31 Juta Anak Ditargetkan Imunisasi MR, Kemenkes Masih Terima Penolakan

Pro dan kontra masih terus bergulir

Jakarta, IDN Times - Kampanye imunisasi vaksin Measles dan Rubella (MR) tahap dua resmi dilaksanakan sejak Rabu (1/8). Kementerian Kesehatan menargetkan 31.963.164 anak di 28 provinsi, 4.884 kecamatan, dan 6.369 puskesmas yang tersebar di 52.482 desa dan kelurahan.

Vaksin MR yang digunakan 43.949.340 dosis serum produksi India, baik yang 5 ml atau 0,5 ml. Program imunisasi senilai Rp743 miliar tersebut didanai APBN dan sokongan Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI).

Upaya Kemenkes untuk memberikan imunisasi MR pada anak rupanya tak berjalan mulus. Sebab, tak sedikit masyarakat yang menentang program tersebut lantaran tak ada jaminan kehalalan. Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun turut bersuara.

1. MUI Siak mengajukan penundaan imunisasi MR

31 Juta Anak Ditargetkan Imunisasi MR, Kemenkes Masih Terima PenolakanANTARA FOTO/M Agung Rajasa

MUI Kabupaten Siak, Riau, mengajukan surat permohonan kepada bupati setempat untuk menunda sementara waktu pemberian vaksin MR kepada peserta didik, khususnya Muslim di wilayah setempat.

"Kami mengirim surat permohonan penundaan pemberian vaksin MR ke Bupati Siak. Hal itu kami lakukan atas dasar Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang jaminan produk halal dan surat dari MUI pusat kepada Menteri Kesehatan," ujar Sekretaris MUI Kabupaten Siak, Nizamul Muluk seperti dikutip Antara, Rabu (1/8).

Surat yang ditujukan ke Bupati Siak itu berisi permohonan MUI Kabupaten Siak yang meminta penundaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal dan surat dari MUI pusat kepada Menteri Kesehatan.

Baca Juga: Ini Cara Jitu Kemenkes Hadapi Pro Kontra Vaksin

2. Bio Farma menjamin keamanan vaksin

31 Juta Anak Ditargetkan Imunisasi MR, Kemenkes Masih Terima PenolakanANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Direktur Pemasaran Bio Farma Sri Harsi Teteki mengatakan, Bio Farma memastikan keamanan vaksin MR. Lantaran belum bisa memproduksi vaksin sendiri, Bio Farma mengimpor dari produsen vaksin India.

Sri juga menjelaskan mengapa pihaknya lebih memilih impor dari India, bukan dari China, yang sama-sama memproduksi vaksin.

"Bio Farma punya mekanisme pemilihan vendor. Di India, vaksin MR dipakai oleh 140 negara yang sebagian besar negara berpenduduk Muslim. Saat kami berkunjung pada November 2017 lalu, di sana kami melihat proses produksi memenuhi kualifikasi WHO," kata Sri saat jumpa pers di Kemenkes, Selasa (31/8).

Soal sertifikasi halal, lanjut Sri, produsen vaksin di India berupaya membantu memberikan data-data yang dibutuhkan. Menurut dia koordinasi dengan MUI juga terus berjalan dan diharapkan bisa memperoleh hasil yang optimal. 

3. Jangan takut vaksin MR

31 Juta Anak Ditargetkan Imunisasi MR, Kemenkes Masih Terima PenolakanANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Wakil Ketua Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI) Toto Wisnu mengatakan, vaksin MR dipastikan aman meski saat imunisasi terkadang ditemukan efek samping. Dia mengimbau kepada para orangtua agar tidak takut membawa anaknya diimunisasi.

Pada 2017, kata Toto, pihaknya menemukan 255 kejadian dari 35 juta dosis vaksin yang diberikan pada anak-anak.

"Ingat, semua kejadian medis terjadi setelah imunisasi. Semua kejadian medis ini harus dianalisa kausalitasnya. Berhubungan dengan reaksi dan kualitas isi vaksin," kata Toto.

Menurut dia, ada beberapa faktor yang membuat anak sulit divaksin, misalnya takut jarum suntik atau memiliki penyakit lain saat diberikan vaksin.

"Dari 225 kasus itu, hanya ada 18 reaksi simpang dari 35 juta dosis. Itu kecil sekali. Ada yang menunjukkan reaksi demam setelah vaksin. Belajar dari 18 kasus itu, kami introspeksi semua. Manajemen vaksin harus sesuai prosedur. Ikuti panduan prosedur klinis," imbau Toto. 

4. Pemberian vaksin MR bergantung situasi dan kondisi tubuh

31 Juta Anak Ditargetkan Imunisasi MR, Kemenkes Masih Terima PenolakanANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Sementara, menurut Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Soedjatmiko, vaksin MR terbukti dapat melindungi anak dari berbagai risiko penyakit, kecacatan, hingga kematian. 

"Bacalah Fatwa MUI dengan utuh. Kan yang jadi pertanyaannya sekarang adalah sampai kapan vaksin ini dalam kondisi darurat? Jawabannya, ya, sampai ditemukan vaksin yang halal. Ada, kok, data-data yang menyatakan vaksin bisa melindungi anak dari risiko campak dan Rubella," kata Soedjatmiko.

Berikut adalah Fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2016 tentang Imunisasi.

Pasal 1: Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh/imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu. 

Pasal 5: Jika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan dipercaya maka imunisasi hukumnya wajib.

Jadi sudah paham kan guys. Yuk bantu jelaskan pada keluarga, saudara, atau tetangga agar yang memiliki balita segera divaksin MR.

Baca Juga: Kemenkes: Jangan Takut, Vaksin Sudah Diakui Dunia

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya