Indahnya Desa Bubohu dan Pantai Dulanga Kandidat Geopark Nasional

Desa Religi Bubohu tak kalah indah dengan Kawasan Mandeh

Jakarta, IDN Times - Lelahnya penerbangan Jakarta-Gorontalo selama empat jam tanpa transit, terbayar dengan indahnya Desa Religi Bubohu dan Pantai Dulanga di Kecamatan Batudaa Pantai, Gorontalo.

Perjalanan 35 menit dari Bandara Jalaludin Gorontalo menuju Desa Religi Bubohu menyuguhkan pemandangan bibir pantai dan laut secara bergantian di setiap kelok jalan. Seperti Kawasan Mandeh di Sumatra Barat, jalan selebar dua mobil itu mengelilingi bukit Bongo dengan pemandangan hamparan Teluk Bintuni.

Jalanan cukup menanjak curam, membuat duduk kami tak nyaman selama di dalam mobil. Sesampainya di puncak bukit, terlihat kubah Masjid Walima Emas menjulang membelah pemandangan laut.

Masjid yang memiliki kubah berwarna emas dengan bentuk khas kue Kolombengi tersebut dibangun di ketinggian 250 kaki di atas permukaan laut.

“Masjid Walima Emas dibangun sejak 2008 oleh almarhum Yosep Tahir Ma’ruf, dan diresmikan pada 2012,” ujar anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gorontalo, Yohan Ardie, Sabtu (27/11/2021).

Baca Juga: Binte Biluhuta, Sup Jagung Gorontalo dengan Gurihnya Milu Pulo 

1. Suasana islami kental di Masjid Walima Emas

Indahnya Desa Bubohu dan Pantai Dulanga Kandidat Geopark NasionalMaajid Walima Emas di Desa Religi Bubohu, Gorontalo. (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Untuk menuju Masjid Walima, kita harus menuruni bukit sejauh 200 meter tepat di atas Pantai Dulanga. Sesampainya di kaki masjid, 33 anak tangga dikelilingi balok semen dengan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah menyambut pengunjung untuk naik ke masjid.

Sementara, untuk menuju kubah kita harus menaiki 27 anak tangga. Di atas sana kita bisa melihat langsung empat kubah yang mengelilingi satu kubah utama dengan ukuran lebih besar di tengah.

“Empat kubah ini melambangkan sahabat nabi, dan kubah yang di tengah ini sebagai lambang Nabi Muhammad. Jadi Beliau sedang dikelilingi empat sahabatnya,” ujar Yohan.

Selain bisa melihat kubah, pengunjung juga disuguhkan pemandangan Pantai Dulanga yang membentang sepanjang 1 kilometer. Suasana islami kian kental ketika azan dikumandangkan. Suaranya menggema di antara bukit Bongo dan bukit Tidur.

2. Museum fosil kayu di Desa Bubohu

Indahnya Desa Bubohu dan Pantai Dulanga Kandidat Geopark NasionalMuseum fosil kayu di Desa Bubohu, Gorontalo. (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Jangan larut dalam nuansa islami Masjid Walima, karena pesantren alam di Desa Bubohu menanti di kaki bukit Bongo. Memasuki gerbang, pengunjung disuguhkan dengan museum fosil kayu terbesar kedua di Indonesia.

Penggalan-penggalan fosil kayu ini dikumpulkan dari beberapa lokasi yang tersebar di Negeri Serambi Madinah itu, yang lokasinya sudah tidak dapat disebutkan satu demi satu.

Fosil kayu yang sudah membatu tersebut diperkirakan sudah berusia jutaan tahun. Menurut Yohan, fosil kayu ini terjadi karena letusan gunung berapi pada zaman dahulu. Kayu-kayu tersebut terempas oleh lahar panas, kemudian terkubur dalam tanah hingga mengeras dan menjadi fosil kayu.

3. Wambohe dan kolam rahim di pesantren alam

Indahnya Desa Bubohu dan Pantai Dulanga Kandidat Geopark NasionalPesantren Alam Desa Bubohu, Gorontalo. (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Masuk ke dalam, ratusan burung merpati mengerubungi kolam dengan bentuk rahim yang lengkap dengan jembatan sebagai lambang tali pusar sebagai penghubung.

“Kolam ini dibuat Yotama sebagai ungkapan kasih sayangnya terhadap ibundanya,” ujar Yohan.

Sementara itu, di pinggir kolam terdapat empat gubuk khas Gorontalo yang disebut Wambohe berjajar rapi di lingkungan pesantren.

Selain Wombohe, di dalam lingkungan pesantren juga terdapat beberapa bangunan kayu yang bentuknya menyerupai Toyopo, atau wadah yang biasa digunakan masyarakat Bungo untuk menyimpan kue saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

4. Pantai Dulanga melengkapi keindahan Desa Bubohu

Indahnya Desa Bubohu dan Pantai Dulanga Kandidat Geopark NasionalPantai Dulanga di Desa Bubohu, Gorontalo (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Berjarak 300 meter dari pesantren alam, pengunjung bisa menyegarkan mata di Pantai Dulanga. Desiran ombak menyapu pasir pantai yang masuk ke sela-sela jari kaki membius pengunjung untuk betah di sana.

Pantai yang dikelola secara swadaya oleh warga setempat itu telah disepakati menjadi geosite potensial untuk mendukung geopark Provinsi Gorontalo.
Destinasi wisata ini akan dikembangkan sebagai obyek geoheritage tektonik.

Tahapan yang sudah dilalui dalam pengembangan Geopark Gorontalo menjadi Geopark Nasional, yakni penilaian warisan geologi yang telah dilaksanakan oleh Kementerian ESDM yang saat ini tinggal menunggu penetapannya, dan setelah itu akan ke tahap penetapan sebagai Geopark Nasional.

Baca Juga: LTKL Gelar Festival Kabupaten Lestari di Gorontalo dan Bone Bolango

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya