Kisah 3 Perantau yang Bertahan Hidup di Tengah Pandemik COVID-19

Pulang takut membawa virus, bertahan tak ada penghasilan

Jakarta, IDN Times - Bertahan di perantauan tanpa penghasilan saat pandemik COVID-19 menjadi dilema. Hal itu dirasakan oleh Yulia Mukti Trisnaningsih, pekerja yang dirumahkan dan gagal mudik, Hisyam Masruri, pengemudi ojek online yang tidak bisa mudik, dan Hafid Priawitantio, guru yang batal bekerja dan juga tak bisa mudik.

Berikut penuturan mereka dalam wawancara bersama Najwa Shihab di acara Mata Najwa Trans7, Rabu (29/4) malam ini.

1. Yulia bertahan di indekos dengan sisa-sisa penghasilan

Kisah 3 Perantau yang Bertahan Hidup di Tengah Pandemik COVID-19Ilustrasi PHK (IDN Times/Arief Rahmat)

Yulia Mukti Trisnaningsih merupakan seorang karyawan kantin di sebuah pabrik di Sidoarjo. Sejak dirumahkan, ia tidak bekerja lagi. Ia pun bertahan di indekos karena tak bisa pulang ke kampung halamannya, Jombang.

"Saya pengen usahain pulang ke rumah, tapi wilayah ini masuk zona merah. Kalau terus di indekos, hidupnya juga mahal. Gak ada pemasukan," tutur perempuan yang akrab disapa Lia itu.

Lia mengatakan, ia masih memiliki uang untuk membayar sewa indekos. Namun, ia mulai kesusahan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia pun belum tersentuh bantuan sosial dari pemerintah setempat.

"Kalau berhasil pulang, di kampung halaman sementara saya mau bikin-bikin kue kering untuk Lebaran. Saya masih mau usaha untuk terus (pulang) ke kampung," ujarnya.

Baca Juga: Pemudik Masih Bisa Lewati Barikade Larangan Mudik, Ini Syaratnya!

2. Hisyam nekat mudik walau ada larangan pemerintah

Kisah 3 Perantau yang Bertahan Hidup di Tengah Pandemik COVID-19IDN Times/Sunariyah

Hal yang sama menimpa Hisyam Masruri. Sejak pemberlakuan PSBB, penghasilannya sebagai pengemudi ojek online di Jakarta turun drastis. Dalam sehari, ia hanya mampu membawa pulang Rp10 ribu hingga Rp20 ribu. Ia pun nekat akan pulang ke Tegal bersama istrinya.

"Saya juga belum pernah dapat bantuan dari RT atau RW. Saya sudah ada ongkos pulang Rp200 ribu. Pulang naik motor. Di sini kontrakan gak kebayar. Gak ada uang, beras tinggal 2 liter. Kami bismillah saja, cari jalan-jalan kecil. Kalau disuruh balik, ya usaha saja," katanya.

3. Hafid memutuskan tetap bertahan di Jakarta meski tak berpenghasilan

Kisah 3 Perantau yang Bertahan Hidup di Tengah Pandemik COVID-19Ilustrasi situasi di perusahaan. IDN Times/Arief Rahmat

Sementara, Hafid Priawitantio, memutuskan untuk bertahan di Jakarta. Sebelumnya, ia sudah tanda tangan kontrak sebagai guru. Namun, ia tak bisa langsung bekerja karena ada wabah virus corona. Ia dijanjikan akan mulai mengajar pada Juli mendatang saat situasi membaik.

Lantaran tak bisa pulang, ia kini bertahan dengan sisa tabungan yang ada.

"Saya mau mudik ke Semarang sebelum ada aturan pelarangan. Sebelumnya, kan, ada aturan karantina 14 hari, itu bisa saya sanggupi. Cuma kemarin telanjur ada aturan gak boleh mudik. Jadi saya menaati aturan pemerintah saja," ungkapnya.

Baca Juga: Jokowi: Masyarakat Nekat Mudik 24 Persen, Sudah Mudik 7 Persen

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya