7 Tahun Berjalan, Mimika Smart City 1.0 Belum Optimal

Dewan Smart City belum berjalan maksimal

Timika, IDN Times – Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) Windy Gambetta, yang juga merupakan pendamping Mimika Smart City, menyebutkan bahwa program Mimika Smart City versi 1.0 belum optimal.

Semenjak 7 tahun lalu, Kabupaten Mimika telah ditetapkan sebagai pionir Smart City atau Kota Cerdas bersama 25 kota lainnya di Indonesia. Menurutnya, ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam keberlangsungan program tersebut.

"Kelemahannya, Dewan Smart City belum berjalan maksimal," ujarnya dalam kegiatan FGD pengembangan dan pengelolaan ekosistem kabupaten/kota cerdas, Selasa (30/5/2023) di Timika, Papua Tengah. 

Baca Juga: Kata Pakar Tata Kota ITS Soal Surabaya Tak Masuk Smart City

1. Belum semua OPD ikut berpartisipasi

7 Tahun Berjalan, Mimika Smart City 1.0 Belum OptimalSuasana kegiatan FGD pengembangan dan pengelolaan ekosistem kabupaten/kota cerdas, Selasa (30/05/2023) di Timika, Papua Tengah. (IDN Times/Endy Langobelen)

Selain itu, Windy juga melihat belum semua organisasi perangkat daerah (OPD) ikut terlibat dalam mendukung program Mimika Smart City. "Kegiatannya belum terpadu sehingga bisa dikatakan bahwa Mimika Smart City versi 1.0 masih terbatas dan belum optimal," kata dia.

Menurutnya, satu hal yang merupakan sisi positif dari hasil evaluasi Smart City versi 1.0 di Mimika adalah pembuatan master plan yang sudah dilakukan.

Baca Juga: Metrologi Goes to School Digelar, Edukasi Alat Ukur bagi Murid Mimika

2. Program Smart City tidak hanya untuk Dinas Kominfo

7 Tahun Berjalan, Mimika Smart City 1.0 Belum OptimalSuasana kegiatan FGD pengembangan dan pengelolaan ekosistem kabupaten/kota cerdas, Selasa (30/05/2023) di Timika, Papua Tengah. (IDN Times/Endy Langobelen)

Di sisi lain, Windy menegaskan program Smart City sesungguhnya bukan hanya melibatkan Dinas Kominfo atau Pemda setempat, melainkan juga seluruh masyarakat. 

"Seluruh masyarakat juga harus berpartisipasi atau terlibat dalam program smart city, untuk pembangunan yang inovatif, terintegrasi, dan berkelanjutan," ujar Windy. 

Baca Juga: Belum Tera Ulang, Sejumlah Pertashop di Mimika Sudah Beroperasi

3. Mimika Smart City membutuhkan komitmen dari setiap pihak

7 Tahun Berjalan, Mimika Smart City 1.0 Belum OptimalSuasana kegiatan FGD pengembangan dan pengelolaan ekosistem kabupaten/kota cerdas, Selasa (30/05/2023) di Timika, Papua Tengah. (IDN Times/Endy Langobelen)

Menurutnya, untuk mewujudkan Smart City di Mimika, diperlukan komitmen dari setiap pihak, mulai dari pimpinan daerah hingga seluruh lapisan masyarakat. Salah satunya, dalam bentuk dukungan anggaran dari masing-masing OPD.

"Dan yang terpenting kegiatan pemda harus terpadu dan tidak saling tumpangi tindih," tambah Windy.

Meski Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Mimika akan berakhir, menurutnya, banyak hal yang masih tetap berkelanjutan. 

"Tujuan Smart City ini supaya layanan dirasakan oleh masyarakat, baik di kota maupun di kampung. Layanan pada masyarakat tidak selalu harus menggunakan fasilitas internet, sehingga harus dipikirkan layanan apa yang bisa sampai pada masyarakat di kampung. Kalau perlu jemput bola memberikan pelayanan pada semua lapisan masyarakat," paparnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya