat penebangan pohon secara ilegal. 

"Bapak ngecek kesana dan disitu terjadi pembunuhan. Bapak dibunuh oleh masyarakat dari luar, bukan (dari) Raja Ampat. Dia orang Sulawesi kalo ga salah yang ambil kayu," jelas Konstantinus. 

Baca Juga: 5 Penginapan Terbaik di Raja Ampat yang Memiliki Pemandangan Eksotis

2. Konstantinus merasa terpanggil untuk meneruskan niat baik ayahnya

Kisah Konstantinus Saleo, Sang 'Aquaman' dari Raja AmpatKetua Pokmaswas dan Terumbu Karang Yensawai Barat, Konstantinus Saleo. (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Setelah sang ayah wafat, Konstantinus mengakui bahwa aktivitas ilegal di sekitar kawasan Yensawai Barat, Bantata Utara kembali terjadi. Namun demikian, aktivitasnya tidak terlalu masif. 

"Cuma beberapa orang melakukan itu seperti bom, tapi sudah tidak dekat kampung, mereka lakukan jauh dari kampung. Jaring, potasium itu masih dilakukan," ungkap dia.

Konstantinus menyadari bahwa semenjak ayahnya wafat, tidak ada lagi masyarakat Yensawai Barat yang mau melakukan pengawasan terhadap wilayah perairan mereka. Melihat kondisi itu, ia pun merasa terpanggil. Tepat di 2016, saat ia lulus dari kampus UPN Veteran Surabaya, Konstantinus kembali ke kampung halamannya. 

"Ini tempat lahir saya, saya cinta disini dan saya ingin berbuat sesuatu untuk tanahku sendiri," tegas dia. 

Sebelum memutuskan kembali ke kampung halaman, Konstantinus mengaku mendapat banyak tawaran pekerjaan di Pulau Jawa. Namun, tawaran tersebut ia tolak. 

Ia kemudian mewujudkan komitmennya untuk melindungi kekayaan laut yang ada sekitar wilayah Yensawai Barat dengan membangun sebuah homestay. Menurutnya, membangun homestay adalah cara paling baik untuk melindungi laut sekaligus menjalankan bisnis. 

"Jadi yang ada dipikiran saya waktu itu, bapak memilih jalur yang keras untuk melindungi laut, sedangkan saya memilih jalur yang lebih aman tapi tetap melindungi laut. Saya bangun homestay di bekas pos bapak saya," katanya. 

Konstantinus mengungkapkan bahwa aktivitas ilegal di wilayah Yensawai Barat mulai berkurang semenjak ia membangun homestay. 

"Karena masyarakat Raja Ampat tau kalau ketika ada homestay di satu lokasi, kawasan itu terlindungi. Jadi mereka ga akan berani ngambil sesuatu dari situ," Konstantinus menambahkan.

Baca Juga: Jokowi Jadikan Taman Ngurah Rai Bali Contoh Rehabilitasi Mangrove

3. Ikut dalam program PKSPL-IPB

Kisah Konstantinus Saleo, Sang 'Aquaman' dari Raja AmpatIDN Times/Asrhawi Muin

Tidak hanya menjaga laut, Konstantinus juga ikut menggalakkan pembangunan pesisir dan laut di wilayah Yensawai Barat. Ia kemudian bergabung dengan program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang - Inisiatif Segitiga Terumbu Karang atau Coral Reef Rehabilitation and Management Program - Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) dari ICCTF - Bappenas yang dijalankan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) - Institut Pertanian Bogor (IPB). 

Dengan beberapa kegiatan rehabilitasi mangrove, terumbu karang, mengumpulkan sampah dan lain-lain. Dia juga mengajak anak-anak muda untuk ikut bergabung dalam inisiatif tersebut. 

"Dalam kelompok itu saya aktif mengajak usia dini untuk bergabung. Kita ajak terus anak kecil, anak muda," imbuh dia.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya