Dubes RI: Kasus COVID-19 di Tiongkok Tinggal Imported Case 

Tempat-tempat wisata beroperasi kembali

Jakarta, IDN Times - Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun, menyatakan kasus COVID-19 di Tiongkok sudah landai. Saat ini tersisa imported case atau kasus yang berasal dari luar Tiongkok.

"Kasus mulai lunak, tapi masyarakat masih disiplin seperti semula. Masih ada cek suhu badan, dan masyarakat yang masuk area wisata tidak boleh melampaui 50 persen dari kapasitas. Kebijakan 14 hari karantina tetap berlaku," ungkap Djauhari saat live streaming bersama IDN Times, Senin malam (27/4).

1. Tempat-tempat wisata beroperasi kembali

Dubes RI: Kasus COVID-19 di Tiongkok Tinggal Imported Case Petugas medis dengan baju pelindung (ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS)

Data terkini, total masyarakat yang terinfeksi virus corona mencapai 84.341 kasus. Dari jumlah itu, 78.558 dinyatakan sembuh dan 4.643 meninggal dunia.

"Di Wuhan sudah zero kasus. Kasus yang bertambah itu di provinsi yang berbatasan dengan Xinjiang," kata Djauhari.

Djauhari menambahkan saat ini Pemerintah Provinsi Hubei telah mengoperasikan kembali 266 tempat wisata utama. Dua belas di antaranya merupakan tempat wisata peringkat teratas di Wuhan.

"Ini dibuka karena mau ada May Day mulai 1 Mei. Namun, tetap ada pedoman pembatasan pengunjung sebanyak 30 persen dari kapasitas harian. Pemesanan tiket juga pakai website," jelasnya.

2. Pengawasan ketat jadi kunci keberhasilan lockdown

Dubes RI: Kasus COVID-19 di Tiongkok Tinggal Imported Case Rumah Tan Kah Kee semasa hidupnya di Xiamen, Tiongkok (IDN Times/Mela Hapsari)

Menurut Djauhari, pengawasan ketat jadi kunci keberhasilan kebijakan lockdown. Saat kasus pertama muncul di Hubei, pemerintah Tiongkok langsung memberlakukan lockdown pada 23 Januari 2020.

"Jumlah penduduk di Hubei ada 60 juta jiwa. Masyarakat gak bisa ke mana-mana. Mereka juga diharuskan pakai masker saat keluar rumah," jelasnya.

3. Masyarakat disiplin taati aturan pemerintah

Dubes RI: Kasus COVID-19 di Tiongkok Tinggal Imported Case Warga menggunakan masker saat menanti kereta bawah tanah di hari pertama dibukanya kembali layanan kereta akibat wabah virus corona di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok, pada 28 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Djauhari melanjutkan, perbatasan jalan dari setiap provinsi diblok agar tak ada kendaraan keluar-masuk. Misalnya saat pemerintah Indonesia mengevakuasi 238 mahasiswa, mereka melewati banyak blokade jalan.

"Semua kota di-lockdwon. Puncak kasus virus corona terjadi pada 17 Februari, sudah 58 ribuan yang terinfeksi, tetapi setelah itu melandai. Ini berhasil karena masyarakat modern yang disiplin, seperti di Beijing, Sanghai, Ghuangzou. Kalaupun keluar rumah hanya untuk beli stok makanan," jelasnya.

https://www.youtube.com/embed/97cs9K9yWLw

Baca Juga: Murah dan Mengenyangkan, Ini 7 Ragam Roti Pipih Populer Khas Tiongkok

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya