3 Faktor Kenapa Mudik Naik Motor Masih Jadi Idaman

Banyak asyiknya, tapi risikonya juga besar

Jakarta, IDN Times - Banyak jalan menuju kampung halaman alias mudik, namun sangat tidak disarankan menggunakan sepeda motor. Sebab risikonya kelewat besar. Kementerian Perhubungan pernah menyebutkan pengguna sepeda motor menempati peringkat teratas dalam daftar kecelakaan saat mudik.

Ngeri, kan? Karena itu, jika bukan karena alasan yang sangat mendesak, sebaiknya tinggalkan sepeda motor di rumah. Naik bus atau kereta akan lebih baik, meski pastinya akan lebih mahal.

Nah berikut tiga alasan kenapa masih banyak pemudik yang menggunakan sepeda motor:

1. Biaya lebih murah dibanding dengan naik bus

3 Faktor Kenapa Mudik Naik Motor Masih Jadi IdamanUnsplash/ Shajan Jacob

Faktor pertama kenapa sepeda motor masih jadi pilihan para pemudik adalah karena ongkosnya lebih murah, bahkan jika dibandingkan dengan ongkis naik bus.

Direktur Lalu Lintas Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Pandu Yunianto, mencontohkan harga tiket bus untuk satu orang untuk tujuan Jakarta-Solo sekitar Rp 200-300 ribu.

"Kalau 1 keluarga suami-istri, pulang-pergi bisa Rp 1 juta. Tapi kalau motor Jakarta-Solo bahan bakar sebutlah 10 liter. 10 liter tidak sampai Rp 100 ribu," kata Pandu dalam sebuah diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (2/6).

2. Membawa motor lincah bersilaturahmi

3 Faktor Kenapa Mudik Naik Motor Masih Jadi IdamanUnsplash/ Ryan Waring

Faktor lain sepeda motor menjadi primadona para pemudik adalah sifatnya yang luwes. Dengan sepeda motor, pemudik bisa lebih gesit bersilaturahmi di kampung halaman. Jalan sempit pun tidak akan menjadi masalah. Berbeda jika mereka menggunakan mobil.

"Motor ini kalau dibawa pulang membantu mereka silaturahmi pada saat lebaran itu. Jadi

tidak perlu angkutan umum," pungkas Pandu.

3. Motor lambang keberhasilan

3 Faktor Kenapa Mudik Naik Motor Masih Jadi IdamanUnsplash/ Ryan Waring

Selain dua alasan di atas, motor juga menjadi pilihan para pemudik karena faktor gengsi. Sebab masih banyak pemudim menganggap motor sebagai lambang keberhasilan mereka merantau di kota seperti Jakarta.

"Ada persepsi masyarakat bahwa pulang dengan motor itu adalah lambang atau bentuk keberhasilan bekerja di Jakarta. Jadi ingin menunjukan ke kerabat di daerah," ucapnya.

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya