Semarak Natal dalam Keberagaman Keluarga

Bhinneka tunggal ika. Meski berbeda tetap satu jua

Jakarta, IDN Times - Angkie Cresentia (25) tampak begitu bersemangat menceritakan pengalaman Natal bersama keluarganya tahun ini. Melalui sambungan telepon, wanita yang berprofesi sebagi banker dan penyiar ini sangat senang ketika ayahnya, yang berbeda agama membangunkannya pagi tadi untuk beribadah di Gereja.

"Tadi pagi kita kan Natal, papa pasti kasih selamat. Dia juga bangunin aku 'Kamu gak bangun, ayo siap-siap'. Terus di anterin," katanya, Senin (25/12).

Ayah Angkie adalah seorang Muslim sejak lahir dan menikah dengan ibunya yang beragama Katolik. Perbedaan dalam keluarga Angkie membuat semangat beribadah tetap terjaga. Angkie menuturkan, keluarganya selalu mendukung perayaan atau bentuk ibadah umat Muslim dan Katolik.

"Misalnya, pas selesai bangun rumah di Makasar dimulai pengajian. Papa pengajian malam harinya, besoknya ada ibadah Katolik. Papa solat lima waktu gak pernah ditinggal. Terus kalau puasa tiga hari pertama pasti kumpul. Di rumah gak boleh ada makanan sampai buka puasa. Kalau papa sahur kita semua pasti ikut," jelasnya.

Baca juga: Sengketa Lahan Tak Kunjung Tuntas, Jemaat GKI-HKBP Rayakan Natal di Seberang Istana

Semarak Natal dalam Keberagaman KeluargaDok. IDN Times/Angkie Cresentia

Begitu juga pengalaman yang dirasakan oleh Trisna Prandawa Putra. Karyawan swasta berusia 28 tahun ini memiliki keluarga yang terdiri dari berbagai agama, baik Protestan, Katolik, Muslim, Budha dan Konghucu.

"Adik-adik dari bokap ada yang Muslim, Konghucu, Budha, Katolik. Cuma gak ada Hindu," katanya seraya terkekeh.

Pria yang hobi mendengarkan musik ini biasa mengkuti acara-acara keagamaan saudaranya seperti kremasi atau tahlilan ketika ada saudaranya yang meninggal. Untuk Natal ia juga berkumpul bersama keluarga besarnya, menyantap makanan yang dibawa masing-masing.

“Gue ikut lebaran, gue juga ikut tahlilan kalau ada yang meninggal, kremasi gue ikut. Momen besarnya sih pas lebaran, itu lebih panjang waktunya buat kumpul. Pas Natal kumpul bareng keluarga besar. Semua yang beda agama juga ikutan, ada tuker kado juga. Kalau tahun baru biasanya kami jalan kemana gitu,” jelasnya.

Meski demikian, Trisna menuturkan ia dan keluarga besarnya memiliki peraturan tidak tertulis dalam pelaksanaan acara besar keagamaan. Keluarga besarnya tidak membicarakan agama sama sekali karena khawatir akan memicu perdebatan. Jika pun ada isu sensitif, yang dibicarakan oleh keluarganya dengan konteks yang lebih umum.
 

Semarak Natal dalam Keberagaman KeluargaDok. IDN Times/Trisna Prandawa Putra

“Gak ada yang menyinggung soal agama, itu udah kebentuk sendiri. Ngomongin politik gak ada yang sangkutin sama agama. Ngomongin Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) yang non-Muslim gak begitu. Misal ‘Nih ngapain ada aksi 212?’. Kalau gitu kan memicu. Yah paling ngomongnya ‘Indonesia ada-ada aja nih,’. Lebih general, dari kecil udah begitu,” jelas Pria kelahiran Tasikmalaya ini.

Bukan hanya itu, dalam memasak makanan saat acara kumpul keluarga besar, Trisna menjelaskan alat masak dan makan harus dipisah berdasarkan masakan yang halal dan tidak halal untuk menghormati saudaranya yang Muslim.

“Kalau Natal gak ada makanan khusus sih. Lagi pengan apa, atau bawa makanan masing-masing. Pas Sincia (Tahun Baru Imlek) beda. Kan ada masakan babi. Masaknya dibedain, alatnya juga. Karena kita hargain juga, tempat makan dipisahkan,” kata Trisna.

Natal Sebagai Pemersatu Keluarga

Momen Natal disebut Angkie ini seperti Idul Fitri dimana semua keluarganya berkumpul dan bercakap-cakap. Satu yang menurutnya istimewa adalah hidangan ketupat yang selalu tersaji saat Natal.

"Kalau Natal sama kayak Idul Fitri. Mau Natal dan Idul Fitri pasti ada ketupat. Seru aja, dari dulu begitu. Kurang lengkap gak ada ketupat. Karena ketupat mencerminkan papa. Kami Pancasila banget," ujar wanita yang suka travelling dan bernyanyi ini.

Semarak Natal dalam Keberagaman KeluargaDok. IDN Times/Angkie Cresentia

"Semua kumpul, yang jauh gak pernah ke rumah jadi kumpul. Kayak magic. Yang tadinya diem pada baikan. Natal bisa merubah semuanya," pungkasnya riang.

Trisna pun sama. Ia menganggap datangnya Natal membuat keluarganya terasa lebih hidup karena dapat bertemu dan bersenda gurau dengan keluarga yang sehari-hari tidak bisa ia temui.

“Ketika semua kumpul, keluarga besar bisa merayakan Natal bareng jadi gak keliatan beda agama. Momennya pas kumpul kita ketawa bareng, yang sehari jarang ketemu, cuma lewat chat akhirnya bisa makan bareng, itu gue seneng banget,” tutup Trisna.

Baca juga: Natal Di Palestina, Bentuk Perlawanan Atas Putusan Trump

 

Topik:

Berita Terkini Lainnya