5 Alasan Kenapa Millennials Bakal Sulit Dapat Kerja di Tahun 2030

Sudah siapkah kamu bersaing?

Jakarta, IDN Times – Apakah kamu sudah belajar dan menyiapkan diri sebelum memasuki dunia kerja? Jika belum, kamu perlu khawatir. Mengapa?

Karena pada tahun 2030, Indonesia diperkirakan akan mencapai puncak bonus demografi. Pada rentang 2020-2035, Indonesia mendapat bonus demografi dengan jumlah kelompok usia produktif, yakni usia 15-64 tahun, jauh melebihi kelompok usia tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah 65 tahun ke atas).

“Anak-anak kita yang berusia 18-25 tahun akan mulai dominasi job okupasi kita, mereka butuh lapangan kerja tapi pertumbuhan lapangan kerja tidak banyak. Harus ada upaya ekstra untuk antisipasi itu,” kata Direktur eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana dalam sebuah seminar di Grand Sahid, Jakarta, Rabu (5/12).

Meski disebut bonus demografi dan terlihat akan menguntungkan, bonus demografi itu juga bisa mengancam peluang kamu mendapat pekerjaan loh. Kenapa demikian? Ini 6 alasannya.

Baca Juga: Ini 4 Janji Jokowi-Ma'ruf untuk Menghapus Pengangguran

1. Ratusan juta pekerja dari tiga generasi bersaing berebut pekerjaan

5 Alasan Kenapa Millennials Bakal Sulit Dapat Kerja di Tahun 2030Bursa lowongan pekerjaan (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Pada tahun 2030, kamu akan bersaing dengan 3 generasi, yakni generasi X (tahun kelahiran 1961-1980), generasi Y atau generasi Millennial (tahun kelahiran 1981-1994), dan generasi Z (tahun kelahiran 1995-2010).

“Generasi muda akan mengambil seluruh proses tenaga kerja,” sebut Danang.

Jumlahnya pun tidak main-main loh. Menurut Danang, tahun 2030 populasi angkatan kerja di Indonesia akan bertambah 28 juta menjadi 202 juta!

2. Saat ini saja, banyak sarjana yang belum mendapat pekerjaan

5 Alasan Kenapa Millennials Bakal Sulit Dapat Kerja di Tahun 2030Pixabay/M4tthew

Danang menilai saat ini pemerintah sudah membuat serapan kerja yang bagus dalam 15 tahun terakhir. Namun, hal itu masih belum cukup.

Saat ini saja, 20 persen lulusan sarjana (s1) masih banyak yang menganggur. “Sudah bagus karena sebelumnya angkanya 45-50 persen. Karena proses industrialisasi kita sudah menurun,” kata Danang.

Bisa kamu bayangkan apa yang terjadi dengan makin banyaknya populasi angkatan kerja di tahun 2030.

Baca Juga: 8 Pekerjaan Ini Gak Akan Hilang di Era Revolusi Industri 4.0

3. Banyak anak muda yang gak mau bekerja di pertanian

5 Alasan Kenapa Millennials Bakal Sulit Dapat Kerja di Tahun 2030ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Dalam sebuah survei singkat yang dilakukan Danang, ia menemukan kenyataan bahwa anak muda gak mau kerja di bidang pertanian. Hal itu karena adanya kenaikan industri jasa dan mulai meninggalkan industri agraris.

“Saya tidak pernah menemukan satu responden pun ketika ditanya ‘Anda mau gak setelah lulus kerja di kebun?’ Gak ada yang mau, ini bahaya,” ujarnya.

Danang lalu membandingkan kondisi ini dengan negara seperti Thailand dan Jepang di mana kedua negara itu sukses mengembangkan industri, sekaligus pertanian mereka.

“Anda tahu beras Thailand, tahu industri otomotif Thailand? Jepang dengan teknologi informasi tidak pernah kekurangan berasnya,” katanya.

Padahal Indonesia kaya akan sumber daya alam seperti pertanian dan perkebunan yang luas dari Sabang sampai Merauke.

4. Generasi sekarang cenderung mudah menyerah

5 Alasan Kenapa Millennials Bakal Sulit Dapat Kerja di Tahun 2030pexels.com/ Pixabay

Faktor keempat adalah perubahan budaya. Danang menilai, generasi yang lebih tua cenderung pekerja keras dan gak gampang menyerah. Beda sama generasi sekarang yang disebut Danang sebaliknya.

“Sekarang mulai luntur, mudah menyerah, akhirnya tidak ada daya juang itu,” katanya.

5. Pendidikan di Indonesia mengarahkan siswanya jadi pekerja, bukan pengusaha

5 Alasan Kenapa Millennials Bakal Sulit Dapat Kerja di Tahun 2030Ilustrasi (Pixabay)

Kelima adalah masalah pendidikan. Danang mengatakan, kurikulum pendidikan di Indonesia hanya mempersiapkan siswa-siswi untuk menjadi pekerja di kemudian hari, bukan pengusaha.

Padahal untuk menjadi sebuah negara maju, butuh sekitar 14 persen dari penduduk usia produktif yang menjadi pengusaha. Indonesia saat ini hanya punya 3,1 persen dari populasi yang berwirausaha.

“Pendidikan kita masih belum sesuai job map yang dibutuhkan, pendidikan kita masih mengarahkan lulusan pendidikan kita jadi pekerja. Karena menteri pendidikan ganti tiga kali sehingga tidak ada kurikulum dari SD sampai S1 untuk jadi entrepreneur,” jelasnya.

Generasi muda Indonesia, imbuhnya, bersekolah selama kurang lebih 15 tahun untuk menjadi pekerja. "Sekarang harus diubah. Harus masukin dulu prinsip entrepreneurs ke dalam kurikulum. Meski tetap ada yang bekerja, tapi ada yang mengarah jadi pengusaha,” imbuh Danang.

Baca Juga: Masih Pengangguran? 5 Aplikasi Ini Banyak Info Lowongan Kerja Lho

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya