Banyak Anak Jadi Korban COVID-19, IDAI: Layanan Kesehatan Belum Merata

Angka kematian anak Indonesia lebih buruk dibanding Vietnam

Jakarta, IDN Times - Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Aman Pulungan, mengatakan banyak anak di Indonesia menjadi korban wabah COVID-19. Kurang meratanya layanan kesehatan dinilai sebagai sebab utama. 

“Yang meninggal, baik PDP maupun confirmed, ini 200-an. Makanya kami bisa katakan untuk saat ini yang meninggal anak kita paling banyak di Asia,” kata Aman dalam Rapat Dengar Pendapat Umum bersama Komisi X DPR RI secara virtual, Kamis (25/6).

1. Tiga juta anak harus diselamatkan dari COVID-19

Banyak Anak Jadi Korban COVID-19, IDAI: Layanan Kesehatan Belum MerataIlustrasi Balita (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Aman mengingatkan pemerintah untuk menaruh perhatian sekaligus menjaga dan memfasilitasi kesehatan anak-anak Indonesia.

“Angka kelahiran kita hampir 5 juta per tahun, dan sekarang ini sudah 1 juta yang lahir. Kalo ini (COVID-19) sampai akhir tahun, tentulah ada 3 jutaan anak yang akan lahir dan ini harus kita lindungi,” ujar dia.

Aman mengingatkan daya tahan tubuh anak sangat rentan, karena itu perlu perlindungan dan perhatian yang ekstra dari para orang tua.

“Perlindungan ke anak ini bukan kurang tapi kesadaran bahwa anak ini bisa sakit dan meninggal. Mohon maaf bukan ingin menakuti tapi karena kami ahli kami boleh dong bicara pandangan kami,” kata Aman.

2. Banyak kematian anak akibat kurang meratanya layanan kesehatan

Banyak Anak Jadi Korban COVID-19, IDAI: Layanan Kesehatan Belum MerataArea bermain anak di acara "Bobalicious" di Surabaya. IDN Times/Naufal Al Rahman

Ia mencontohkan satu kasus kematian anak yang luput dari perhatian pemerintah. Bayi tersebut berada di sebuah daerah yang berjarak tujuh jam dari pusat provinsi.

Bayi itu selama ini mengalami gejala sesak napas dan berulang-ulang dilarikan ke Puskesmas hingga akhirnya dirujuk ke rumah sakit. Tak sampai 24 jam, nyawa bayi itu tak mampu diselamatkan.

“PCR-nya positif (COVID-19). Ini gambaran yang kami dapat sejak Maret,” ujar dia.

Dari contoh kasus tersebut, Aman menyimpulkan banyak masalah pada ketidakmerataan, inequality data dan pelayanan kesehatan bagi anak.

“Kita tidak bisa lihat pelayanan di Jakarta tapi gimana di provinsi lain. Di satu provinsi ada 1000 sampel yang menunggu diperiksa dan provinsi lain juga harus menunggu beberapa hari, tunggu pesawat baru bisa diperiksa sampelnya,” ujar Aman.

3. Angka kematian anak Indonesia lebih banyak dibanding Vietnam

Banyak Anak Jadi Korban COVID-19, IDAI: Layanan Kesehatan Belum MerataIlustrasi posyandu. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Masalah utama Indonesia, Aman melanjutkan, adalah kematian di bawah usia 5 tahun. Dibandingkan India, Myanmar dan Pakistan, sebelum COVID-19 angka kematian bayi ataupun balita Indonesia lebih baik dari mereka.

“Tapi saat COVID-19 anak-anak kita lebih banyak yang meninggal dibanding mereka bahkan Vietnam. Penyebab terbanyak kita adalah diare dan pneumonia. Ini penyebab kematian nomor satu dan dua yang setiap tahun tetap sama,” jelas Aman.

Baca Juga: Bersatu Lawan COVID-19 Jadi Sistem Kendali Pemerintah Tangani COVID-19

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya