Kak Seto: Anak Kecanduan Gawai karena Kurang Perhatian Orangtua

Anak memerlukan kedekatan emosional dengan orangtua

Jakarta, IDN Times - Perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih rupanya berdampak pada proses tumbuh kembang anak. Sayangnya, tak sedikit orangtua yang membiarkan anaknya bermain gawai secara berlebihan.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, hal itu berdampak pada kurangnya kemampuan anak dalam proses komunikasi.

"Anak yang keseringan main gawai bisa lupa mengindahkan hal-hal lainnya," ujar Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi kepada IDN Times, Minggu (22/7).

Oleh sebab itu, lanjut dia, LPAI bersama Presiden Joko 'Jokowi' Widodo, Menko PMK Puan Maharani, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, serta Menteri Sosial Idrus Marham mencanangkan Gerakan Nasional Saya Sahabat Anak (Sasana) pada 4 Mei 2018 lalu.

"Kami mengajak presiden dan para menteri bermain gembira dengan permainan tradisional di Istana Merdeka. Ada permainan gobak sodor, engklek, segala macam," tuturnya.

1. Orangtua sibuk dan kurang perhatian

Kak Seto: Anak Kecanduan Gawai karena Kurang Perhatian OrangtuaIDN Times/Fitria Madia

Menurut pria yang akrab disapa Kak Seto tersebut, anak yang kecanduan gawai disebabkan kurangnya perhatian dari orang-orang terdekat, terutama orangtua. Padahal, orangtua berperan besar dalam perkembangan anak.

"Tidak ada perhatian dari lingkungannya. Makanya selama ini, kan, bapak dan ibunya sibuk juga, sibuk main gawai. Gimana anak gak niru coba?" ujar Kak Seto. 

Baca juga: Tips untuk Orangtua yang Punya Anak Gemar Bermedsos

2. Orangtua diminta meluangkan waktu untuk anak

Kak Seto: Anak Kecanduan Gawai karena Kurang Perhatian OrangtuaANTARA FOTO/Irfan Anshori

Pada Hari Anak Nasional yang jatuh pada Senin (23/7) besok, LPAI menganjurkan semua orangtua meluangkan waktunya untuk bermain kembali bersama anak. Permainan bisa dilakukan di rumah, di taman, atau di mana saja yang menarik.

"Jadi supaya anak tertarik bermain lagi. Kan selama ini anak gak ada perhatian, gak ada kedekatan dengan tokoh atau figur yang diidolakan, jadi larinya ke gawai," tuturnya.

Baca juga: Kekerasan Paling Banyak Dialami Anak Laki-laki Usia 13-17 Tahun

3. Kepedulian lingkungan pada anak dinilai penting

Kak Seto: Anak Kecanduan Gawai karena Kurang Perhatian OrangtuaANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Menurut Seto, menjauhkan langsung anak dari gawai juga bukan solusi tepat karena anak akan berontak. Sebaliknya, orangtua dan lingkungan sekitar perlu menanamkan perhatian pada anak agar perhatiannya teralihkan dari gawai.

"Anak perlu bersahabat dengan orangtuanya, guru-guru juga. Pada Hari Anak Nasional besok, ajak semua RT dan RW turun semua, bermain bersama anak kayak perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus itu. Dengan demikian, anak-anak bisa kembali menikmati betapa senangnya bermain gembira, berlompat-lompatan, berkejar-kejaran. Kan selama ini nuansa itu hilang," kata Seto.

Selain itu, masyarakat juga perlu memberdayakan potensi RT dan RW di setiap desa. Menurut dia, selama ini RT dan RW hanya sebatas nama, tetapi banyak yang hidup tidak rukun dan tidak peduli.

"Hidupkan kembali kepedulian itu. Lalu seksi-seksi di RT/RW ditambah. Biasanya seksi keamanan, kebersihan, tambahin seksi Sahabat Anak atau Perlindungan Anak. Setelah ini kami akan roadshow ke daerah-daerah untuk mengembalikan semangat itu," ungkapnya.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya