Efek Kerusakan Radiasi Chernobyl Tidak Menurun ke Anak-anak

Radiasi tidak memengaruhi perkembangan anak

Pripyat, IDN Times - Pada 16 April tahun 1986 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl, di dekat kota Pripyat, Ukraina, mengalami kecelakaan di unit nomor empat setelah staf yang bertugas membuat kesalahan selama uji keamanan. Kecelakaan itu menjadi salah satu bencana nuklir terbesar yang membuat 160.000 orang harus meninggalkan tempat tinggal mereka, hingga saat ini radisasi masih terus ada.

Pada Senin pekan depan bencana Chernobyl akan memasuki tahun ke-35. Setalah sekian lama ilmuwan telah melakukan berbagai penelitian dalam studi terbaru yang dirilis di jurnal American Association for the Advancement of Science, menunjukkan bahwa anak-anak yang orang tuanya terpapar radiasi tidak memiliki mutasi berlebih. Studi lainnya yang dirilis pada Kamis, 24 April menunjukkan bagaimana paparan bahan radioaktif residual menyebabkan perkembangan kanker tiroid.  

1. Tidak ada afek membahayakan yang diturunkan orang tua

Melansir dari BBC, dalam studi baru yang berfokus kepada anak-anak pekerja yang terdaftar untuk membantu membersihkan zona yang sangat terkontaminasi di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir, dan anak-anak pengungsi dari kota Pripyat yang terbengkalai, dan permukiman lain dalam zona 70 km di sekitarnya. Pesertanya adalah semua anak yang dikandung setelah bencana dan lahir antara tahun 1987 dan 2002, seluruh genomnya disaring. Riset ini dipimpin oleh profesor Meredith Yeager, dari National Cancer Institute AS (NCI), yang berlokasi di Maryland.

Salah satu pemimpin ilmuwan Dr Stephen Chanock, juga dari NCI, menjelaskan bahwa tim peneliti memeriksa seluruh keluarga, sehingga para ilmuwan dapat membandingkan DNA seorang ibu, ayah, dan seorang anak. "Di sini kami tidak melihat apa yang terjadi pada anak-anak yang berada (di dalam rahim) pada saat kecelakaan itu; kami sedang melihat sesuatu yang disebut mutasi de novo." Ini adalah mutasi baru dalam DNA,  yang terjadi secara acak di dalam sel telur atau sperma. Bergantung pada di mana dalam cetak biru genetik bayi, mutasi muncul, mutasi itu tidak berdampak sama sekali, atau bisa menjadi penyebab penyakit genetik.

Chanock menjelaskan bahwa ada sekitar 50-100 mutasi ini setiap generasi dan mutasi itu acak. "Dalam beberapa hal, mereka adalah blok bangunan evolusi. Beginilah cara perubahan baru diperkenalkan ke populasi satu kelahiran pada satu waktu. Kami melihat genom ibu dan ayah, lalu pada anak. Dan kami menghabiskan sembilan bulan ekstra untuk mencari sinyal apapun - dalam jumlah mutasi ini, yang terkait dengan paparan radiasi orang tua. Kami tidak bisa ' tidak menemukan apa pun."

Hasil studi menunjukkan tidak ada mutasi yang terkait dengan paparan orang tua. Artinya, efek radiasi pada tubuh orang tua tidak berdampak pada anak yang dikandungnya di masa depan.

Profesor Gerry Thomas, dari Imperial College London, yang telah menghabiskan puluhan tahun mempelajari biologi kanker, terutama tumor yang terkait dengan kerusakan akibat radiasi, menyampikan kepada BBC, bahwa studi baru ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa "bahkan ketika orang terkena radiasi dalam dosis yang relatif tinggi, bila dibandingkan dengan radiasi latar itu tidak berpengaruh pada masa depan anak-anak mereka."

Profesor Thomas menyampaikan bahwa banyak orang-orang di Nagasaki dan Hiroshima yang takut memiliki anak setelah bom atom karena mengira anak mereka akan terpapar radiasi, hal yang sama ditakutkan orang-orang ketika bencana nuklir Fukushima terjadi. Dia berharap hasil riset bisa meredakan ketakutan orang-orang.

Baca Juga: 5 Fakta Sains tentang Radiasi Alam Semesta yang Harus Kamu Ketahui

2. Efek radiasi terhadap kanker tiroid

Efek Kerusakan Radiasi Chernobyl Tidak Menurun ke Anak-anakLindsay Morton dari National Cancer Institute AS mempin penelitian efek radiasi Chernobyl dengan mempertimbangkan kanker tiroid papiler yang diinduksi radiasi. Sumber:unsplash.com/National Cancer Institute

Melansir dari Daily Mail, pada studi kedua yang dipimpin oleh Lindsay Morton, juga dari NCI, meneliti efek radiasi pada orang yang selamat dari kecelakaan nuklir Chernobyl, dengan mempertimbangkan kanker tiroid papiler yang diinduksi radiasi, sejenis kanker tiroid dan salah satu kanker yang paling sering diamati setelah Chernobyl. Setelah beberapa tahun peristiwa Chernobyl anak-anak yang memiliki kanker tiroid papiler jumlahnya meningkat, berdasarkan hasil peneliti pada 1992. Meski begitu, pemahaman molekuler lebih rinci masih kurang, menurut peneliti, dan tidak ada penanda kanker yang diinduksi radiasi. 

Morton dan timnya menganalisis tumor tiroid, jaringan tiroid normal, dan darah dari ratusan korban kecelakaan nuklir Chernobyl dan membandingkannya dengan pasien yang tidak terpapar. Hasilnya menunjukkan bahwa perkembangan tumor tiroid setelah hasil paparan radiasi dari DNA double-strand break, suatu bentuk kerusakan DNA  yang ada dalam genom. 

Penelitian juga menunjukkan tidak ada biomarker terkait radiasi unik yang diidentifikasi, hasil mengungkapkan peningkatan terkait dosis radiasi dalam DNA double-strand break pada kanker tiroid manusia yang berkembang pasca-Chernobyl.  

"Hasil kami menunjukkan putusnya untai ganda DNA sebagai peristiwa karsinogenik awal yang kemudian memungkinkan pertumbuhan PTC (kanker tiroid papiler) setelah paparan radiasi lingkungan."

Berdasarkan hasil tersebut perubahan genom terkait radiasi lebih terlihat pada mereka yang lebih muda saat terpapar kecelakaan nuklir yang menghancurkan, yang memiliki implikasi untuk perlindungan radiasi dan kesehatan masyarakat, terutama untuk paparan dosis rendah.

3. Jumlah satwa liar di Chernobyl berkembang pesat

Efek Kerusakan Radiasi Chernobyl Tidak Menurun ke Anak-anak35 tahun setelah peristiwa kecelakaan di Chernobyl jumlah satwa liar di cagar alam yang menjadi habitat berbaga hewan, termasuk rusa telah berkembang pesat. Sumber:unsplash.com/ Diana Parkhouse

Melansir dari Republic Word, meskipun wilayah sekitar PLTN Chernobyl telah ditinggalkan manusia untuk ditempati karena adanya radiasi, tapi untuk kehidupan jenis lain berkembang pesat. Satwa liar telah berkembang pesat selama 35 tahun di cagar alam Chernobyl, yang dibuat di sekitar zona eksklusi yang telah ada sejak pembangkit nuklir menjadi bencana pada tahun 1986.

Seorang ilmuwan bernama Denys Vishnevskiy yang datang untuk bekerja di Chernobyl 20 tahun lalu untuk mengamati pemulihan satwa liar. Dia sekarang berusaha mengubah zona eksklusi menjadi waduk keanekaragaman hayati. 

Karena ketiadaan aktivitas manusia, jumlah hewan liar meningkat, dia mengukur catatan tren dengan bantuan kamera. Vishnevskiy melihat pengamatannya sebagai kesempatan unik untuk melihat bagaimana alam berubah ketika manusia pergi. Di Chernobyl hari ini, katanya, alam bergerak kembali. Cagar tersebut merupakan rumah bagi berbagai hewan termasuk rusa, rusa besar, dan babi hutan.

Vishnevskiy mempelajari alam di zona eksklusi dengan salah satu bidang fokus utamanya adalah pada dampak radiasi pada hewan dan perilaku mereka. Vishnevskiy menyampaikan bahwa tingkat radiasi yang meningkat di daerah tersebut tampaknya tidak berdampak kritis pada hewan di cagar alam.

Baca Juga: 15 Potret Chernobyl 30 Tahun Setelah Peristiwa Ledakan Reaktor Nuklir

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya