Musim Hujan Diprediksi Mundur Hingga Oktober, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Potensi kekeringan dan kebakaran lahan bertambah

Jakarta, IDN Times - Warga 53 dusun yang tersebar di 18 desa di sembilan wilayah kecamatan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menghadapi krisis air bersih, karena sumber-sumber air mengering selama musim kemarau.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung Gito Walngadi mengatakan, sumber mata air di lereng Gunung Sumbing belakangan menyusut hingga warga kekurangan pasokan.

"Warga kini kesulitan air bersih dan meminta bantuan pada BPBD," ungkap Gito seperti dikutip kantor berita Antara, Selasa (18/9).

1. BPBD mulai mendistribusikan air bersih

Musim Hujan Diprediksi Mundur Hingga Oktober, Ini Penjelasan IlmiahnyaANTARA FOTO/Zabur Karuru

Gito menjelaskan, BPBD menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa yang mengalami krisis air bersih. Menurut Gito, desa terakhir yang meminta bantuan air bersih adalah Desa Kledung, Kecamatan Kledung.

"BPBD mulai mendistribusikan air bersih ke desa sejak pekan lalu, kemudian secara teratur mengirim bantuan air dua kali dalam seminggu," ujar dia.

Warga Desa Kledung, Rodiah, mengatakan sumber air yang sebelumnya bisa memenuhi kebutuhan seluruh warga desa, kini hanya bisa mengalir ke sebagian rumah warga.

"Agar ada keadilan, pemerintah desa mematikan aliran ke seluruh rumah dan titik air hanya dialirkan di depan balai desa. Mau tidak mau, warga yang butuh air bersih harus antre untuk mengambilnya," kata dia.

Baca Juga: Puncak Musim Kemarau, Sumber Air di Lamongan Langka

2. Awal musim hujan diprediksi mundur hingga Oktober

Musim Hujan Diprediksi Mundur Hingga Oktober, Ini Penjelasan IlmiahnyaBNPB

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan awal musim hujan mundur hingga Oktober di sebagian besar wilayah Indonesia. Akibatnya, musim kemarau kali ini berlangsung lebih panjang, sehingga meningkatkan risiko kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan.

"Awal musim hujan tidak serentak terjadi, sebagian besar pada Oktober, berarti musim kemarau tambah panjang, maka potensi kekeringan dan kebakaran lahan juga lebih panjang," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Dwikorita menjelaskan, kondisi tersebut terutama terjadi di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sumatera. Pada pertengahan Februari 2018, BMKG telah merilis prakiraan yang menyebutkan musim kemarau di Indonesia akan terjadi mulai April dan Mei.

Hasil monitoring perkembangan musim kemarau hingga akhir Agustus 2018, menunjukkan hampir seluruh wilayah Indonesia (99,12 persen) telah memasuki musim kemarau dan 0,88 persen lainnya belum memasuki musim kemarau.

Wilayah yang belum masuk musim kemarau meliputi Payakumbuh (Provinsi Sumatera Barat), Pulau Buru bagian utara (Maluku), dan Pulau Seram bagian selatan (Maluku).
 

3. El Nino diprediksi akan kembali netral pada awal 2019

Musim Hujan Diprediksi Mundur Hingga Oktober, Ini Penjelasan IlmiahnyaBNPB

Sementara kondisi El Nino, Dwikorita menjelaskan, akan melemah dan menurut prakiraan berpeluang aktif pada September 2018 hingga awal 2019.

El Nino lemah ditandai oleh lebih panasnya suhu muka laut di wilayah Pasifik bagian tengah atau dikenal dengan indeks ENSO positif. Kondisi ini akan membuat peralihan sirkulasi angin Timuran menjadi Angin Baratan sedikit terlambat, dan secara tidak langsung menyebabkan awal musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia menjadi terlambat dari biasanya.

Namun, Dwikorita menyebutkan, pengaruh monsun Baratan yang diprakirakan aktif awal 2019, akan lebih mendominasi variasi musim di Indonesia dibandingkan dengan pengaruh El Nino, karena El Nino diprediksi akan kembali netral pada awal 2019.

Semoga kekeringan di beberapa daerah segera teratasi ya guys.

Baca Juga: Bukan Membangun Saluran Air, Ini Solusi Kekeringan di Jatim 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya