Cerita Eks Jurnalis Dituduh sebagai Dukun PKI, Perjuangan Luar Biasa!

Eyang Sri kini bertahan hidup dengan membuat cerpen

Jakarta, IDN Times - Sri Sulistyawati tak menyangka setelah bergabung di Partai Nasionalis Indonesia (PNI) justru menjadi pintu masuk dia terjebak dalam sejarah kelam tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) atau komunis di Indonesia.

Perempuan 78 tahun itu dicap sebagai eks tahanan politik atau tapol, karena dituduh sebagai antek-antek PKI oleh penguasa Orde Baru. Inilah sekelumit kisah Eyang Sri selengkapnya dalam wawancara IDN Times saat ia terbaring sakit di atas ranjang rumah sakit di kawasan Jakarta Pusat pada akhir September 2020.

Baca Juga: Pangkostrad: Tudingan Gatot Nurmantyo Keji Sebut TNI AD Disusupi PKI

1. Eyang Sri adalah mantan jurnalis ekonomi

Cerita Eks Jurnalis Dituduh sebagai Dukun PKI, Perjuangan Luar Biasa!Sri Sulistyawati

Dengan suara lirih, perempuan yang akrab disapa Eyang Sri ini menceritakan saat dirinya memulai karier sebagai jurnalis ekonomi di media Warta Bhakti. Saat itu, ia selesai kerja praktik (magang), namun diminta melanjutkan sebagai jurnalis.

“Iya wartawati jadul. Selesai (praktik) gak boleh keluar, kerja terus di situ,” kata dia, tertawa, saat ditemui IDN Times.

2. Eyang Sri dituduh sebagai antek-antek PKI

Cerita Eks Jurnalis Dituduh sebagai Dukun PKI, Perjuangan Luar Biasa!Sri Sulistyawati

Eyang Sri terpaksa berhenti sebagai jurnalis gara-gara pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis pada 1965-1966. Kala itu, ia mengaku tergabung dalam Partai Nasionalis Indonesia (PNI).

“Berhentinya karena peristiwa 65. Karena Eyang dianggap orangnya Soekarno. Kan Bung Karno berpijak lima partai, PNI, PKI, Partindo (Partai Indonesia), Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah), PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). Ini semua dihabisin, jadi bukan PKI aja,” kata dia.

3. Eyang Sri merasa hidup seperti di planet lain

Cerita Eks Jurnalis Dituduh sebagai Dukun PKI, Perjuangan Luar Biasa!Sri Sulistyawati

Akibat tuduhan itu, Eyang Sri dipenjara selama 11 tahun, sejak 1968-1979 di Bukit Duri. Ia bersama eks tapol lainnya lalu dibebaskan dengan syarat harus melapor rutin (mel) kepada aparat keamanan.

Beberapa orang menuding Eyang Sri sebagai pengikut PKI, tapi ia bersyukur keluarganya tidak bersikap demikian.

“Stigma kan? Itu (stigma) di mana-mana, kalau menerima kita otomatis. Tapi Puji Tuhan, kalau keluarga Eyang baik, menerima. Saya hidup seperti di planet lain, seperti diasingkan. Iya, tiap hari mel, seminggu sekali Kodim (Komando Distrik Militer), sebulan sekali Kodam (Komandao Daerah Militer),” ujar dia.

4. Eyang Sri menulis cerpen dan mengobati orang demi menyambung hidup

Cerita Eks Jurnalis Dituduh sebagai Dukun PKI, Perjuangan Luar Biasa!Sri Sulistyawati

Keluar dari penjara, Eyang Sri kembali ke rumahnya di Cirebon. Pada 1998 hingga 2007 ia pindah ke rumahnya di Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat. Selama itu pula ia bertahan hidup dengan berbagai cara. Mulai dari membuat cerita pendek (cerpen) hingga menjadi ahli pengobatan tradisional.

Eyang Sri belajar teknik pengobatan dari istri pemimpin PKI Dipa Nusantara Aidit (D.N Aidit), Sutanti Aidit. Sutanti juga dikenal sebagai dokter spesialis akupunktur pertama yang dimiliki Indonesia.

“Kalau Eyang kadang nulis cerpen, kan lumayan itu nyambung hidup. Selamanya masih bikin cerpen sampai sekarang. Eyang juga ngobatin orang sakit saraf, apa saja. Sampai disebutnya dukun PKI. Kebetulan orang Pemda kenal baik karena berobat ke Eyang, dari lurah sampai Wali Kota,” ungkap dia seraya tertawa.

Eyang Sri juga terlibat membantu mahasiswa dalam aksi menurunkan Soeharto pada 1998.

“Waktu itu, bantu mahasiswa demo itu. Kami ibu-ibu itu bikin nasi bungkus untuk para pendemo,” tutur dia dia.

Pada 2007 Eyang Sri pindah ke panti jompo Waluya atas ajakan politikus PDIP Ribka Tjiptaning dan restu dari keluarganya.

Baca Juga: Pengamat: Isu PKI yang Digulirkan Gatot Nurmantyo Masih Laku di RI

5. Pengobatan tradisional dan keadaan mengubah stigma orang terhadap Eyang Sri

Cerita Eks Jurnalis Dituduh sebagai Dukun PKI, Perjuangan Luar Biasa!Sri Sulistyawati

Kini keadaan berubah. Kehidupan Eyang Sri mulai sedikit bebas, berkat stigma terhadap orang-orang yang dianggap PKI mulai berubah. 

“Setelah lewat 1998 agak bebas. Agak, ya,” ungkap perempuan yang berambut memutih itu.

Stigma terhadap Eyang Sri sebagai pengikut PKI perlahan menghilang berkat pengobatan tradisional itu.

“Jadi sesulit apapun bisa ditembus. Jadi lihat sikon (situasi dan kondisi) nya. Nih orang kaku jangan bales kaku, akhirnya baik semua. Dengan mengobati itu ya membuat stigma itu sedikit-sedikit hilang,” tutup Eyang Sri.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya