Lewat Pameran, Yayasan Lontar Kenalkan Karya Seni Suku Kamoro Papua

Ukiran dilelang dan dibandrol dengan harga murah

Jakarta, IDN Times - Yayasan Lontar bekerja sama dengan Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe dan PT Freeport Indonesia (PTFI) menyelenggarakan "Pameran dan Lelang Seni Ukir dan Anyaman Suku Kamoro" di Darmawangsa Residences, Jakarta Selatan, Kamis (5/12).

Pameran ini menampilkan seni dan budaya tradisional Suku Kamoro, yaitu suku yang tinggal di wilayah pesisir Selatan Papua di Kabupaten Mimika dan bertetangga langsung dengan wilayah kerja PTFI.

Suku Kamoro dikenal memiliki berbagai kekayaan budaya seperti ritual alam, upacara adat, seni ukir, anyaman, tarian, dan hasil kerajinan.

1. Karya seni Kamoro berpotensi kembangkan pariwisata di Mimika

Lewat Pameran, Yayasan Lontar Kenalkan Karya Seni Suku Kamoro PapuaPameran seni Budaya Kamoro oleh Yayasan Lontar bekerjasama dengan Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe dan PT Freeport Indonesia di The Residences Darmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (5/12). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Suku Kamoro juga dikenal sebagai suku yang memiliki kemampuan tinggi dalam hal seni ukir. Berbagai macam bentuk ukiran dipamerkan dalam event ini, mulai dari perisai, dayung, mangkuk sagu, gendang, dan barang-barang sehari-hari lainnya.

Mereka juga membuat ukiran khusus yang disebut Wemawe, patung yang berbentuk manusia dan Mbitoro, totem yang dibuat untuk para leluhur.

“Ukiran Kamoro kini memiliki kualitas yang tidak kalah dengan ukiran Asmat. Sinergi antar pemangku kepentingan di Timika bagi pengembangan ukiran Kamoro seperti yang dilakukan melalui event ini, dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Kamoro,” kata Muhammad Thoha, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, Pemerintah Kabupaten Mimika.

Baca Juga: Jokowi Bangun PLBN di Perbatasan Papua-Papua Nugini Januari 2019

3. Yayasan Lontar berharap karya seni Kamoro dapat diwariskan

Lewat Pameran, Yayasan Lontar Kenalkan Karya Seni Suku Kamoro PapuaDirektur Eksekutif Yayasan Lontar Yuli Ismartono (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan Lontar Yuli Ismartono menuturkan, karya seni ukir dan anyam merupakan bentuk penuturan yang dilakukan Suku Kamoro dalam mewariskan budaya dan kearifan lokal ke generasi berikutnya.

“Karena itu, kami berupaya melestarikan seni ukir dan anyam ini sebagai akar tradisi Suku Kamoro agar pengetahuannya tidak lenyap begitu saja tanpa bekas. Kami meyakini bahwa kearifan lokal ini bisa berkontribusi besar kepada kekayaan pengetahuan secara global,” kata Yuli.

4. PTFI akan terus berdayakan masyarakat Papua

Lewat Pameran, Yayasan Lontar Kenalkan Karya Seni Suku Kamoro PapuaPresdir PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Berdasarkan laporan yang dibuat United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) bertajuk "Creative Economy Outlook: Trends in International Trade in Creative Industries", industri kreatif adalah sektor paling dinamis dalam perekonomian dunia dan menyediakan peluang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa.

Bahkan berdasarkan data yang dihimpun, nilai ekonomi produk kreatif mengalami pertumbuhan hingga dua kali lipat antara tahun 2002 sampai dengan 2015 dari 208 miliar sampai dengan $509 miliar.

Oleh karena itu, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menambahkan, akan terus berkomitmen dalam upaya pemberdayaan masyarakat Papua, khususnya masyarakat yang menjadi tetangga terdekat di wilayah operasi Freeport.

Ia berharap melalui upaya promosi dan pelestarian seni dan budaya lokal ini dapat memotivasi para pengukir untuk dapat terus berkarya dan menghasilkan karya seni berkualitas tinggi secara berkelanjutan.

“Dengan demikian, mereka juga dapat ikut menciptakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Kamoro dan Kabupaten Mimika secara lebih luas,” kata Tony.

5. Masyarakat Kamoro menyambut niat baik Yayasan Lontar dan PTFI

Lewat Pameran, Yayasan Lontar Kenalkan Karya Seni Suku Kamoro PapuaPameran seni Budaya Kamoro oleh Yayasan Lontar bekerjasama dengan Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe dan PT Freeport Indonesia di The Residences Darmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (5/12). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Ketua Yayasan Maramowae Weaiku Kamorowe Herman Kiripi, putra asli Kamoro, menyambut niat baik semua pihak, menurutnya dengan pameran ini akan memperkenalkan kekayaan budaya Suku Kamoro yang tercermin dalam karya seni dan budayanya ke penjuru Indonesia.

“Tapi lebih penting dari itu, kami juga ingin memperkenalkan sejarah dan kebudayaan Suku Kamoro kepada anak-anak muda Papua agar mereka bisa mengetahui asal usul nenek moyang mereka,” kata Herman.

“Karya seni Kamoro menjadi salah satu perekat keberagaman Indonesia, kiranya masyarakat Indonesia dapat lebih mengenal khasanah budaya Indonesia melalui event ini,” tambah Tony Wenas.

Pameran Budaya Suku Kamoro akan dibuka untuk umum selama 2 hari pada tanggal 6 dan 7 Desember 2019.

Baca Juga: Ini 5 Kejutan dari Perbatasan Papua dan Papua Nugini, Cek Deh!

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya