Banyak Hoaks Pasca-Tsunami, Begini Kondisi Gunung Anak Krakatau

Ikuti informasi dari sumber yang valid

Jakarta, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan aktivitas Gunung Anak Krakatau sampai saat ini, Selasa (25/12), masih terjadi erupsi dan status yang ditetapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tetap Waspada atau Level II.

“Jadi jangan percaya informasi sejak tadi pagi banyak beruntun bahwa status Gunung Anak Krakatau dinaikkan menjadi Siaga. Tetap dalam hal ini statusnya Waspada,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (25/12).

“Dan erupsi Gunung Anak Krakatau sebenanrnya berlangsung sejak Juni 2018 sampai dengan hari ini, dan tipenya adalah tipe strongbolian, jadi dia melontarkan lava pijar, dan abu vulkanik yang terus-menerus,” lanjut Sutopo.

Baca Juga: BNPB: Terisolir Setelah Tsunami, 7 Desa Masih Belum Tersentuh Bantuan

1. Warga diimbau tidak beraktivitas di radius 2 km Gunung Anak Krakatau

Banyak Hoaks Pasca-Tsunami, Begini Kondisi Gunung Anak KrakatauOji Paoji/WWF Indonesia

Namun, Sutopo mengimbau, supaya masyarakat di sekitar Gunung Anak Krakatau agar tidak beraktivitas hingga radius 2 km.

“Radius 2 km dari puncak kawah dinyatakan sebagai zona berbahaya, tidak boleh ada aktivitas,” ucap dia.

2. Pelayaran kapal di Selat Sunda masih diperbolehkan

Banyak Hoaks Pasca-Tsunami, Begini Kondisi Gunung Anak KrakatauIDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Sementara, Sutopo mengatakan, pelayaran kapal di Selat Sunda masih diperbolehkan beraktivitas pasca-tsunami dan erupsi Gunung Anak Krakatau.

“Dan erupsi yang ada di Gunung Anak Krakatau tidak menganggu pelayaran kapal di Selat Sunda, maupun pelayaran di atas Selat Sunda,” kata dia.

3. Gunung Anak Krakatau rata-rata terjadi pertumbuhan setinggi 4-6 meter per tahun

Banyak Hoaks Pasca-Tsunami, Begini Kondisi Gunung Anak KrakatauIDN Times/Ilyas Listianto Mujib

Lebih lanjut, Sutopo mengatakan, letusan Gunung Anak Krakatau tidak akan separah letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada 1883 yang berdampak hingga Asia Tenggara.

“Namanya juga Anak Gunung Krakatau, gunungnya masih pertumbuhan jadi gunung. Itu menambah tinggi menjulang, menambah besar tubuhnya dengan meletus, rata-rata terjadi pertumbuhan tinggi 4-6 meter per tahun,” kata dia.

4. Letusan Gunung Anak Krakatau tidak akan separah pada 1883

Banyak Hoaks Pasca-Tsunami, Begini Kondisi Gunung Anak KrakatauDok. Susi Air

Sutopo mengatakan letusan Gunung Anak Krakatau tidak akan separah pada 1883 di Selat Sunda, akibat tiga gunung yakni Gunung Rakata, Gunung Danan, dan Gunung Perbuwatan meletus secara bersamaan.  

“Tiga gunung dengan dapur magma yang begitu besar meletus sangat dahsyat sekali pada 1883. Setelah letusan, gunungnya habis, baru 1927 muncu lah anak Gunung Krakatau, dapurnya tidak akan besar seperti dulu,” kata dia.

5. Letusan Gunung Anak Krakatau disebut-sebut jadi pemicu tsunami di Selat Sunda

Banyak Hoaks Pasca-Tsunami, Begini Kondisi Gunung Anak KrakatauDoc. Susi Air

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan meletusnya Gunung Anak Krakatau disebut-sebut menjadi pemicu terjadinya tsunami di Selat Sunda. Material yang keluar dari gunung tersebut menyebabkan longsor bawah laut hingga memicu terjadinya tsunami.

Selain letusan Gunung Anak Kratau, tsunami yang menghancurkan pesisir barat Provinsi Banten dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12) pukul 21.30 WIB itu, juga diduga akibat faktor bulan purnama yang menyebabkan naiknya gelombang laut.

Hingga kini korban meninggal dunia akibat tsunami di lima kabupaten wilayah Banten dan Lampung mencapai 429 orang. Ribuan orang juga menjadi korban luka-luka dan belasan ribu lainnya kini masih di pengungsian, bahkan beberapa desa masih terisolir dari bantuan.

Baca Juga: [UPDATE] Masa Tanggap Darurat Tsunami Selat Sunda 14 Hari

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya