Penyakit Ginjal Kronik Telan Biaya Rp3,1 Triliun, Ini Penyebabnya

59 persen pasien gagal ginjal masih di usia produktif

Jakarta, IDN Times - Penderita penyakit ginjal kronis (PGK) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, persentase penyakit ginjal kronis (PGK) sebesar 3,8 persen, naik 1,8 persen dari tahun 2013.

"Akses layanan yang belum merata di seluruh Indonesia menjadi salah satu permasalahan utama dalam penanggulangan PGK. Hal ini tentu saja memerlukan perhatian dari berbagai pihak, baik pemerintah, sektor swasta, dan peran serta seluruh masyarakat," ujar Ketua Umum PB Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) dr. Aida Lydia, PhD., Sp.PD-KGH dalam peringatan Hari Ginjal Sedunia, Kamis (14/3).

1. Penyakit ginjal kronik menelan biaya Rp3,1 triliun

Penyakit Ginjal Kronik Telan Biaya Rp3,1 Triliun, Ini PenyebabnyaIDN Times/Sukma Mardya Shakti

Berdasarkan data Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) tahun 2017, beban negara akibat PGK tercatat 3.657.691 prosedur dialisis dengan total biaya sebesar Rp3,1 triliun.

Aida menjelaskan, saat ini diperkirakan sekitar 10 persen penduduk dunia menderita PGK. Menurut dia, prevalensi PGK cenderung lebih tinggi di negara berkembang.

"Di Asia Tenggara, prevalensi PGK sangat beragam, antara lain di Malaysia sekitar 9,1 persen, di Thailand 16,3 persen," ungkapnya.

Baca Juga: 4 Tahun Program Jaminan Kesehatan Nasional Jokowi, Apa Dampaknya?

2. Penyakit ginjal kronik bisa menyebabkan komplikasi hingga kematian

Penyakit Ginjal Kronik Telan Biaya Rp3,1 Triliun, Ini PenyebabnyaExpress.co.uk

Aida memperkiraan kejadian PGK saat ini jauh lebih tinggi dari data Riskesdas 2018. Sebab, PGK dapat berkembang menjadi gagal ginjal tahap akhir jika tidak tertangani dengan baik. Bahkan, bisa menyebabkan berbagai komplikasi hingga kematian.

"Jika seseorang memasuki stadium akhir dari penyakit ginjalnya, ia akan membutuhkan suatu terapi pengganti ginjal di antaranya hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal," ujarnya.

3. 59 persen pasien gagal ginjal masih di usia produktif

Penyakit Ginjal Kronik Telan Biaya Rp3,1 Triliun, Ini Penyebabnyatheconversation.com

Data Indonesian Renal Registry (IRR) 2017 menunjukkan jumlah pasien aktif yang menjalani hemodialisis sebanyak 77.892 orang. Sementara pasien baru sebanyak 30,843 orang, 59 persen di antaranya terjadi di usia produktif 45-64 tahun.

"Dampak ekonomi yang ditimbulkan demikian besar. Pada 2017 JKN menghabiskan dana sebanyak Rp2,2 triliun untuk pasien gagal ginjal. Itu pengeluaran nomor tiga tertinggi setelah penyakit jantung dan kanker," jelasnya.

4. Penyakit ginjal kronik disebabkan beberapa faktor risiko

Penyakit Ginjal Kronik Telan Biaya Rp3,1 Triliun, Ini Penyebabnyahealth24.com

Aida menjelaskan, ada beberapa faktor risiko PGK seperti diabetes, penyakit darah tinggi (hipertensi), kegemukan (obesitas), glomerulonefritis, penyakit autoimun, merokok, dan lain-lain. Data yang masih terbatas pada IRR 2017 menunjukkan penyebab terbanyak gagal ginjal di Indonesia adalah hipertensi (36 persen) dan diabetes (29 persen).

"Pencegahan PGK dapat dilakukan melalui pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer yaitu program skrining yang bertujuan mendeteksi masyarakat yang berisiko terkena penyakit ginjal. Sementara, pencegahan sekunder untuk mencegah para penderita PGK mengalami penurunan fungsi ginjal yang lebih berat lagi. Dengan demikian, dapat mengurangi jumlah pasien yang harus menjalani terapi pengganti ginjal," jelasnya.

5. Penyakit ginjal kronik dapat dicegah dengan pola hidup sehat

Penyakit Ginjal Kronik Telan Biaya Rp3,1 Triliun, Ini Penyebabnyapixabay.com/juangallardosevilla

Menurit Aida, penatalaksanaan penyakit ginjal yang ideal bersifat terintegrasi mulai dari promotif preventif, diagnosis dan terapi dini, penatalaksanaan gagal ginjal dengan terapi pengganti ginjal, sampai ke rehabilitasi dan terapi paliatif. Namun, terpenting adalah mengajak masyarakat berperan aktif memerangi bahaya penyakit ginjal. Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan berbagai program yang melibatkan masyarakat seperti Gerakan Masyarakat Sehat (Germas), posyandu, dan program imunisasi.

Hal-hal sederhana yang bisa dilakukan masyarakat untuk terhindar dari penyakit ginjal antara lain tetap aktif dan bugar. Di antaranya dengan teratur berolahraga minimal 30 menit sehari 5 kali dalam seminggu, makan makanan sehat, memperbanyak konsumsi sayur dan buah, mengurangi konsumsi garam, menjaga tubuh tetap terhidrasi baik dengan minum air putih yang cukup.

"Selain itu, menjaga berat badan tetap ideal serta rajin memeriksakan kesehatan, seperti pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan fungsi ginjal, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ginjal," kata Aida.

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya