Sedihnya Perjuangan Seorang Gadis yang Ingin Bertemu Keluarga di Palu

Ibunya menangis saat terakhir menelepon dirinya

Jakarta, IDN Times – Anisah Firdaus Bandu (22) tiba-tiba mengangkat tangan meminta kesempatan bertanya kepada Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat konferensi pers yang digelar di Jakarta, Minggu (30/9).

Sambil menahan isak tangis, Anisah menceritakan kalau keluarganya menjadi korban gempa dan tsunami yang menerjang Kota Palu pada Jumat lalu. Sampai hari ini ia tidak tahu bagaimana kondisi keluarganya di Palu.

“Bisakah saya diberangkatkan ke sana?” tanyanya kepada Sutopo di Graha BNPB, Jakarta, Minggu (30/9).

“Seperti yang saya jelaskan tadi, kondisinya belum memungkinkan untuk ke sana. Mungkin bisa pakai (pesawat) Hercules tapi itu untuk logistik,” jawab Sutopo.

Anisah terlihat beberapa kali menyeka air matanya saat Sutopo menjawab pertanyaannya. Ia berdiri di konferensi pers itu hingga akhir acara.

1. Sang ibu yang berjuang untuk mengungsi bersama suaminya

Sedihnya Perjuangan Seorang Gadis yang Ingin Bertemu Keluarga di PaluIDN Times / Helmi Shemi

Jumat (28/9) sore sekitar pukul 17.00 WITA saat terjadi gempa, ibunda Anisah, Ernawati sedang menjemput suaminya yang juga ayah Anisah, Arnold Firdaus Bandu, untuk mengungsi. Arnold bekerja di kantor Gubenur Sulawesi Tengah.

“Saya dapat kabar memang dari Mama. Sore di jalan mau jemput Papa di kantor, kebetulan Papa kerja di kantor gubernur, jadi pas itu jemput dan setelah itu saya gak tau lagi,” kata Anisah.

Anisah sudah lama tinggal di Jakarta, yakni sejak SMA. Keluarga ibunya asli Jakarta, sementara sang ayah asli Palu. Ia mengaku masih sempat berkomunikasi dengan sang ibu, namun jaringan komunikasi sering putus. Ia hanya dapat mendengar suara ibunya yang panik dan menangis.

“Mama saya udah 4 kali miss call, pas saya angkat gak ada suara. Saya juga coba telepon pas Jumat gempa gak ada suara. Pas lagi gempa dan Mama saya panik, Mama nangis bilang mau jemput Papa sama ngungsi. Setelah itu sama sekali gak ada kontak sampai saat ini. Saya coba telpon gak bisa juga, gak aktif,” jelasnya.

Baca Juga: Gempa Donggala dan Palu, 5 WNA Masih Belum Diketahui Nasibnya

2. Usaha menemui orang tua yang masih belum membuahkan hasil

Sedihnya Perjuangan Seorang Gadis yang Ingin Bertemu Keluarga di PaluIDN Times / Helmi Shemi

Tidak hanya ke BNPB, Anisah mengaku sudah sejak Jumat lalu mencari cara agar ia dapat menghubungi orang tuanya. Ia pergi Bandara Halim Perdanakusumah dan bertemu dengan relawan hingga pergi ke Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS),

“Dari kemarin malam saya coba ke (bandara) Halim, kebetulan ketemu relawan yang mau ke Palu terus saya titip, kasih tahu nama Mama Papa saya, alamat, kontaknya, saya kasih tahu semua. Saya minta sama mereka kalau mau berangkat kasih tahu saya. Terus tadi pagi saya ke Basarnas. Terakhir ke sini ke BNPB,” ujarnya.

3. Kabar orang tua selamat dan kekhawatiran akan likuifasi

Sedihnya Perjuangan Seorang Gadis yang Ingin Bertemu Keluarga di PaluIDN Times / Helmi Shemi

Anisah terus berusaha meminta diberangkatkan ke Palu untuk melihat kondisi orang tuanya, ia berkeinginan setidaknya untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Ia sempat mendapat kabar dari rekannya yang satu komplek dengan orang tuanya bahwa orang tuanya ada di pengungsian.

“Katanya kemarin ada yang lihat di pengungsian dekat rumah tapi itu juga saya gak tahu udah pasti apa belum,” katanya.

Fenomena likuifaksi (fenomena tanah berubah jadi lumpur seperti cairan kemudian amblas karena kehilangan kekuatan) juga membuat Anisah khawatir. Pasalnya lokasi likuifaksi dikatakannya tidak jauh dengan lokasi rumahnya.

“Rumah saya di jalan banteng, BTN Bumi Anggur, Blok II nomor 1, deket banget sama jalan Dewi Sartika. Jadi sebelum ke rumah saya, lewat jalan Dewi Sartika yang kena lumpur itu,” katanya.

Semoga keluarga di Palu selamat ya, Kak!

Baca Juga: Turki dan Tingkok Bantu Korban Gempa Donggala dan Palu

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya