[UPDATE] Korban Meninggal Bencana Palu-Donggala 2.010 Orang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali memperbaharui jumlah korban meninggal setelah gempa bumi serta tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Hingga Selasa (9/10), jumlah korban meninggal terus bertambah dan menjadi 2.010 orang.
"Dari 2.010 orang meninggal, 1.601 orang di Kota Palu, Donggala 171 orang, Sigi 222 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu Sulawesi Barat 1 orang," ungkap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB Jakarta, Selasa (9/10).
Baca Juga: Ini yang Dibutuhkan Korban Gempa Donggala
1. Semua jenazah telah dimakamkan
Sementara itu, lanjut Sutopo, semua jenazah sudah dimakamkan dimana 934 jenazah dimakamkan secara massal, sementara 1.076 jenazah dimakamkan keluarga.
"Untuk korban luka tercatat 10.679 orang, terdiri dari 2.549 orang dengan luka berat dan 8.130 orang dengan luka ringan. Kemudian, korban hilang yang tercatat sebanyak 671 orang," kata Sutopo.
2. Para pengungsi akan diberikan hunian sementara
Editor’s picks
Hingga kini, jumlah pengungsi yang terdata sebanyak 82.775 jiwa, terdiri dari 74.044 jiwa (112 titik) di Sulawesi Tengah dan 8.731 jiwa di luar Sulawesi Tengah. Kemudian, tercatat rumah rusak sebanyak 67.310 unit, fasilitas peribadatan 99 unit, fasilitas kesehatan 20 unit, 1 rumah sakit, 10 puskesmas, 4 pustu, dan 5 poskesdes.
"Sebelum dibangun hunian tetap, masyarakat nanti akan menempati hunian sementara, karena kalau di tenda-tenda kasihan. Lokasinya akan disiapkan oleh pemda. Pembangunan akan dilakukan oleh Kementerian PUPR," ujarnya.
3. Wilayah Balaroa, Petobo, dan Jono Oge akan dijadikan ruang terbuka hijau
Sutopo menambahkan, setelah pemda menemukan lahan untuk dibangun hunian tetap, akan diturunkan tim ahli dari badan geologi dan lembaga riset terkait untuk mengkaji keamanan lokasi.
"Lokasi di Balaroa, Petobo, dan Jono Oge akan ditutup untuk dijadikan ruang terbuka hijau. Nanti akan jadi tempat bersejarah, monumen penanda masyarakat bahwa pernah terjadi tsunami berbahaya. Jadi ada edukasi di daerah tersebut. Gak boleh untuk permukiman lagi. Setelah masa tanggap darurat selesai, akan ada doa bersama," jelas Sutopo.
Baca Juga: [FOTO] Kala Bumi Menelan Kampung Petobo, Palu