Dua Kesalahan Doa Neno Warisman Menurut Kapitra Ampera

Menurut Kapitra doa itu bisa merujuk hal negatif, apa saja?

Jakarta, IDN Times - Anggota Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Kapitra Ampera menilai ada dua kesalahan yang dilakukan oleh Wakil Ketua Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto–Sandiaga Uno, Neno Warisman dalam pembacaan puisi Munajat 212.

"Secara epistimologi, sipil tidak kenal perang, kecuali perang kata. Ini (puisi Neno) mungkin perang kata," kata Kapitra dalam acara Indonesia Lawyer Club tvOne, Selasa (26/2) malam.

Menurut Kapitra, dalam pengalihkuasaan dalam sipil dilakukan dalam pemilihan umum seperti Pilpres.

"Ada deklarasi damai kandidat capres. Kampanye itu seharusnya itu damai, aman dan tidak ada politisasi SARA," ujarnya.

Apa 2 kesalahan yang dilakukan Neno menurut Kapitra?

1. Jika dikaitkan dengan Perang Badar, puisi Neno menyebut kelompok Jokowi-Ma'ruf sebagai kelompok kafir

Dua Kesalahan Doa Neno Warisman Menurut Kapitra AmperaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Berdasarkan catatan Kapitra, dari 143 kalimat puisi Neno ada sejumlah kalimat yang ia sebut mengkhawatirkan dan membingungkan, yakni kalimat 87 hingga 90 dan kalimat 104 hingga 105.

"Kalau dikaitkan doa Rasul, dalam doa itu ada doa lain. Kalau pasukan Islam kalah dalam Perang Badar, tidak ada lagi nabi yang memberi petunjuk bagi umat," katnya.

Jika doa Neno dikaitkan dengan Perang Badar, Kapitra menyebut korelasi puisi Neno adalah menyebut kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai kelompok kafir.

"Bahwa kata-kata konteks ini tidak relevan dengan politik kita. Kalau ini korelasi dengan Perang Badar. Tidak salah yang kyai Ma'ruf Amin katakan bahwa yang dukung Jokowi-Ma'ruf adalah kelompok kafir," jelasnya.

Baca Juga: Heboh Puisi Neno Warisman, Titiek Soeharto: Lihat Keseluruhan Dong!

2. Jika terpisah dari Perang Badar, puisi Neno dinilai mengancam Tuhan

Dua Kesalahan Doa Neno Warisman Menurut Kapitra AmperaIDN Times/Irfan Fathurochman

Kapitra mengatakan, jika seandainya doa itu dipisahkan dari Perang Badar, maka puisi itu dinilai menggugat Tuhan.

"Jika dia katakan sendiri, itu ada gugatan kepada Allah bahwa 'Tidak akan lagi menyembah-MU jika tidak menang'. Menang dalam apa? Hawa nafsu atau politik? Kalau dilihat, ini konteks politik," katanya.

"Loh saya masih menyembah Allah meski saya dukung 01. Minta pasukan terbaik? Mengalahkan 01? Kok jadi perang? Ini kan pesta demokrasi," imbuhnya.

3. Kontroversi puisi Neno

Dua Kesalahan Doa Neno Warisman Menurut Kapitra AmperaNeno Warisman (IDN Times/Axel Jo Harianja

Neno Warisman hadir ke lokasi malam Munajat 212 yang digelar di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (21/2). Neno mendatangi lokasi acara sekitar pukul 20.36 WIB. Ia dikawal Laskar Pembela Islam (LPI) dan langsung menuju panggung acara.

Di kegiatan tersebut Neno membacakan puisi Munajat 212. Isi puisi tersebut kini menjadi perbincangan publik, karena sebagian dari konteksnya dinilai kontroversial.

Neno Warisman membacakan puisi dengan air mata dan seruan suara takbir. Di dalam puisinya, ia banyak mengungkapkan harapan-harapan dan doa-doa.

“Munajat penuh harap kau turunkan pertolongan yang dijanjikan bagi yang terdera, bagi pemimpin terfitnah, ulama yang dipenjara,” ujar Neno.

“Jika engkau tidak menangkan, kami khawatir ya Allah, kami khawatir tak ada lagi yang menyembah-Mu. Izinkan kami, generasi kami yang memiliki pemimpin terbaik dengan pasukan terbaik untuk negeri adil makmur terbaik,” tambahnya.

Di akhir membaca puisinya, Neno memanjatkan doa agar semuanya dikeluarkan dari kegelapan dengan pemimpin yang berpihak kepada rakyat.

“Untuk hari depan yang baik, untuk kepemimpinan yang berpihak pada rakyat, kami bermunajat, keluarkan kami dari gelap, keluarkan kami dari gelap, keluarkan kami dari gelap,” ucapnya.

Baca Juga: Puisinya Dipermasalahkan, Neno Warisman: Saya Heran, Kok Jadi Polemik?

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya