3 Cara Bupati Tabanan Jadikan Kabupatennya Paling Toleran se-Indonesia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Tabanan, sebuah kabupaten yang terletak sekitar 35 km di sebelah barat Kota Denpasar, Bali, meraih Penghargaan Harmony Award pada tahun lalu. Sebuah penghargaan yang diberikan Kementerian Agama atas kontribusi dan inisiatif berbagai pihak yang dinilai berhasil memelihara dan memfasilitasi kegiatan umat beragama.
Bagaimana Tabanan bisa memelihara kerukunan beragama antar penduduknya yang mayoritas beragama Hindu bersama warga beragama Islam dan Katolik?
Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti menceritakan apa saja yang membuat Tabanan berhasil meraih penghargaan itu.
Baca Juga: Toleransi dari Kacamata Kanzha, Seorang Transgender
1. Menjadi pemimpin yang adil
Eka mengatakan dalam memimpin Tabanan, ia harus berlaku adil dan tidak membeda-bedakan siapa rakyatnya.
“Adil dalam artian kita membantu semua umat. Saya kan kepala daerah yang dipilih rakyat, jadi saya memiliki rakyat Tabanan. Semua adalah anak-anak saya. Jadi kita perhatikan apapun harapan dan keinginan mereka dan tidak pernah membedakan,” kata Eka kepada IDN Times di Jakarta, Senin (10/12).
2. Tidak mencampurkan kepentingan agama dengan politik
Kiat kedua Eka berhasil membuat Tabanan meraih Harmony Award adalah dengan memisahkan kepentingan politik dengan agama.
“Kalau keyakinan itu urusan umat dan Sang Pencipta. Dan tidak ada agama mengajarkan jelek. Kita harus membedakan dan jangan mencampuradukkan. Karena kepentingan terbesar bangsa ini adalah bagaimana membuat bangsa ini rukun dan maju,” jelasnya.
Editor’s picks
Baca Juga: Retno: Generasi Muda Harus Bisa Menghormati Perbedaan & Toleransi
3. Menanamkan rasa kasih pada warganya
Cara terakhir yang Eka jelaskan adalah ia kerap menyampaikan pada warganya untuk memisahkan urusan politik dan agama. Ia meminta warga dapat hidup saling memiliki dan berdampingan.
“Kalau kita menanamkan rasa kasih itu awal kemenangan. Jadi didasarkan niat juga, dari para pimpinan Tabanan, saya sampaikan ‘Ayo dong kita sama-sama menciptakan kedamaian’. Dan tidak ada kedamaian tercapai kalau dari atas ke bawah tidak punya pemahaman yang sama,” jelasnya.
4. Pecalang yang diikuti umat Muslim
Salah satu contoh yang membuat Eka bangga adalah polisi adat Bali atau yang disebut Pecalang. Pecalang memiliki tugas untuk mengamankan dan menertibkan desa, baik dalam keseharian maupun dalam hubungannya dengan penyelenggaraan upacara adat atau keagamaan sebelum hari raya Nyepi.
Menariknya, banyak pecalang yang berasal dari umat Muslim yang merupakan pendatang dari Madura. Eka mengaku terkesan dengan kehadiran mereka.
“Kalau Nyepi, itu pecalang dari masyarakat Madura yang umat muslim. Pakaiannya ala-ala Bali pakai udeng tapi ada baju merah dan putih. Jadi seneng banget lihatnya. Mereka ikut jaga dan buat suasana Nyepi damai. Jadi dari situ sudah kelihatan mereka juga bagian Tabanan,” katanya.
Baca Juga: Toleransi Tinggi, Ini 5 Kampung Islam yang Harmonis di Bali