BNPB: Kerugian Gempa Lombok Mencapai Rp7,45 Triliun
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kerusakan dan kerugian yang diakibatkan gempa 7,0 Skala Richter (SR) yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya sangat besar. Tim dari Kedeputian Rehabiitasi dan Rekontruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih melakukan hitung cepat dampak gempa.
"Dengan menggunakan basis data per 13 Agustus 2018, kerusakan dan kerugian akibat gempa di NTB mencapai Rp7,45 triliun," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Rabu (15/8).
1. Kerusakan terbesar ada di sektor permukiman
Kerusakan dan kerugian ini meliputi sektor permukiman Rp6,02 triliun, sektor infrastruktur Rp9,1 miliar, sektor ekonomi produktif Rp570,55 miliar, sektor sosial Rp779,82 miliar, dan lintas sektor Rp72,7 miliar.
"Sektor permukiman adalah penyumbang terbesar dari kerusakan dan kerugian akibat bencana yaitu mencapai 81 persen," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, angka ini masih akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya data dampak kerusakan yang masuk ke posko. BNPB juga akan menghitung berapa besar kebutuhan yang diperlukan untuk pemulihan dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana.
Baca Juga: Kunjungi Korban Gempa Lombok, Sandi Janjikan Ini pada Pedagang Pasar
2. Akan dilakukan pembangunan di lima sektor
Pembangunan kembali akan dilakukan di lima sektor, yaitu sektor permukiman, infrastruktur, ekonomi produktif, sosial dan lintas sektor. Menurut Sutopo diperkirakan pembangunan akan memerlukan triliunan rupiah.
Editor’s picks
"Tidak mungkin semuanya dibebankan pada pemerintah daerah. Sebagian besar pendanaan berasal dari pemerintah pusat. Bantuan dari dunia usaha dan masyarakat sangat diperlukan untuk pemulihan ini. Proses rehabilitasi dan rekonstruksi akan dilakukan selama dua tahun," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, masyarakat, Pemda NTB dan pemda kabupaten/kota terdampak harus segera bangkit. Perlu waktu untuk memulihkan kembali. Pemerintah pusat akan selalu mendampingi dan memberikan bantuan hingga rehabilitasi dan rekonstruksi nanti.
3. Bencana Lombok jadi kesempatan untuk berbenah
Menurut Sutopo luluh lantahnya kehidupan ekonomi dan pembangunan di Lombok, memberi kesempatan semua pihak untuk menata lebih baik. Tata ruang perlu ditata kembali, menyesuaikan peta bahaya gempanya.
"Bangunan yang dibangun juga harus mengikuti standar konstruksi tahan gempa," kata Sutopo mencontohkan.
Sutopo menyebutkan, pariwisata sebagai andalan devisa bagi NTB juga harus ditata ulang. Wisatawan perlu dibekali pemahaman pengetahuan kebencanaan dan fasilitas kepariwisataan juga dikaitkan dengan mitigasi bencana, agar wisatawan mendapat pengetahuan bencana.
Hotel-hotel di pantai, kata dia, juga dapat dimanfaatkan sebagai shelter evakuasi saat ada peringatan tsunami dan kontruksinya tahan gempa. Masyarakat Lombok harus diedukasi dan disosialisasi terus menerus dengan ancaman bencana.
"Jadikan pendidikan kebencanaan sebagai pelajaran mata pelajaran tambah atau muatan lokal, yang wajib diikuti oleh semua siswa. Ini kesempatan kita untuk berbenah. Menata kembali kehidupan yang lebih baik dan aman. Jangan asal membangun, karena suatu saat, entah puluhan atau ratusan tahun lagi, gempa akan dapat terjadi," kata Sutopo.
Sutopo mengatakan gempa bumi memiliki periode ulang yang akan kembali terjadi, akibat adanya pergerakan lempeng atau sesar di bumi. Karena itu, masyarakat harus hidup harmoni dengan risiko bencana. Sebab, Lombok memang daerah rawan bencana.
Semoga pemulihan di Lombok lekas berjalan baik ya guys.
Baca Juga: Dampak Gempa Lombok, 460 Orang Tercatat Meninggal Dunia