Apakah Disrupsi Digital Bakal Matikan Televisi?

Perilaku konsumen mengubah cara menonton televisi

Jakarta, IDN Times - Banyak anggapan bahwa masa depan televisi Indonesia di ujung tanduk. Mereka diprediksi segera ditinggalkan layaknya media cetak seperti majalah dan koran lantaran perubahan gaya konsumsi konsumen yang sudah mengarah ke platform digital.

Namun demikian, Managing Director Of Nielsen Indonesia, Agus Nurudin membantahnya. Berdasarkan data yang telah dihimpun Nielsen, Agus memaparkan bahwa televisi masih jadi pilihan utama konsumen hingga saat ini dan penetrasinya masih di atas 90 persen. Jadi, menurut dia, belum bisa jika televisi dikatakan sudah mulai dikalahkan platform digital.

"Bukan televisi disalip digital, tetapi dua-duanya dipakai. Ads-nya memang sebagian sudah diambil. Harus diakui bahwa perusahaan manufaktur saat ini, terutama global company, 20 persen mengarahkan media spending-nya ke digital, kalo lokal belum tentu yah," kata Agus di acara Indonesia Millennial Summit 2020 dalam panggung Visionary Leaders, sesi "The Future of Media and Communication" pada 17-18 Januari .

"Tapi, kalau kita bicara rata-rata (manufaktur lokal) kira-kira sekitar 10-15 persen sudah masuk ke sana (digital) dalam mengarahkan media spending-nya," lanjut dia.

1. Agus sebut durasi menoton televisi sedikit berkurang, tapi..

Apakah Disrupsi Digital Bakal Matikan Televisi?(IDN Times/Reynaldy Wiranata)

Agus tak memungkiri, bicara mengenai kondisi media saat ini memang penuh dinamika, lantaran cara mengonsumsi informasi audience, terutama generasi millennial yang mengalami pergeseran mengikuti perkembangan zaman. Namun, perubahan itu tak menjamin televisi ditinggalkan para penggemarnya.

Hal itu sejalan dengan laporan We Are Social yang dikeluarkan pada Januari 2020, masyarakat global rata-rata menghabiskan waktu untuk menonton televisi selama 3 jam 18 menit. Waktu tersebut sudah termasuk konten TV streaming serta penggunaan perangkat lainnya.

Laporan tersebut masih terbilang normal. Sebab, Agus berpendapat jika pada era sekarang, konsumen itu tak hanya nonton televisi saja. Mereka menggunakan perangkat lain untuk dual screen, sehingga bisa menonton televisi sekaligus berselancar di internet, karena acara yang ditonton sedang break atau kurang menarik.

"Jadi, praktis, mau sebentar, mau lama sebenarnya generasi millennial itu menonton televisi, cuma nontonnya lewat mana. Jadi cuma screen -nya saja yang berubah. Mereka masih cross check yang namanya TV. Secara durasi sebenarnya nonton televisinya agak sedikit berkurang, tapi tak terlalu signifikan," ujar mantan Senior Vice President PT. Indosat Tbk itu.

2. Karakteristik konsumen dipengaruhi perubahan global

Apakah Disrupsi Digital Bakal Matikan Televisi?IDN Times/Reynaldy Wiranata

Perubahan seperti cara menonton televisi pada era disrupsi media ini memang lumrah terjadi mengikuti perilaku konsumen sesuai generasi. Agus menyebut, masing-masing generasi punya karakteristik. Mungkin generasi baby boomers beda dengan millennial dalam konteks tertentu, walau esensi kebutuhan dasarnya seperti makan, sekolah dll. sama, taste-nya dipastikan tetap berbeda.

Oleh sebab itu, Agus menilai media harus memenuhi selera konsumen sesuai dengan perubahan perilaku mereka. Hal itu jadi tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis media untuk bisa terus menyesuaikan diri untuk tetap bertahan. Terlebih, perubahan karakteristik konsumen dipengaruhi transformasi yang lebih global, sebab perubahan tersebut tak bisa steril dari interaksi global.

"Mau bagaimana pun, kita nanti akan masuk ke digital, bagaimana pun kita akan ke e-commerce, tak dipungkiri kita akan ke sana. Peluangnya masih sangat besar. Dan semuanya tadi, kembali lagi ter-triger pada konsumen behaviour, itu menjadi esensi pertama untuk memutuskan sesuatu dalam bisnis, bisnis model seperti apa yang akan dilanjutkan nanti," katanya.

Jadi, melihat fenomena tersebut, jika konsumen dihadapkan oleh banyak pilihan, mereka akan menyortir mana pilihan yang memberikan paling banyak nilai bagi mereka. Nah, biasanya konsumen akan menilai berdasarkan pengalaman saat menggunakan sesuatu, tergantung nilai yang diberikan, dengan kondisi standar nilai konsumen yang berbeda-beda.

Baca Juga: Masa Depan Media, Televisi Berubah dan Disrupsi Digital Baru Dimulai

3. Perubahan perilaku konsumen selaras dengan perkembangan teknologi

Apakah Disrupsi Digital Bakal Matikan Televisi?IDN Times/Reynaldy Wiranata

Namun, Agus sulit menjawab terkait perubahan perilaku audience disebabkan karena disrupsi teknologi atau justru sebaliknya, disrupsi teknologi yang disebabkan karena perubahan perilaku audience. Ia mengakui cukup sulit menentukan mana terlebih dahulu, yang pasti semuanya kembali mengikuti perilaku konsumen yang beriringan dengan perkembangan teknologi.

"Behaviour-nya tak berhenti sendiri, tak bisa steril, karena bagaimana pun teknologi ini berkembang. Teknologi itu akan berkembang terus dan perusahaan teknologi tak akan berhenti di satu titik, dan ini (perkembangan teknologi dan prilaku konsumen) saling berdampingan dan bersinergi," ujar pria yang menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas Gajah Mada ini.

Kembali lagi pada tujuan awal teknologi dikembangkan, Agus menyebut semua itu untuk memudahkan orang-orang. Sehingga, jika sudah menyangkut manusia, perilaku lah yang jadi menentukan. Pada akhirnya pendekatan model bisnis yang dikeluarkan akan termodifikasi.

4. Di mana ada kesempatan bisnis, infrastruktur akan tersedia

Apakah Disrupsi Digital Bakal Matikan Televisi?IDN Times/Reynaldy Wiranata

Agus tak membantah, disrupsi digital memang tak bisa dihindari. Namun, banyak tantangan yang dihadapi. Jika bicara digital penetrasi di Tanah Air, belum semua infrastrukturnya bisa menunjang dunia digital. Tapi, kata Agus hal itu bukanlah alasan perkembangan digital di Indonesia terhambat. Dengan alasan apa pun, di mana ada bisnis, di situ ada kesempatan.

"Jika kita bicara digital, memang saat ini perangkat hardware tidak semuanya siap, tetapi semua kesiapan itu tak selalu menunggu pemerintah kan? Bahkan di sektor private kita pun juga akan running sendiri. Semua businessman sudah punya visi dan itu nanti akan terkejar ke sana. Jadi mau tidak mau, infrastruktur itu tersedia atau tidak, nanti terpaksa akan tersedia," ujar pria yang punya banyak pengalaman di industri FMCG ini.

5. Indonesia terus menggenjot infrastruktur untuk menunjang dunia digital

Apakah Disrupsi Digital Bakal Matikan Televisi?IDN Times/Reynaldy Wiranata

Sejauh ini, pemerintah Indonesia sendiri terus menggenjot perkembangan infrastruktur guna menunjang dunia digital, salah satunya dengan merampungkan proyek satelit Palapa Ring, atau acap kali dikenal dengan nama Tol Langit. Namun demikian, hal itu masih harus terus ditingkatkan agar bisa membantu wilayah Papua lebih mudah dalam mengakses internet.

IDN Times menggelar Indonesia Millennial Summit 2020. Acara akbar tahunan yang berlangsung pada 17-18 Januari 2020 itu mengusung tema "Shaping Indonesia's Future". IMS 2020 menghadirkan 131 pembicara kompeten di berbagai bidang, dari politik, ekonomi, bisnis, olahraga, budaya, lintas agama, sosial, lingkungan sampai kepemimpinan millennial.

Terdapat empat stage yang menampilkan pembicara berpengalaman di bidangnya masing-masing. Mulai dari stage Visionary Leaders (VL), Future is Female, Talent Trifecta dan Hijrah. Sebanyak kurang lebih 6.500 orang menjadi peserta di acara ini, sebagian besar ialah millennial dan Gen Z di Indonesia.

 

Baca Juga: Anindya Bakrie: Sampai Kapan Pun Orang Tetap akan Menonton Televisi

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya