Kondisi Terkini Kamp Vietnam di Pulau Galang untuk Pasien COVID-19

Rumah sakit rasa medan perang?

Jakarta, IDN Times - Pasien positif virus COVID -19 terus meningkat, pemerintah tak henti melakukan antisipasi bertambahnya pasien. Salah satunya, mendirikan rumah sakit khusus untuk mengobservasi dan mengobati warga yang terinfeksi.

Presiden mengumumkan rencananya untuk menggunakan rumah sakit di bekas kamp Vietnam di Pulau Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau.

Lalu mengapa pemerintah memilih rumah sakit khusus dibangun di bekas kamp Vietnam?

1. Bekas kamp Vietnam dipilih karena relatif dekat dengan Bandara Hang Nadim Batam

Kondisi Terkini Kamp Vietnam di Pulau Galang untuk Pasien COVID-19Petugas medis mengarahkan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China yang telah disemprot cairan disinfektan setibanya di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Minggu (2/2). (ANTARA FOTO/Kementerian Luar Negeri RI)

Dalam kunjungannya ke Batam, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan bekas kamp Vietnam dipilih sebagai lokasi rumah sakit karena tempatnya yang relatif dekat dengan Bandara Hang Nadim Batam, yang dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 15 menit.

Bandara Hang Nadim Batam juga bisa didarati pesawat kecil dan pesawat berbadan lebar. Lokasinya yang strategis, dekat dengan Malaysia dan Singapura, juga menjadi alasan tersendiri lokasi itu dipilih sebagai rumah sakit khusus.

Baca Juga: Pemerintah Siap Bangun Rumah Sakit Khusus Virus Corona di Pulau Galang

2. Kamp Vietnam didirikan sejak 1979 untuk kompleks pengungsian

Kondisi Terkini Kamp Vietnam di Pulau Galang untuk Pasien COVID-19Kepala Museum bekas kamp Vietnam Said Adnan (ANTARA/Naim)

Dikutip dari Kantor Berita Antara, Selasa (10/3), rumah sakit di lingkungan bekas kamp Vietnam didirikan sekitar 1979 untuk melengkapi kompleks pengungsian warga Vietnam kala perang, waktu itu. Selain rumah sakit, pemerintah juga membangun 6 zona barak. Setiap zona mampu menampung 2.000 hingga 3.000 orang.

Kemudian pemerintah membangun rumah ibadah, lengkap. Masjid, pagoda, gereja Katolik dan Protestan serta wihara dibangun untuk memenuhi kebutuhan rohani para pengungsi. Di sana juga dibangun tempat latihan bahasa, perkantoran staf PBB, fasilitas air bersih dan instalasi listrik.

Kepala Museum Bekas Kamp Vietnam, Said Adnan menyatakan Presiden Soeharto, yang mengizinkan pendirian kompleks pengungsian di Pulau Galang, demi kemanusiaan. Para manusia perahu itu lari dari negaranya, untuk menghindari perang, serta mencari kehidupan baru di negara lain. "Pak Harto yang menyetujui. Kerja sama dengan UNHCR, penanganan pengungsi Indochina, MoU dilakukan pada 1978," kata dia.

Untuk mendirikan kampung pengungsi Vietnam di Pulau Galang, pemerintah Indonesia mengajukan beberapa syarat, antara lain dana untuk operasional kamp dari PBB dan kampung pengungsian hanya bersifat sementara.

Pembangunan kamp di Pulau Galang musti digesa, karena kampung serupa di Pulau Kuku, Kabupaten Kepulauan Anambas, sudah penuh. "Pulau Kuku penuh. Akhirnya disurvei ke Galang," kata pria kelahiran Kepulauan Anambas itu.

3. Kamp Vietnam di Pulau Galang dibangun di areal seluas 80 hektare

Kondisi Terkini Kamp Vietnam di Pulau Galang untuk Pasien COVID-19(ANTARA FOTO/Kementerian Luar Negeri RI)

Pulau Galang dipilih, karena dinilai masih terisolir, jauh dari pemukiman penduduk. Jumlah masyarakat yang tinggal di sana juga masih sedikit dan terdapat sumber air.

"Tanpa ulur waktu, Pak Harto ke sini pada Desember 1979 dan pada 1 Januari 1980, kamp diresmikan atas dasar kemanusiaan," cerita dia.

Adnan yang sudah bergabung sebagai staf di Kamp Vietnam pada 1986 itu mengatakan program pengungsian itu berakhir pada 3 September 1996.

Seluruh pengungsi Vietnam dari Pulau Galang ditempatkan ke berbagai negara ketiga. Pihaknya mencatat, selama 17 tahun kamp itu berdiri, setidaknya sudah melayani sekitar 250.000 pengungsi.

Bahkan, banyak juga bayi-bayi yang lahir di sana. Begitu pun pengungsi yang meninggal. Tidak heran, bila di kompleks itu juga terdapat beberapa tempat makam dan setiap tahun banyak kerabat pengungsi yang berziarah ke sana.

4. RS di Bekas kamp Vietnam relatif cocok untuk mengobservasi pasien penyakit menular

Kondisi Terkini Kamp Vietnam di Pulau Galang untuk Pasien COVID-19Dok. Kementrian Luar Negeri

Kini, setelah 24 tahun kamp itu ditinggalkan para pengungsi, kondisinya tidak terawat. Meski dikelola oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, namun banyak bangunan yang hancur, termakan usia.

Begitu pula dengan rumah sakit yang sejatinya canggih pada masanya. Meski begitu, pemerintah menilai, rumah sakit di Bekas Kamp Vietnam relatif cocok untuk pendirian rumah sakit khusus penyakit menular. "Kondisinya sekarang rusak berat. Tidak layak pakai," kata Said Adnan.

Banyak dinding, langit-langit hingga atap yang sudah roboh. Tidak bisa langsung digunakan. Catnya juga mengelupas, berlumut. Nyaris tidak ada tanda-tanda bangunan berbentuk huruf U itu sempat menjadi rumah sakit besar. Kecuali palang merah yang masih nampak jelas di satu sisi bangunan.

Adnan mengatakan, rumah sakit yang melayani pengungsi asal Vietnam sejak 1980-1996 itu memiliki fasilitas yang lengkap saat masih beroperasi dulu. "Fasilitas layaknya rumah sakit, ada ruang operasi, laboratorium, radiologi dan ruang melahirkan," kata dia.

Ruang rawat inap bisa menampung sekitar 150 orang pasien. Selain itu, di rumah sakit seluas 4 hektare itu juga terdapat ruang instalasi gawat darurat. "Kalau mau dipakai, harus direnovasi dulu," kata dia yang ikut menjelaskan kondisi bekas kamp Vietnam kepada Menteri PUPR dan Panglima TNI yang meninjau lokasi itu.

Meski begitu, infrastruktur listrik dan air di sana relatif memadai. Terdapat sebuah kolam tampung air, seluas 20 x 30 meter, dengan kedalaman sekitar 3 meter, untuk memenuhi kebutuhan air. Kemudian, untuk listrik, saat ini sudah menyala 24 jam, dialiri PLN Bright Batam. "Listrik, baru 2 bulan ini dari Bright (PLN Batam). Sebelumnya genset," kata dia.

Ia mengatakan, berdasarkan penjelasan dari Menteri dan Panglima, rencananya rumah sakit yang lama akan direhabilitasi. Kemudian akan dibangun ruang tambahan. "Wacananya, akan dicari lahan kosong di sekitar yang bisa menampung 1.000 pasien. Rumah sakit yang lama akan diperbaiki," kata dia, sementara situs lain di sekitar kamp akan dipertahankan.

5. Pasien positif virus COVID-19 di Indonesia terus bertambah

Kondisi Terkini Kamp Vietnam di Pulau Galang untuk Pasien COVID-19Juru bicara penanganan virus corona atau COVID-19, Achmad Yurianto, di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Senin 9 Maret 2020 (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Hingga Senin (9/3) kemarin, Juru Bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengungkap ada 13 pasien positif terjangkit virus COVID-19. Dengan pengumuman ini, total pasien mengidap Covid-19 di Indonesia ada 19 orang.

"Hari ini saya sampaikan (pasien kasus) nomor 7 sampai 19," ujar Yurianto di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Yurianto mengungkapkan, kasus nomor 07 merupakan perempuan berusia 59 tahun. Kondisinya tampak sakit ringan sedang dan stabil. Menurut Yuri, pasien kasus 07 baru kembali dari luar negeri dan beberapa saat menunjukkan gejala seperti kemudian dilakukan pemeriksaan PCR. "Hasilnya positif kasus 07," tutur Yuri.

Baca Juga: RS Khusus COVID-19 di Pulau Galang adalah Bekas Kamp Pengungsi Vietnam

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya